Disusun
Oleh :
MOH. RIFKI
NIM : 171200011
DEWI HAERANI
NIM : 171200001
Dosen pengampuh;
Drs.SAGIR,MOH,AMIN,M,Pd,I.
JURUSAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentang
“KEWIBAWAAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM”
Adapun salah satu tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari mata kuliah “ilmu pendidikan islam” yang di berikan oleh bapak Drs.SAGIR,
MOH,AMIN, M,Pd,I.
Dalam penulisan makalah ini kemungkinan masih di temukan kesalahan-kesalahan untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan
tugas tugas pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih kepada bapak dosen dan semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Besar harapan penulis makalah ini
bermanfat bagi pembaca.
Palu, Mei-20-2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DATAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
A. Pengertian Kewibawaan...............................................................................................
B. Pengertian Pendidikan Islam........................................................................................
C. Kewibawaan Dalam Pendidikan..................................................................................
Kesimpulan.................................................................................................................
Saran...........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kewibawaan
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang “perkataannya”
mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag
terhadap orang itu.
Gezag atau kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama pada orang tua. Dapat kita
katakan bahwa kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) itu adalah asli. Orang tua
dengan langsung mendapat tugas dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua atau
keluarga mendapat hak untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabut, karena
terikat oleh kewajiban.
Hak dan kewajiban yang ada pada orang tua itu keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.
Untuk jelasnya dapat penulis kemukakan contoh dibawah ini. Pada suatu sekolah ada seorang guru
yang bernama Bapak Budi yang sangat disegani oleh murid-muridnya. Mereka (murid-murid)
sangat takut dan patuh kepadanya. Setiap harinya, sebelum Pak Budi masuk ke dalam kelas, murid-
murid sudah duduk dengan tenang dan tertib menantikan Pak Budi itu mengajar. Semua perintah
dan larangannya serta nasihatnya yang diberikan kepada murid-muridnya, diturut dan dipatuhi
oleh anak-anaknya. Anak-anak hormat kepadanya.
Sebaliknya dengan Bapak Salim yang ada di sekolah itu. Ia kurang disegani anak-anak
muridnya. Setiap pak Salim mengajar, anak-anak ada saja yang selalu membuat ribut dalam kelas,
sehingga kelas menjadi ribut. Peringatan-peringatan dan nasihat-nasihat yang diberikannya tidak
atau kurang dihiraukannya oleh murid-muridnya. Anak-anak tidak merasa segan atau patuh
kepadanya. Perintah-perintah atau tugas-tugas yang diberikannya, sering kalau tidak dikerjakan
oleh murid-muridnya. Karena itu pak Salim seringkali marah dan menghukum anak dalam kelas.
Tetapi anak itu bukan semakin patuh atau menurut kepadanya, bahkan sebaliknya. Anak-anak mau
mengerjakan apa yang diperintahkannya karena mereka takut; jadi bukan karena insaf atau percaya
kepadanya.
Dari contoh di atas dapat kita mengatakan, bahwa Bapak Budi lebih berwibawa, lebih
mempunyai kewibawaan atau gezag daripada Bapak Salim. Anak-anak lebih patuh dan lebih segan
terhadap Bapak Budi. Segala sesuatu yang diperintahkan atau dinasihatkan ataupun diperingatkan
oleh Bapak Budi, lebih meresap dan lebih mudah serta dengan senang menjalankan daripada
Bapak Salim. Atau dengan kata lain: pengaruh yang ditimbulkan oleh Bapak Budi lebih dipatuhi
oleh anak-anak.
1. Kewibawaan lahir;
Kewibawaan lahir merupakan kewibawaan yang nampak dan terlihat pada diri seorang
pendidik atau seorang guru. Kewibawaan lahir bisa nampak dari cara berpakaiannya, cara
berbicaranya dan dari cara dia bertindak. Kewibawaan lahir ini bisa diraih dengan cara
pembentukan fisik dan gerak yang kharismatik ketika berhadapan dengan peserta didik.
2. Kewibawaan Batin;
Kewibawaan bathin merupakan kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru atau pendidik
yang tak nampak atau tidak terlihat, namun ketika ia hadir maka setiap siswa dapat merasakan
bahwa ia adalah sosok yang mengagumkan dan sosok yang patut untuk dipatuhi perintahnya,
harus didengarkan setiap perkataanya dan harus senantias menaruh hormat kepadanya.
