Sejarah
Teori Pengoperasian
Jenis–Jenis Turbin Air
Desain dan Apikasi
Pemeliharaan
Pengaruh Pada Lingkungan
End
Kincir air
Kincir air sudah sejak lama digunakan untuk tenaga industri. Pada mulanya
yang dipertimbangkan adalah ukuran kincirnya, yang membatasi debit dan
head yang dapat dimanfaatkan.
Perkembangan kincir air menjadi turbin modern membutuhkan jangka waktu
yang cukup lama. Perkembangan yang dilakukan dalam waktu revolusi
industri menggunakan metode dan prinsip ilmiah. Mereka juga
mengembangkan teknologi material dan metode produksi baru pada saat itu.
Kincir air merupakan sarana untuk merubah energi air menjadi energi
mekanik berupa torsi pada poros kincir. Ada beberapa tipe kincir air yaitu :
1. Kincir Air Overshot
2. Kincir Air Undershot
3. Kincir Air Breastshot
4. Kincir Air Tub
Sumber. http://osv.org/education/WaterPower
Sumber. http://osv.org/education/WaterPower
Keuntungan
Tingkat efisiensi yang tinggi dapat mencapai 85%.
Tidak membutuhkan aliran yang deras.
Konstruksi yang sederhana.
Mudah dalam perawatan.
Teknologi yang sederhana mudah diterapkan di daerah yang terisolir.
Kerugian
Karena aliran air berasal dari atas maka biasanya reservoir air atau
bendungan air, sehingga memerlukan investasi yang lebih banyak.
Tidak dapat diterapkan untuk mesin putaran tinggi.
Membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penempatan.
Daya yang dihasilkan relatif kecil.
Kincir Air Undershot
Kincir air undershot bekerja bila
air yang mengalir, menghantam
dinding sudu yang terletak pada
bagian bawah dari kincir air.
Kincir air tipe undershot tidak
mempunyai tambahan
keuntungan dari head.Tipe ini
cocok dipasang pada perairan
dangkal pada daerah yang rata.
Tipe ini disebut juga dengan
”Vitruvian”. Disini aliran air
berlawanan dengan arah sudu
Gambar Kincir air Undershot yang memutar kincir.
Sumber. http://osv.org/education/WaterPower
Keuntungan
Konstruksi lebih sederhana
Lebih ekonomis
Kerugian
Efisiensi kecil
Kerugian
Sudu-sudu dari tipe ini tidak rata seperti tipe undershot (lebih
rumit)
Diperlukan dam pada arus aliran datar
Ján Andrej Segner mengembangkan turbin air reaksi pada pertengahan tahun
1700. turbin ini mempunyai sumbu horizontal dan merupakan awal mula dari
turbin air modern. Turbin ini merupakan mesin yang simpel yang masih
diproduksi saat ini untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil. Segner bekerja
dengan Euler dalam membuat teori matematis awal untuk desain turbin.
Pada tahun 1820, Jean-Victor Poncelet mengembangkan turbin aliran
kedalam.
Pada tahun 1826, Benoit Fourneyon mengembangkan turbin aliran keluar.
Turbin ini sangan efisien (~80%) yang mengalirkan air melalui saluran dengan
sudu lengkung satu dimensi. Saluran keluaran juga mempunyai lengkungan
pengarah.
Pada tahun 1844, Uriah A. Boyden mengembangkan turbin aliran keluar yang
meningkatkan performa dari turbin Fourneyon. Bentuk sudunya mirip dengan
turbin Francis.
Runtutan SejarahTurbin francis
Turbin reaksi
· Francis
· Kaplan, Propeller, Bulb, Tube, Straflo
· Tyson
· Kincir air
Turbin Impuls
· Pelton
· Turgo
· Michell-Banki (juga dikenal sebagai turbin crossflow atau ossberger).
Desain dan Aplikasi
Desain dan Aplikasi
Pemilihan turbin kebanyakan didasarkan pada head
air yang didapatkan dan kurang lebih pada rata-rata
alirannya. Umumnya, turbin impuls digunakan untuk
tempat dengan head tinggi, dan turbin reaksi digunakan
untuk tempat dengan head rendah. Turbin Kaplan baik
digunakan untuk semua jenis debit dan head, efisiiensinya
baik dalam segala kondisi aliran.
Turbin kecil (umumnya dibawah 10 MW)
mempunyai poros horisontal, dan kadang dipakai juga
pada kapasitas turbin mencapai 100 MW. Turbin Francis
dan Kaplan besar biasanya mempunyai poros / sudu
vertikal karena ini menjadi penggunaan paling baik untuk
head yang didapatkan, dan membuat instalasi generator
lebih ekonomis. Poros Pelton bisa vertikal maupun
horisontal karena ukuran turbin lebih kecil dari head yang
di dapat atau tersedia. Beberapa turbin impuls
menggunakan beberapa semburan air tiap semburan untuk
meningkatkan kecepatan spesifik dan keseimbangan gaya
poros.
Tipe Penggunaan Head
Ω P/ρ
Ns =
gH 5 / 4 , Ω = kecepatan sudut (radian/detik)