Anda di halaman 1dari 9

Tugas Individu

MK. DASAR-DASAR PENYULUHAN DAN


KOMUNIKASI PERTANIAN
“Resume Materi Adopsi”

OLEH :
AL – HIKMAH NUR
D1A1 17 007
AGRIBISNIS A

Dosen Mata Kuliah :


Dr. Hj. Hartina Batoa, S.P., M.Si.

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Resume Materi Adopsi

A. Pengertian Adopsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adopsi berarti


mengangkat anak orang lain sebagai anak sendiri; penerimaan suatu usul atau
laporan; pemungutan. Adapun menurut Mardikanto (1993) adopsi sebagai
proses perubahan perilaku yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap
(afective), maupun keterampilan (pikomotorik) pada diri seseorang setelah
menerima pesan yang disampaikan penyuluh pada sasarannya. Sedangkan
menurut Rogers (1983) adopsi adalah proses mental, dalam mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih
lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut. Adopsi juga dapat
didefenisikan sebagai proses mental seseorang dari mendengar, mengetahui
inovasi sampai akhirnya mengadopsi. Adopsi adalah suatu proses dimulai dan
keluarnya ide-ide dari satu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai
ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak kedua.
Pada hakekatnya dalam penyuluhan perikanan, adopsi dapat diartikan
sebagai sebuah proses penerimaan inovasi dari petani atau sasaran yang
berupa perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan (skill) pada diri
seseoran setelah menerima inovasi yang disampaikan oleh penyuluh.
Pengambilan keputusan dalam proses adopsi oleh para petani atau
sasaran dapat dilakukan setelah melalui beberapa tahapan. Karena adopsi
merupakan hasil dari kegiatan penyampaian pesan penyuluhan yang berupa
inovasi, maka proses adopsi itu dapat digambarkan sebagai suatu proses
komunikasi yang diawali dengan penyampaian inovasi sampai dengan
terjadinya perubahan perilaku.

B. Proses-Proses Adopsi

Adopsi merupakan keputusan dari seseorang atau petani (sasaran) untuk


menggunakan sepenuhnya ide baru yang diterima sebagai cara bertindak yang
paling baik. Menurut Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) adopsi diartikan

1|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)


sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide, alat-alat atau teknologi baru
yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasi
dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metoda,
maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan
komunikasinya.
Menurut Bahlen, model proses adopsi terbagi menjadi 5 tahap yang
harus dilalui sebelum seseorang atau petani (sasaran) mengadopsi suatu
inovasi yang diterima yaitu tahap sadar (awreness), tahap minat (interest),
tahap menilai (evaluation), tahap mencoba (trial), dan tahap adopsi
(adoption). Untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Sadar (awreness)
Pada tahap sadar, petani atau sasaran telah mengetahui informasi
yang ada tetapi informasi tersebut dirasakan masih kurang. Pada tahap
ini petani atau sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh. Petani atau sasaran telah merasakan inovasi
yang ada tetapi cara yang mereka lakukan kurang benar karena mereka
masih keliru. Cara baru tersebut dapat meningkatkan hasil produksi dan
pendapatan petani serta dapat dengan mudah mengatasi kesulitan yang
sering mereka hadapi. Hal ini diketahuinya karena hasil berkomunikasi
dengan penyuluh. Tahapan seorang petani atau sasara untuk mengetahui
adanya inovasi dapat diperoleh dari mendengar, membaca atau melihat,
tetapi pengertian yang mereka dapatkan dari kegiatan tersebut belum
mendalam.
2. Tahap Minat (interest)
Pada tahap ini petani atau sasaran telah sadar dan mempunyai
keinginan untuk mencari keterangan lebih lanjut mengenai informasi
yang mereka terima dari penyuluh. Mereka ingin memperdalam
pengetahuan mengenai inovasi baru yang ditawarkan oleh penyuluh
tersebut. Kemudian mereka mulai bertanya-tanya kepada penyuluh dan
menginginkan keterangan-keterangan yang lebih rinci mengenai inovasi
baru yang ditawarkan tersebut.

2|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)


