Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOKIMIA IMUNITAS SELULER

Dosen: Aah Nugraha, M.Sc, Apt


Disusun Oleh:
ZIA FAHLEFI
139009

Tingkat : A
(SEMESTER )

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


TAHUN AJARAN 2014/2015

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul: “IMUNITAS SELULER   ”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan

tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu

dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
 jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
 penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga

dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan

tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna

 penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang  1

B. Rumusan Masalah  3

C. Tujuan  3

BAB II............................................................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN  4

A. IMUNITAS SELULER   4

1. SEL LIMFOSIT T  8

2. AKTIVASI SEL T  10

3. FASE-FASE RESPONS SEL T  11

4. PERAN KO-STIMULASI DALAM AKTIVASI SEL T  12

5. RESPONS IMUN SELULAR DALAM KLINIK   13

6. MEKANISME IMUNITAS SELULER   16

7. FUNGSI RESPON IMUN :  17

A. Sel T helper   18

B. CTL (Cytotoxic T Limfosit)  19

C. Peran sel T suppressor (Ts) (CD8)  20

D. Makrofag  20

E. Sel NK (Natural Killer)  20

8.FUNGSI IMUNITAS SELULER :  21

B. IMPLEMENTASI IMUNOLOGI DALAM KEHIDUPAN 22

BAB III  29

PENUTUP  29

KESIMPULAN  29

SARAN  30

DAFTAR PUSTAKA  31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat
mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh.
Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host ) dari patogen-patogen
 penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem imun bawaan
(innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik serta sistem imun adaptif
(adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung pada derajat selektivitas mekanisme
pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif
imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan
sel.
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap
penolakan antigenik, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek
 biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun. Lingkungan di sekitar manusia mengandung

 berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya singkat dan
jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem yaitu
sistem imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen.
Respon imun seseorang terhadap terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada
kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat
 pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan
antigen.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan
jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem
 pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe

1
 pertahanan yang mempunyai spektrum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang
spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya
diekspresikan dan dibangkit kan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat
dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara akt if dan didapat secara pasif.
Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh molekul-molekul protein yang tersimpan dalam
limfa dan plasma darah. Imunitas ini dimediasi oleh sel limfosit T. Mekanisme ini ditujukan untuk benda
asing yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat dilekati oleh antibodi.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari imunitas seluler?

2. Apa implementasi dari imunologi dalam kehidupan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian imunitas seluler.

2. Untuk mengetahui implementasi imunologi dalam kehidupan.

3
Imunitas seluler merupakan bagian dari respons imun didapat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi
mikroba intraseluler. Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit T. Terdapat 2 jenis mekanisme infeksi
yang menyebabkan mikroba dapat masuk dan berlindung di dalam sel. Pertama, mikroba diingesti oleh
fagosit pada awal respons imun alamiah, namun sebagian dari mikroba tersebut dapat menghindari
aktivitas fagosit. Bakteri dan protozoa intraseluler yang
 patogen dapat bereplikasi di dalam vesikel fagosit. Sebagian mikroba tersebut dapat memasuki sitoplasma
sel dan bermultiplikasi menggunakan nutrien dari sel tersebut. Mikroba tersebut terhindar dari
mekanisme mikrobisidal. Kedua, virus dapat berikatan dengan reseptor pada
 berbagai macam sel, kemudian bereplikasi di dalam sitoplasma sel. Sel tersebut tidak mempunyai
mekanisme intrinsik untuk menghancurkan virus. Beberapa virus menyebabkan infeksi laten, DNA virus
diintegrasikan ke dalam genom pejamu, kemudian protein virus diproduksi di sel tersebut.

6
 Masuknya antigen ke dalam tubuh akan mengakibatkan suatu seri kejadian yang sangat kompleks yang
dinamakan respons imun. Secara garis besar, respons imun terdiri atas respons imun selular dan
humoral.
 Sebenarnya kedua macam respons imun ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, oleh karena
respons yang terjadi pada umumnya merupakan gabungan dari kedua macam respons tersebut.
Hanya saja pada keadaan tertentu imunitas selular lebih berperan daripada respons humoral, sedang
pada keadaan lainnya imunitas humoral yang lebih berperan.
 Eliminasi mikroba yang berada di vesikel fagosit atau sitoplasma sel merupakan fungsi utama limfosit
T pada imunitas didapat. Sel T helper CD4+ juga membantu sel B memproduksi antibodi. Dalam
menjalankan fungsinya, sel T harus berinteraksi dengan sel lain seperti fagosit, sel pejamu yang
terinfeksi, atau sel B. Sel T mempunyai spesifisitas terhadap peptida tertentu yang ditunjukkan
denganmajor histocompatibility complex (MHC). Hal ini membuat sel T hanya dapat merespons
antigen yang terikat dengan sel lain.

