Disusun Oleh:
Tingkat 2 Reguler 3
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus kapiler. (SDKI DPP PPNI, 2016).
A.2. PENYEBAB
Penyebab terjadinya gangguan pertukaran gas antara lain (SDKI DPP
PPNI,2016) :
a. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
b. Perubahan membran alveolus kapiler
A.4. KONDISI KLINIS TERKAIT (Uraikan patofisiologi kondisi klinis yang terkait,
boleh ditambahkan barisannya)
3. Asma
Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada
saluran napas yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot
polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini, bersama dengan faktor lain
menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan
gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas biasanya
dapat pulih dengan atau tanpa pemberian terapi.Adakalanya saluran
napas itu sendiri yang berubah. Biasanya terjadinya perubahan di
saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan
penebalan lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos
saluran napas bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan
bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat
yaitu: Limfosit T, makrofag, dan neutrofil. Kemungkinan ada juga
keterkaitan komponen lain sistem imunyaitu: antara
lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.
4. Pneumonia
Pneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza
atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan
dengan gambaran sebagai berikut:
Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal,
yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan
edema antara kapiler dan alveoli.
Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk
kedalam saluran pencernaan dam menginfeksinya
mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam
usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi
dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Tuberculosis Paru
Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tidak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah,
lantai, dan tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu
udara yang panas, droplet nuclei menguap. Menguapnya bakteri
droplei ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat
bakteri tuberculosis yang mengandung dalam droplet nuclei terbang
ke udara. Apabila bakteri ini dihirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberculosis. Penularan bakteri
lewat udara disebut dengan istilah air borne infection. Bakteri yang
terhisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan
dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi implantasi
bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri
tuberculosis dan focus ini disebut focus primer, lesi primer, atau focus
Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama
dengan focus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu
3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjdi sensitive
terhadap protein yang dibuat bakteri tuberculosis dan bereaksi positif
terhadap tes tuberculin atau tes Mantoux.
1. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai
area paru atau melalui sputum menyebar ke laring
(menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran pencernaan.
2. Sistem saluran limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional
limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan
penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan
menimbulkan tuberculosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati ke paru dapat membawa
atau mengangkat material yang mengandung bakteri tuberculosis
dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran
darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
4. Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak
berkembang lebih jauh dan bakteri tuberculosis tak dapat
berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman (tidur). Ketika
suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit keras atau
memakai obat yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terlalu
lama, maka bakteri tuberculosis yang dorman dapat aktif
kembali. Inilah yang disebut sebagai reaktivasi infeksi primer atau
infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun
setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga
dapat diakibatkan oleh bakteri tuberculosis baru. Biasanya infeksi
pasca primer terjadi didaerah apeks paru.
6. Asfiksia
Penatalaksanaan medis
Meskipun tidak ada obat untuk asma, gejala-gejala yang muncul biasanya
bisa disembuhkan.[97] Untuk itu, harus ada suatu rancangan penanganan khusus
yang bisa disesuaikan untuk pemantauan dan pengelolaan gejala. Rancangan ini
harus memasukkan langkah pengurangan pajanan terhadap alergen, pengujian
untuk mengetahui tingkat keparahan gejala, dan penggunaan obat-obatan.
Rancangan pengobatan harus ditulis dan saran penyesuaian pengobatan harus
diberikan berdasarkan terjadinya perubahan-perubahan pada gejala.[98]
4. Pneumonia
Non farmakologi:
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat
dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif.
4. Bila terdapat obsturksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris,
diberikan bronkodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus
berat.
5. Tuberculosis Paru
Penatalaksanaan medis tuberculosis paru:
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga
bagian yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active
case finding).
Pencegahan TB Paru
Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Isoniazid
(INH).
Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam pra
amino salisilik (PAS), dan sikloserine.
Pengobatan TB terbagi dalam dua fase yaitu fase intensif ( 2-3 bulan )
dan fase lanjutan ( 4-7 bulan ). Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat
utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin,
dan Etambutol. (Depkes RI, 2004).
6. Asfiksia
Penatalaksanaan medis Asfiksia :
Menurut Hidayat (2006) penatalaksanaan untuk asfiksia berdasarkan
Apgar Score yakni:
Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan nabic 7,5%
sebanyak 6 cc, dektrosa 40% 4 cc disuntikkan melalui vena umbilicus secara
perlahan-lahan untuk mencegah tekanan intrakanial meningkat
Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan nabic 7,5%
sebanyak 6 cc selnjutnya berikan sebanyak 4 cc
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing
Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.