Meskipun pendidik tak melakukan atau berbicara apapun, namun karena kewibawaan yang
terpancar dari dalam dirinya maka ia akan senantiasa dihormati oleh peserta didik atau muridnya.
Kewibawaan bathin ini bisa didapatkan dengan senantiasa mengoptimalkan potensi yang ada
dalam diri kita atau dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt. Imam Al-Ghazali
pernah berkata jika manusia ingin disebut sebagai manusia yang sesungguhnya maka ia harus
senantiasa memperkuat ruhnya dengan amalan-amalan ukhrowi, karena ruh adalah sumber
kebahagiaan, ruh adalah pemancar ketenangan dan harapan dan ruh ialah sumber dari kekuatan.
Maka, untuk mengoptimalkan potensi ruhaniah yang ada pada diri kita hendaknya seorang
pendidik haris senantiasa berdo’a dan mengingat Allah dalam setiap aktivitasnya, teruatama saat
mendidik.
a. Melakukan kewajiban dasar good will atau itikad baik, dengan kesadaran pengabdian;
b. Memperlakukan siapapun, anak didik sebagai satu pribadi yang sama dengan pribadinya
sendiri;
c. Menghormati perasaan setiap orang;
d. Selalu berusaha menyumbangkan ide-ide, konsepsi-konsepsi dan karya-karya (ilmiah)
demi kemajuan bidang kewajibannya.
e. Akan menerima haknya semata-mata sebagai suatu kehormatan.
Dan untuk menjadi seorang pendidik (guru) yang professional dan berwibaawa setidaknya ada
beberapa persyaratan yang harus dimilki oleh seorang pendidik, baik itu dilihat dari aspek pribadi
serta menjalin hubungan (relationship) dengan peserta didiknya. Diantara syarat-syarat tersebut
ialah :
1. Berkaitan dengan diri seorang pendidik (guru) :
2. Sehat jasmani dan rohani;
3. Bertaqwa dan memiliki kecerdasan sosial;
4. Memiliki kecerdasan interlektual dan berpengetahuan luas;
5. Ikhlas;
6. Mempunyai orientasi yang jelas; dan
7. Menguasai bidang yang ditekuni.
8. Berkaitan dengan Sikap guru terhadap peserta didik:
9. Berlaku adil, tidak pilih kasih;
10. Mampu menjadi suri tauladan;
11. Bijaksana terhadap murid;
12. Memiliki kesabaran;
13. Tidak mudah marah dan mampu mengontrol emosi;
14. Mampu memberikan motivasi;
15. Menegur dengan bijak;
16. Memerintah dengan cara yang menyenangkan; dan
17. Mampu merangsang murid berkreasi.
Seorang pendidik yang berwibawa harus banyak melakukan terobosan untuk merangsang dan
membangkitkan kreativitas muridnya. Karena peserta didik ibarat kertas putih, ia harus dibiarkan
tumbuh apa adanya. Seorang pendidik tidak boleh mengintervensi kesucian hidupnya, tugas
pendidik adalah membimbing kejalan yang benar bila ia terlihat melenceng dari jalan kebenaran.
Seperti tanaman yang tumbuh degnan subur apabila disirami dan diberi wahana yang cocok,
kreativitaspun demikian adanya.
1. Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik pada dirinya telah dapat
diatasi oleh pendidik.
2. Bahwa kepercayaan itu adalah suatu sumber bagi anak didik untuk tumbuh dan berkembang.
Kepercayaan itu memberikian dorongan kepada anak didik agar ia berani dan penuh
keyakinan serta keinginan berusaha supaya menjadi dewasa. Kedewasaan dapat dikatakan akhir
masa pendidikan, dalam arti apabila manusia itu telah dianggap menjalankan kewibawaan atas diri
dan segala sesuatu yang dipercaya dan disamping itu tetap mengakui dan patuh pada kewibawaan
yaang lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu (gezaq) yang berasal dari kata
(zeggen) yang berarti (berkata). Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat
terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezaq terhadap orang itu. terikat oleh
kewajiban. Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan daya tarik
Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang
mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Allah sebagaimana
Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.
2. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu bagi
teman-teman yang ingin lebih memahami tentang kewibawaan dalam pendidikan Islam kami
sarankan untuk mencari sumber-sumber lain sebagai tambahan.