7
1. SEL LIMFOSIT T
 Pada mulanya kita hanya mengenal satu macam limfosit. Tetapi dengan perkembangan di
 bidang teknologi kedokteran, terutama sejak ditemukannya antibodi monoklonal, maka kita mengetahui
bahwa ada 2 macam limfosit, yaitu limfosit T dan limfosit B. Keduanya berasal dari sel asal ( stem
cell)  yang bersifat multipotensial, artinya dapat berkembang menjadi
 berbagai macam sel induk seperti sel induk eritrosit, sel induk granulosit, sel induk limfoid, dan lain-
lain. Sel induk limfoid kemudian berkembang menjadi sel pro-limfosit T dan sel
 pro-limfosit B. Sel pro-limfosit T dalam perkembangannya dipengaruhi timus yang disebut

8
 Imunitas selular pada reaksi graft versus host Pada reaksi graft versus host,  kerusakan yang terlihat
disebabkan oleh sel imunokompeten donor terhadap jaringan resipien. Reaksi tersebut berupa
kelainan pada kulit seperti makulopapular, eritroderma, bula dan deskuamasi, serta kelainan pada hati
dan traktus gastrointestinal. Kelainan yang timbul juga disebabkan oleh imunitas selular.
 Imunitas selular pada penolakan jaringan Pada transplantasi jaringan dapat terlihat bahwa
 jaringan yang tadinya mulai tumbuh, setelah beberapa hari berhenti tumbuh. Ini disebabkan oleh
reaksi imunitas selular yang timbul karena adanya antigen asing jaringan transplantasi. Organ
transplantasi menjadi hilang fungsinya. Secara histologis terlihat adanya infiltrasi intensif sel limfoid,
sel polimorfonuklear dan edema interstisial. Dapat dilihat terjadinya iskemia dan nekrosis.
Peradangan ini disebabkan karena sel T resipien mengenal antigen kelas I dan II donor yang berbeda
dengan antigen diri. Pengenalan ini sama seperti
 pengenalan antigen asing di antara celah domain molekul MHC. Terjadi lisis alograft oleh sel TC
resipien. Demikian pula limfokin yang dilepaskan sel T akan merusak alograft dengan merekrut sel
radang.
 Imunitas selular pada penolakan tumor Imunitas selular pada penolakan tumor sama dengan

imunitas selular pada penolakan jaringan transplantasi. Tentu saja imunitas selular ini
 bukanlah satu-satunya cara untuk menghambat pertumbuhan sel tumor, imunitas humoral
 juga dapat berperan. Adanya ekspresi antigen tumor akan mengaktifkan sel Tc host demikian
 pula interferon yang dilepaskan sel T juga akan mengaktifkan sel NK (natural killer ) untuk melisis
sel tumor. Limfokin akan merekrut sel radang ke tempat tumor berada dan menghambat proliferasi
tumor serta melisis sel-sel tumor.

15
6. MEKANISME IMUNITAS SELULER 

 Berdasarkan gambar di atas, sistem imunitas seluler dimulai dari limfosit T. Limfosit T memiliki fungsi
regulator dan efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh sel T helper / Th (CD4). Sel-sel CD4
mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin untuk melaksanakan fungsi regulatornya.
Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik / Tc (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel
yang terinfeksi oleh virus dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam
sasaran ”asing”.
 Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T suppresor. Sel T merupakan sel
limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel T memiliki protein
permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab
dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC (major histocompatibility complex) kelas 1
atau MHC kelas 2. MHC 1 adalah reseptor dari Limfosit sitolitik sedangkan MHC 2 merupakan
reseptor dari Limfosit helper. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia
akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat
asing tersebut. Fungsi sel T helper adalah membantu limfosit T, limfosit B, sel-sel non spesifik (sel
 NK). Sel NK ini diduga terlibat dalam penghancuran non-spesifik sel-sel sasaran.

16
 Th berperan menolong sel B dalam differensiasi dan memproduksi antibodi. Sel Th1 memproduksi
mediator interleukin-2 (IL-2) dan interferon gamma (IFN-ý) yang memegang
 peranan penting proteksi dengan meningkatkan kemampuan makrophag untuk fagositosis dan
mencerna kumanyang telah difagotisir.
 Makrofag mengaktifkan sejumlah kecil limfosit T helper yang memiliki reseptor untuk antigen yang
dipertanyakan dengan menyajikan antigen pada sel T bersama dengan molekul “self- recognition”.
Sel T helper yang diaktifkan mengeluarkan limfokin, beberapa diantaranya mengaktifkan
makrofag dan juga mengumpulkan limfosit-limfosit lain dan monosit-makrofag untuk berperan serta
dalam reaksi. Makrofag yang diaktifkan mengahasilkan monokin, beberapa diantaranya diperlukan
untuk aktifasi sel T dan mencetuskan inflamasi.

