Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

Katarak Matur

Nama : Engelbertus Usman


NIM : 11 2012 019

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Mata Dr YAP


Fakultas Kedokteran UKRIDA
2014
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
RS MATA “Dr. YAP”, YOGYAKARTA

I. IDENTITAS
Nama : Tn. C
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Sidanegara, Cilacap tengah
Tanggal pemeriksaan : 7 April 2014
Tanggal masuk RS : 7 April 2014

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 7 April 2014
Keluhan Utama:
Kedua mata tidak dapat melihat sejak 5 tahun SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak 5 tahun sebelum masuk Rumah Sakit mata Pasien tidak dapat melihat, sehingga
os merasa kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Keluhan ini timbul secara perlahan-
lahan. Sebelumnya pasien mengeluhkan pandangannya sering berasap dan silau. Hal ini
sangat mengganggu aktifitas pasien sehari-hari.
Pasien susah melihat jauh sejak kecil dan mulai merasa susah berjalan dan beraktifitas
sama sekali sejak 10 tahun terakhir. Keluhan ini terjadi perlahan-lahan memburuk. Pasien
sering menyatakan penglihatan jauh seperti berasap dan sering merasa silau. Mata merah dan
berair tidak ada, nyeri kepala tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Pasien pernah
menggunakan kacamata pada saat SMA. Karena tebal dan merasa malu pada saat kuliah
pasien akhirnya tidak menggunakan kacamatanya lagi. Karena kesulitan melihat jauh, pasien
akhirnya tidak melanjutkan kuliah.
Karena tidak ada yang merawat OS, keluarga pasien membawa pasien ke rumah Sakit
untuk di terapi matanya.

1
Riwayat Penyakit Dahulu:
Umum
 Hipertensi : Ada
 DM : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Gastritis : Tidak ada
 Alergi : Tidak ada
 Rematik : Tidak ada

a) Mata
 Riwayat pemakaian kaca mata: Ada
 Riwayat operasi mata: Tidak ada
 Riwayat miopia tinggi: Ada
 Riwayat katarak: Ada
 Riwayat glaukoma: Tidak ada
 Riwayat keluarga dengan gejala yang sama: Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:


a. Umum
 Hipertensi : Ada
 DM : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Gastritis : Tidak ada

b. Mata
 Riwayat pemakaian kaca mata: Ada
 Riwayat operasi mata: Tidak ada
 Riwayat miopia tinggi: Tidak ada
 Riwayat katarak: Tidak ada
 Riwayat glaukoma: Tidak ada
 Riwayat keluarga dengan gejala yang sama: Tidak ada

2
III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 160/110 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36,5°C

Kepala : Normocephali, rambut hitam sedikit beruban, distribusi tidak


merata
THT : T1-T1 tenang tidak hiperemis, MAE lapang, tidak ada deviasi
septum hidung
Thoraks (Jantung) : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Thoraks (Paru) : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis atau edema
KGB : Tidak teraba pembesaran.

B. STATUS OFTALMOLOGIKUS

KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)


1. VISUS

Tajam Penglihatan 1/~


1/300
Axis Visus Tidak ada Tidak ada
Koreksi Tidak terdapat perbaikan Tidak terdapat perbaikan
Addisi Tidak ada Tidak ada
Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

3
Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Enoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah

3. SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam


Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada


Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebral Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak ada Tidak ada


Kista Tidak ada Tidak ada
Folikel/Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemis Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak ada Tidak ada


Injeksi Konjungtiva Tidak Ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Injeksi Tidak ada Tidak ada
Subkonjungtiva
4
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum Lakrimalis Normal Normal


Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

Warna Putih Putih


Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

9. KORNEA

Kejernihan Jernih Jernih


Permukaan Rata Rata
Ukuran 12mm 12mm
Sensibilita Negatif Negatif
s
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik Tidak ada Tidak ada
Presipitat
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Tidak ada Tidak ada
Senilis
Edema Tidak ada Tidak ada