3. Tahap Menilai (evaluation)
Pada tahap ini petani atau sasaran telah berpikir-pikir dan
mempertimbangkan apakah mereka akan mencoba inovasi baru tersebut
atau tidak. Mereka akan membandingkan dampak inovasi yang
ditawarkan dengan keadaan mereka saat ini dan di masa yang akan
datang. Petani atau sasaran akan menghubungkan inovasi baru tersebut
dengan kesanggupan mereka dari segi teknis,ekonomis dan sosiologis,
resiko yang akan dihadapi serta modal yang dibutuhkan, dll.
4. Tahap Mencoba (trial)
Petani atau sasaran sudah mencobainovasi tersebut meskipun
masih dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian
inovasi atau tidak. Pada tahap ini sasaran sudah mulai mencoba-coba
dalam luas dan jumlah yang sedikit saja. Sering juga terjadi bahwa
usaha mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi sasaran mengikuti
(dalam pikiran dan percakapan-percakapan), sepak terjang tetangga atau
instansi mencoba hal baru itu (dalam pertanaman percobaan atau
demosntrasi).
5. Tahap Adopsi (adoption)
Petani atau sasaran telah meyakini kebenaran inovasi baru tersebut
dan dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini petani atau sasaran
menerapkan inovasi baru tersebut dalam jumlah atau skala yang lebih
besar. Karena petani atau sasaran telah yakin akan kebenaran atau
keunggulan inovasi baru itu, maka mereka berani menerapkan inovasi
tersebut dengan anjuran secara luas dan berkelanjutan (kontinu).

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi

Kecepatan adopsi dari para petani atau sasaran dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
1. Sifat – Sifat atau Karakteristik Inovasi
Sifat atau karakteristik dari inovasi sangat mempengaruhi
kecepatan petani atau sasaran dalam mengadopsi suatu inovasi baru.

3|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)


Semakin rumit sifat inovasi tersebut maka akan semakin lama petani
untuk memahami inovasi untuk diadopsi dan begitu pula sebaliknya.
Terdapat 5 karakteristik yang mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi
inovasi oleh petani atau sasaran yaitu :
a. Keuntungan relative artinya suatu inovsai akan mudah diterima
oleh petani sasaran apabila inovasi tersebut secara ekonomi
menguntungkan.
b. Kompatibilitas artinya suatu inovasi akan lebih mudah diterima
oleh petani sasaran apabila sesuai dengan norma-norma sosial,
pngalaman petani sebelumnya dan kebutuhan-kebuuhan petani.
c. Kompleksitas artinya suatu inovsai yang sulit dipahami dan
digunakan petani sasaran relative tidak mudah diadopsi petani
dibandingkan inovasi yang mudah dipahami dan digunakan petani.
d. Triabilitas menunjukkan kemampuan suatu inovasi untuk dapat
dicoba dalam skala kecil.
e. Observabilitas menunjukkan kemampuan suatu inovasi untuk
menghasilkan output yang dapat dilihat oleh orang lain.
2. Sifat – Sifat atau Karakteristik Sasaran
Menurut Lionberger (1960) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi yaitu
meliputi :
a. Luas usahatani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi,
karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.
b. Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usaha tani, petani
dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin
cepat mengadopsi inovasi.
c. Keberanian mengambil resiko, pada tahap awal biasaya tidak
berhasil seprti yang diharapkan. Karena itu, individu yang memiliki
keberanian mengambil resiko biasanya lebih inovatif.
d. Umur, semakin tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban
mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-

4|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)


kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat
setempat.
e. Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar
lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung
dengan orang-orang di luar system sosialnya sendiri, umumnya
lebih inovatif dibanding meraka yang hanya melakukan kontak
pribadi dengan warga masyarakat setempat.
f. Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru.orang-orang atau
masyarakat yang aktif lebih inoatif daripada orang-orang yang
pasif.
g. Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan orang-orang yang
inovatif biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber
informasi, sedangkan golongan yang kurang inovatif hanya
memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh setempat.
3. Cara Pengambilan Keputusan Adopsi
Cara pengambilan keputusan dalam mengadopsi sesuatu inovasi
juga akan mempengaruhi kecepatan adopsi dari petani atau sasaran. Jika
keputusan adopsi dapat dilakukan secara pribadi maka akan relative
lebih cepat mengadopsi dibandingkan dengan pengambilan keputusan
bersama. Dapat terjadi perubahan terhadap keputusan yang dipilih
apabila terdapat keputusan untuk melakukan perubahan.
4. Saluran atau Media Komunikasi yang Digunakan
Jika inovasi dapat dengan mudah dan jelas dapat disampaikan
melalui media massa, atau sebaliknya jika kelompok sasarannya dapat
dengan mudah menerima inovasi yang disampaikan maka proses adopsi
akan berlangsung relative lebih cepat dibandingkan dengan inovasi
yang harus disampaikan lewat media massa antar pribadi. Kecepatan
diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat, sangat dipengaruhi pula
oleh saluran komunikasi yang digunakan. Ada beberapa saluran
komunikasi yang dapat dipilih yaitu:
a. Melalui media massa seperti TV, koran, majalah dan sebagainya.