7. FUNGSI RESPON IMUN :


Sel CD8 mematikan secara langsung sel sasaran
Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat Sel T
memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat
Sel T sebagai pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan respon imun seluler dan
humoral
Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. Jalur komplemen merupakan jalur yang berperan
dalam respon imunologik terhadap bakteri anaerob.
Ada beberapa macam jenis sel dan mekanisme seluler yang terlihat dalam ekspresi atau

 pengaturan reaksi seluler. Jenis-jenis sel ini meliputi :


1. Limfosit T 2.

Makrofag
3. Sel NK / Natural Killer (NK)

Limfosit T kemudian akan menginduksi 2 hal:


Fagositosis benda asing tersebut oleh sel yang terinfeksi,
Lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut terbebas ke luar sel dan dapat di dilekati oleh
antibodi.

17
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

- Imunitas seluler  merupakan bagian dari respon imun didapat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi
mikroba intraseluler. Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit T. Terdapat 2 jenis mekanisme
infeksi yang menyebabkan mikroba dapat masuk dan
 berlindung di dalam sel. Pertama, mikroba diingesti oleh fagosit pada awal respons imun alamiah,
namun sebagian dari mikroba tersebut dapat menghindari aktivitas fagosit. Sebagian mikroba tersebut
dapat memasuki sitoplasma sel dan bermutltiplikasi menggunakan nutrien dari sel tersebut. Mikroba
tersebut terhindar dari mekanisme mikrobisidal. Kedua, virus dapat
 berikatan dengan reseptor pada berbagai macam sel, kemudian bereplikasi di dalam sitoplasma sel.
Sel tersebut tidak mempunyai mekanisme intrinsik untuk menghancurkan virus. Beberapa virus
menyebabkan infeksi laten, DNA virus diintegrasikan ke dalam genom
 pejamu, kemudian protein virus diproduksi di sel tersebut.

- Imunitas selular  adalah respon imun yang dilakukan oleh molekul-molekul protein yang tersimpan
dalam limfa dan plasma darah. Imunitas ini dimediasi oleh sel limfosit T. Mekanisme ini ditujukan
untuk benda asing yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat
dilekati oleh antibodi.

Fungsi imunitas seluler


 Imunitas selular berfungsi untuk mengorganisasi respons inflamasi nonspesifik dengan mengaktivasi
fungsi makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, serta sel fagosit lainnya; selain itu juga mengadakan
proses sitolitik atau sitotoksik spesifik terhadap sasaran yang mengandung antigen.
 Imunitas selular berfungsi pula untuk meningkatkan fungsi sel B untuk memproduksi antibodi, juga
meningkatkan fungsi subpopulasi limfosit T baik sel Th/penginduksi maupun

29
sel Tc/sel supresor. Fungsi lainnya adalah untuk meregulasi respons imun dengan
mengadakan regulasi negatif dan regulasi positif terhadap respons imun.

SARAN

Demikianlah hasil pembahasan dalam makalah mengenai Imunitas Seluler, diharapkan pembaca sekalian
dapat memaklumi apabilah masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Pembaca
sekalian yang menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam membuat makalah selanjutnya, maka
diharapkan dapat melengkapi referensi yang berkaitan dengan
 bahasan. Kritik dan saran dari pembacapun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

30
DAFTAR PUSTAKA

 Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and molecular immunology. Philadelphia: WE
Saunders Company, 1991.
 Scandinavian Journal of Immunology. Monthly journal published by Blackwell Science Ltd.,
Osney Mead Oxford OX2 OEL, UK.
 Scientific American. Monthly journal published by Scientific American Inc., 415 Madison
Avenue, N.Y., USA.
 Mims C, Playfair J, Wakelin D, and R Williams. Medical Microbiology. 4th Ed. Mosby, London,
2007.
 Dorland. 1995. Pocket Medical Dictionary. Philadelphia: Saunders Company
 Gershon RK. 1987. The immunological. Sunderland: Mass Sinauer Associat ion
 Kresno, Siti Boedina. 1996. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
 Sudibyo. 1989. Dasar- Dasar Imunologi. Jakarta: CV. Sembiring
 Zahroni, Mahfud. 2003. Imunologi Dasar. Bandung: CV. Ilmu Persada

31

Anda mungkin juga menyukai