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Normal Normal


Kejernihan Jernih Jernih
Hipopion Tidak ada Tidak ada

11. IRIS

5
Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman
Edema Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada

12. PUPIL

Letak Di tengah Di tengah


Bentuk Bulat, reguler Bulat, regular
Ukuran 3mm 3mm
Refleks Cahaya Sulit dinilai Sulit dinilai
Langsung
Refleks Cahaya Tak Sulit dinilai Sulit dinilai
Langsung

13. LENSA

Kejernihan Keruh Keruh


Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Negatif Negatif

14. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. FUNDUS OKULI

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rasio Arteri : Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

6
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Normal per palpasi Normal per palpasi
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan visus
2. Slit lamp
3. USG biometri
4. Pemeriksaan laboratorium

V. RESUME

Subjektif
Sejak 5 tahun sebelum masuk Rumah Sakit mata Pasien tidak dapat melihat, sehingga
os merasa kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Pasien susah melihat jauh sejak kecil dan
mulai merasa susah berjalan dan beraktifitas sama sekali sejak 10 tahun terakhir. Keluhan ini
terjadi perlahan-lahan memburuk. Pasien sering menyatakan penglihatan jauh seperti berasap
dan sering merasa silau. Pasien pernah menggunakan kacamata pada saat SMA. Karena tebal
dan merasa malu pada saat kuliah pasien akhirnya tidak menggunakan kacamatanya lagi.

Objektif
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan Hipertensi Derajat II
OD
- Visus: 1/300
Lensa : Keruh
Shadow test negatif

7
OS
- Visus: 1/~
Lensa : Keruh
Shadow test negatif

VI. DIAGNOSIS KERJA

OD : Katarak matur
OS : Katarak matur

VII. PENATALAKSANAAN ( untuk OS)


Pro operasi ECCE + IOL

VIII. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Bonam Bonam
Ad Fungsionam : Malam Malam
Ad Sanationam : Malam Malam

TINJAUAN PUSTAKA

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun keduanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.1
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dan penyakit mata yang paling
umum. Katarak umumnya merupakan penyakit mata pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun. Kelainan sistemik ataupun
metabolik juga dapat menimbulkan katarak seperti diabetes melitus.2
Menurut WHO katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48%
kebutaan yang terjadi di dunia. Di Amerika serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut
dilaporkan mencapai 42% pada orang-orang antara usia 52-64 tahun, 60% dari orang-orang
antara usia 65-74 tahun dan 91% dari mereka antara usia 75-85 tahun.2

8
Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan
katarak. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu
secara berangsur, umumnya katarak tumbuh secara lambat dan tidak mempengaruhi daya
penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang
sekitar 3-5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari penyakitnya setelah
memasuki stadium kritis. Awan yang menutupi lensa mata tersebut akhirnya semakin
merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan
kehilangan penglihatannya.2

2.1. Definisi
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap
cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian belakang mata,
bersifat sensitif terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan
diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya
atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui
saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami.1.2

9
Gambar 1 Penampang anatomi mata
menunjukkan posisi lensa mata2
2.2 Epidemiologi
Lebih dari 90% dari keseluruhan katarak adalah katarak tipe senile. Katarak senile
adalah katarak yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan usia berkaitan dengan hilangnya
kejernihan lensa sehingga insiden katarak bervariasi.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa sekitar 20-40% dari orang usia 60 tahun dan
60-80% dari orang usia 80 tahun mengalami penurunan penglihatan yang berkaitan dengan
kekeruhan lensa. Prevalensi katarak kongenital di negara maju adalah sekitar 2-4 per 10.000
kelahiran. Katarak mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan, kecuali
pada katarak traumatik yang biasanya terjadi pada laki-laki. Di seluruh dunia, sekitar 20 juta
orang buta karena katarak oleh karena itu, katarak merupakan penyebab utama kebutaan.3

2.3 Etiologi1.3
Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat
disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme,
proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