5|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)


b. Melalui media interpersonal yaitu saluran tatap muka.
Pada kondisi masyarakat pedesaan yang ada pada saat ini,
penyampaian inovasi pada masyarakat pedesaan melalui media massa
rasanya belum efektif, karena jangkauan masyarakat pedesaan pada
media massa masih relatif rendah. Oleh karena itu, akan lebih efektif
apabila proses penyampaian inovasi pada masyarakat pedesaan
digunakan saluran interpersonal.
5. Keadaan atau Kualifikasi Penyuluh
Kecepatan adopsi juga sangat ditentukan oleh aktivitas yang
dilakukan penyuluh, khususnya tentang upaya yang dilakukan penyuluh
untuk “mempromosikan” inovasinya. Semakin rajin penyuluhnya
menawarkan inovasi, proses adopsi akan semakin cepat pula. Demikian
juga, jika penyuluh mampu berkomunikasi secara efektif dan terampil
menggunakan saluran komunikasi yang paling efektif, proses adopsi
pasti akan berlangsung lebih cepat dengan yang lainnya. Selain itu,
kondisi masyarakat yang akan menerima inovasi yang disampaikan ikut
berpengaruh terhadap kecepatan diterimanya inovasi tersebut. Secara
teoritis masyarakat yang mempunyai ciri modern akan lebih cepat
menerima inovasi dibandingkan masyarakat yang berciri tradisional.

D. Tipe – Tipe Keputusan Adopsi

Pengambilan keputusan adopsi oleh petani atau sasaran terhadap


inovasi baru yang ditawarkan penyuluh terbagi atas beberapa tipe, yaitu
sebagai berikut :
1. Keputusan otoritas ( Authority Decision)
Keputusan otoritas ini dibuat oleh atasan atau suatu lembaga,
pemerintah, pabrik, sekolah dan sebagainya.
2. Keputusan Individu ( Individual Decision)
Keputusan ini dilaksanakan oleh individu/ seseorang terlepas dari
keputusan-keputusan yang dibuat oleh masyarakat (collective) dalam
sistem sosial.

6|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)


3. Keputusan bersama (Collective Decision)
Keputusan ini disepakati dan dilaksanakan secara bersama atau
melalui consensus masyarakat dalam sistem sosial.

E. Kategori – Kategori Adopter (Penerima Inovasi)

Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok


adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat kecepatan dalam menerima
inovasi. Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah
pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers
(1961).
1. Innovators
Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.
Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas,
kemampuan ekonomi tinggi. Golongan ini merupakan golongan yang
paling cepat melewati proses adopsi. Orang yang termasuk golongan
ini jumlahnya tidak banyak dalam suatu daerah, satu atau dua orang
saja, mungkin juga tidak ada. Mereka merupakan orang yang maju
sekali, pandai, pengetahuannya luas, usahanya maju, penghasilannya
tinggi, kaya dan pengalamannya luas. Tanah usahanya luas,
mempunyai kegemaran dan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru.
Sifat istimewanya adalah selalu ingin tahu dan aktif mencari keterangan
kemana-mana. Petugas penyuluhan sering dibuat kewalahan. Biasanya
mereka kurang memperdulikan orang-orang sekitarnya, tidak aktif
menyebar-luaskan innovasi atau pengetahuan dan pengalamannya.
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor)
Sekitar 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan
inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang
dihormati, akses di dalam tinggi. Golongan ini merupakan sasaran yang
cepat ikuti inovator, pendidikan diatas masyarakat sekitar, dan
mempunyai faktor produksi sehingga mudah untuk praktikkan hal-hal
baru, aktif dalam masyarakat dan supel dalam pergaulan, sumber advis

7|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)


dan informasi bagi masyarakat lain, mau berbagi pengetahuan sehingga
cocok untuk dijadikan teladan yang selanjutnya menjadi kontak,
bersifat “localite” dalam proses penyebaran inovasi, golongan ini paling
membantu penyuluh perikanan.
3. Early Majority (Pengikut Dini)
Sekitar 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh
pertimbangan, interaksi internal tinggi. Pada golongan ini proses adopsi
lebih lambat dibandingkan golongan penerap dini, biasanya merupakan
para tokoh masyarakat setempat, dimana biasanya tidak mau usahanya
gagal untuk menjaga agar citranya tidak buruk, tingkat pendidikan,
pengalaman, dan kondisi sosio ekonominya sedang.
4. Late Majority (Pengikut Akhir)
Sekitar 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan
inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau
tekanan social, terlalu hati-hati. Pada golongan ini petani ikan yang
kurang mampu, pendidikan rendah bahka masih buta huruf, sifatnya
kurang giat dalam mengetrapkan inovasi baru, harus melihat contoh
dari golongan terdahulu, kurang menggunakan media massa sehingga
lambat mengetahui informasi terbaru, hubungan dengan penyuluh
relatif kecil.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional)
Sekitar 16% adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional,
terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya
terbatas. Golongan ini disebut juga non adopter, tuan-tuan tanah,
masyarakat yang berpandangan kolot (tradisional), tidak senang
terhadap perubahan, kalau-pun menerima akan terjadi di akhir.

8|AL – HIKMAH NUR (D1A117007)

Anda mungkin juga menyukai