Tepatkah?
liputan6.com/news/read/4262679/wacana-new-normal-di-tengah-lonjakan-kasus-covid-19-tepatkah
May 25,
2020
Pemerintah memberi kelonggaran bergerak bagi warga berusia di bawah 45 tahun untuk
mengurangi angka pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus corona COVID-19.
(Liputan6.com/Johan Tallo)
"New normal itu sesuatu yang biasa dan memang harus dipersiapkan tetapi memang
timingnya harus dilihat baik-baik. Kalau sekarang terlalu gegabah," kata Hermawan saat
dihubungi merdeka.com, Senin (25/5).
Data per 24 Mei 2020, kasus positif Covid-19 mengalami peningkatan sebanyak
526.Sehingga secara akumulatif ada 22.271 kasus kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Kasus meninggal karena Covid-19 juga bertambah, yakni sebanyak 21. Dengan demikian,
total kasus meninggal naik menjadi 1.372.
"Jadi wacana new normal itu hanya akan efektif bila pada kasus yang sudah berhasil
terlewati atau terkendali dengan baik," ujarnya.
Dia menyebut, idealnya penerapan new normal mulai dilakukan pada akhir Juni 2020.
"Jadi hemat saya tidak akan awal (Juni), mungkin di akhir Juni ya," kata Hermawan.
"Kalau saja kemarin di awal Mei dilakukan dengan konsekuen, disiplin dan juga
menyeluruh, mestinya menjelang Juni ini harusnya sudah (terkendali). Tapi ini kan
mundur jadinya," ujarnya.
1/3
Dia berharap, di awal Juni pemerintah serius menjalankan PSBB. Dengan begitu, pada
akhir Juni akan terjadi penurunan kasus Covid-19 yang sangat siginifikan.
"Akhir Juni mungkin akan terjadi penurunan kasus dengan demikian upaya-upaya untuk
menghadapi new normal itu pantas diwacanakan," ucap dia.
"Tidak hanya masyarakat yang harus mempersiapkan diri tapi juga pemerintah. Dulu kita
jarang melihat ada fasilitas cuci tangan westafel di area-area publik, sekarang harus
mulai ada dan disiapkan," katanya.
Pegawai pulang kerja berjalan di trotoar Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (12/5/2020). Pemerintah
memberi kelonggaran bergerak bagi warga berusia di bawah 45 tahun untuk mengurangi angka
pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus corona COVID-19. (Liputan6.com/Johan
Tallo)
"Saya pikir awal Juni kasusnya akan meledak karena sekarang ini kan terjadi
permisifisme," kata Hermawan.
Selama Idul Fitri, lanjut Hermawan, banyak masyarakat tak menjaga jarak fisik dan tidak
menggunakan masker. Masyarakat juga terlihat bebas bersalaman dengan kerabat dan
para tetangga.
Sementara itu, aktivitas di pasar kembali terjadi. Masyarakat memadati pasar untuk
membeli kebutuhan selama Lebaran.
"Kasus itu baru akan muncul setelah seminggu atau dua minggu setelah adanya
keramaian. Ini kan kita ramai betul lebaran, hampir-hampir tidak terjadi PSBB," ucapnya.
Prediksi yang sama sudah disampaikan Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli
Epidemiologi FKM Unair, Windhu Purnomo. Dia memprediksi kasus corona meningkat
tajam usai Lebaran.
"Prediksi saya Lebaran akan terjadi penularan yang tinggi karena saling silaturahmi,
masjid-masjid sepertinya mau nekat tetap ada salat Id, takbiran ramai putar-putar,
nyekar ke makam," ujarnya.
2/3
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta masyarakat bersiap menjalani
new normal atau kehidupan normal yang baru. Dengan kondisi ini, masyarakat dapat
kembali hidup normal namun harus menerapkan protokol kesehatan demi mencegah
penyebaran virus corona (Covid-19).
"Bapak Presiden juga menekankan pentingnya kita harus bersiap siaga untuk
menghadapi era normal baru, kehidupan normal baru. Di mana kita akan berada dalam
situasi yang beda dengan normal sebelumnya," kata Menko PMK Muhadjir Effendy
dalam video conference usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, Senin (18/5).
3/3