Gambar 2 Mata tampak depan dengan lensa yang jernih dan Mata tampak depan dengan lensa
yang keruh (katarak)3
2.4 Klasifikasi1.4
Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam:

10
 Katarak kongenital yaitu katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah
dilahirkan, umumnya disebabkan karena adanya infeksi, dan kelainan metabolisme pada
saat pembentukan janin. Katarak Kongenital yang sering timbul karena infeksi saat ibu
mengandung, terutama pada kehamilan 3 bulan pertama.
 Katarak juvenile yaitu katarak yang terlihat pada usia diatas 1 tahun
 Katarak senile yaitu semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu usia
diatas 50 tahun.

Ada beberapa tipe katarak senil, antara lain:4.5


 Katarak nuklear
Katarak nuklear bermula sebagai perubahan proses penuaan normal yang berlebihan
yang melibatkan nukleus lensa. Pada awalnya menyebabkan terjadinya rabun jauh atau
bahkan mengalami peningkatan kemampuan penglihatan dalam membaca. Tetapi lama
kelamaan, lensa berubah kuning secara bertahap dan akhirnya menyebabkan penglihatan
berkabut. Katarak nuklir kadang-kadang menyebabkan diplopia. Apabila proses katarak
terus berlangsung, maka lensa akan berubah menjadi coklat. Lensa yang berubah
menjadi kuning atau coklat dapat menyebabkan kesulitan membedakan warna.

Gambar 3 Katarak nuklear6


 Katarak kortikal
Katarak kortikal dapat melibatkan korteks anterior, posterior atau equatorial. Kekeruhan
bermula sebagai belahan atau vakuola antara serat lensa akibat hidrasi korteks.
Kekeruhan berikutnya menghasilkan bentuk cuneiform (bentuk irisan) atau bentuk
kekeruhan radial mirip jeruji sering berawal di kuadran inferonasal. Pasien dengan
kekeruhan kortikal sering mengeluhkan silau karena pemghamburan cahaya.

11
Gambar 4 katarak kortikal6

 Katarak subkapsular posterior


Katarak subkapsular posterior berada hanya di bagian depan kapsul posterior dan
bermanifestasi berupa tampilan vakuola, granular atau mirip plak pada biomikroskop slit
lamp oblik dan terlihat gelap pada retroiluminsai. Melihat dekat sering terganggu
daripada melihat jauh. Pasien seringkali bermasalah dengan kondisi miosis, seperti yang
dihasilkan dari lampu besar atau cahaya matahari yang terang.

Gambar 5 katarak subkapsular posterior6


Katarak senil secara klinik dikenal dalam beberapa stadium, antara lain:1.4.6
1. Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat
anterior subkapsular posterior, celah terbentu antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak intumesen

12
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap
air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma.
3. Katarak imatur
Katarak yang belum mengenai seluruh lapisan lensa atau sebagian lensa keruh. Pada
katarak imatur volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Gambar 5 Katarak imatur


4. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa. Kedalaman bilik mata depan akan normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

13
Gambar 6 Katarak matur6
5. Katarak hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan
mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa.

Gambar 7 Katarak hipermatur6


6. Katarak Morgagni
Proses lanjut dari katarak dimana korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar
sehingga korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantung susu disertai nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.

14
Gambar 8 Katarak Morgagni6

Tabel 1 Perbedaan stadium katarak senile


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Berkurang (air
Bertambah
Normal Normal + masa lensa
(air masuk)
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit Uveitis +
- Glaukoma -
glaukoma

2.5 Patofisiologi1.4.5.6
Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu :
 Penumpukan protein di lensa mata
Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada
lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya
yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga
pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan/gangguan penglihatan. Pada proses
selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan
akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab
tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.

15
 Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan seiring dengan
pertambahan usia.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa
mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini
dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi
tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina.

Perubahan lensa pada usia lanjut :


1. Kapsul menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel
kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak
dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus,
sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin,
sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan disbanding normal. Korteks tidak berwarna karena:
 Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
 Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
2.6 Gejala klinis3.6
Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya
berupa:
- Distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,
disertai penglihatan jauh makin kabur.
- Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik
tanpa kaca mata (second sight).
- Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium
insipient

Tanda dan Gejala:


1. Penglihatan kabur dan berkabut
2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata
3. Seperti ada titik gelap di depan mata
4. Penglihatan ganda (monocular diplopia)

16
5. Sukar melihat benda yang menyilaukan
6. Halo, warna disekitar sumber sinar
7. Warna manik mata berubah atau putih
8. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
9. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
10. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari
11. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
12. Sering berganti kaca mata
13. Penglihatan menguning
14. Untuk sementara jelas melihat dekat

17
2.7 Diagnosis3
 Anamnesis
- Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
- Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
- Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:
1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
2. Perubahan daya lihat warna
3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata
4. Lampu dan matahari sangat mengganggu
5. Sering meminta ganti resep kaca mata
6. Melihat ganda
7. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

 Pemeriksaan fisik mata


1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar
Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil
dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi.
Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama pada katarak imatur dimana kita harus
melihat keadaan fundus. Hal – hal yang perlu perhatian khusus:
- Tajam penglihatan kadang sering masih sangat baik pada katarak brunesen,
walaupun terlihat kekeruhan sudah padat pada nucleusnya
- Penglihatan yang nyata berkurang pada miopia tinggi walaupun katarak yang
terlihat belum berarti. Hal ini mungkin disebabkan kelainan makula lutea

2.8 Komplikasi7.8
Indikasi utama ekstraksi katarak adalah selain penurunan ketajaman penglihatan juga
adanya komplikasi utama katarak yaitu glaukoma. Lensa yang mengalami proses penuaan

18
walaupun secara signifikan tidak menunjukkan klinis terjadinya katarak, terjadi peningkatan
diameter anteroposterior karena serat lensa tidak mengalami deskuamasi. Karena perubahan
osmotik, lensa yang mengalami katarak mempunyai diameter anteroposterior yang lebih
besar, bentuknya mendekati bulat sehingga membentuk katarak intumesen. Hal ini
menyebabkan bilik mata anterior dangkal dan meningkatnya resiko blok pupil. Ini disebut
glaukoma phacomorphic karena bentuk atau morfologi dari lensa tersebut menyebabkan
terjadinya glaukoma. Dengan bertambahnya usia, serat-serat kortikal lensa hancur dan
mencair. Protein lensa dapat bocor melintasi lensa yang secara klinis dan histologis masih
utuh. Protein yang keluar akan difagositosis oleh makrofag. Humor aquos berisi makrofag,
bahan lensa, protein lensa bebas, makrofag berpigmen dan eritrosit. Penumpukan makrofag
akan menyumbat trabekular meshwork dan menggaggu aliran humor aquos. Hal ini disebut
glaukoma phacolytic. Dengan mikroskop akan tampak makrofag tersebut akan melekat pada
permukaan posterior kornea.

2.9 Penatalaksanaan4.9
Pengobatan katarak senil adalah pembedahan. Ekstraksi katarak adalah cara
pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular
yaitu mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu
mengeluarkan isi lensa (korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior yang dirobek
(kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah ini pada saat
ini dianggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit.
Indikasi operasi :
 Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
 Indikasi medis:
Kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun prognosis penglihatannya
tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat pada perbaikan penglihatannya :
- Katarak hipermatur
- Lens induced glaucoma
- Lens induced uveitis
- Dislokasi / subluksasi lensa
- Korpus alienum intralentikular
- Retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi laser

19
- Ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana diagnosis atau tata
laksananya akan terganggu dengan adanya opasitas lensa
 Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60

1. ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK


Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa sehingga
mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang
suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi
linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid
makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

2. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK


Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil.
Lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah
mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Kerugiannya hanya dapat dilakukan implantasi anterior chamber IOL yang dapat
menimbulkan komplikasi terhadap kornea. Selain itu tidak ada barrier segmen anterior
dan posterior bola mata sehingga mudah timbul komplikasi. Keuntungannya adalah tidak
akan terjadi katarak sekunder karena seluruh komponen lensa telah dikeluarkan.

Tabel 2 Perbandingan ECCE dan ICCE


ECCE ICCE
Pengeluaran lensa Nucleus dikeluarkan dari Lens dikeluarkan secara in
kapsul, korteks disuction toto
Kapsula posterior & zonula Intak Dikeluarkan
zinii
Incisi Lebih kecil (8 mm) Lebih besar (10 mm)
Iridektomi perifer Tidak dilakukan Dilakukan untuk menghindari

20
glaukoma karena blokade
pupil
Instrumen (rumit) Diperlukan Tidak diperlukan
Waktu Lebih lama Lebih singkat
Implantasi IOL Posterior chamber Anterior chamber (Pseudo-
phakic Bullous Keratopathy)
Teknik Lebih sulit Lebih mudah
Biaya Lebih banyak Lebih sedikit
Komplikasi yang meningkat After-Cataract 1. Prolaps & degenerasi
vitreus
2. Edema makula
3. Endophthalmitis
4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous & Endothelial
ingrowth
6. Neovascular
Glaucoma in Proliferative
Diabetic Retinopathy

Komplikasi yang berkurang Seluruh komplikasi yang After-Cataract


disebutkan pada ICCE
Indikasi Prosedur rutin untuk semua 1. Dislokasi lensa
jenis katarak (kecuali bila 2. Subluksasi lensa (>1/3
merupakan komplikasi) bagian zonula rusak)
3. Chronic Lens Induced
Uveitis
4. Katarak hipermatur
dengan kapsula anterior
yang tebal
5. korpus alienum intra-
lentikular saat ada
gangguan integritas
kapsula posterior lensa.

Kontraindikasi 1. Dislokasi lensa Pasien berusia < 35 tahun


2. Subluksasi lensa dimana terjadi perlengketan
(>1/3 bagian zonula erat antara lensa dan vitreus

21
rusak) (Ligament of Weigert)

3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi telah menjadi metode yang lebih disukai 15 tahun terakhir. Insisi yang
lebih kecil oleh fakoemulsi dibandingkan dengan ECCE membuat operasi lebih aman.
Dan prosedur ini berhubungan dengan astigmatisme post operative yang lebih kecil dan
stabilisasi refraksi yang lebih cepat (biasanya 3 minggu untuk insisi 3 mm). Masalah
yang berhubungan dengan luka pasca operasi seperti prolapsus iris lebih banyak
berkurang. Satu kerugiannya adalah membutuhkan perlengkapan kompleks untuk
memecahkan nukleus lensa dan memindahkannya melalui insisi yang kecil. Diperlukan
pelatihan untuk mempelajari teknik. Pada tindakan fakoemulsifikasi ini lensa yang
katarak di fragmentasi dan di aspirasi.
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) merupakan teknik pembedahan
kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang
sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan
penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep.
Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kacamata atau
pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas,Sidharta. Katarak Lensa Mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cerakan Kedua.Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2007.
2. Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman;Simarmata,Monang;
Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum danmahasiswa kedokteran. Edisi
kedua. Sagung Seto. Jakarto. 2002.
3. Ilyas, Sidharta. Ilmu  Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbitan FKUI.Jakarta. 2006.
4. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC.
Jakarta. 2008.
5. Ilyas, Sidharta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Penerbit :
SagungSeto. Jakarta. 2002.
6. Olver J, Cassidy L. Opthalmology at A Glance. Hongkong : SNP Best-setTypesetter
Limited. 2005. p36-9.
7. Victor V. Cataract Senile. Tersedia di :http://www.emedicine.com.
8. Cataracts. Tersedia dihttp://www.nortwesteyeclinic.com.

23

Anda mungkin juga menyukai