Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-
kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf
ringan.
Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi
mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan
masalah yang tidak kecil.
Sedangkan menurut WHO,retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah
normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses
belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi iritelegensi yang
rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada
masa perkembangan.
Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi
intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
sebelum orang berusia 18 tahun.
B. Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya
retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari
retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial.
Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi
mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
1. Organik
a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan Abnormalitas single
gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogen dan
toxin, disfungsi plasenta)
c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum, Meningitis,
Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll
d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA
(Cerebrovascularaccident) – Anoksia, misalnya tenggelam
2. Non organik
Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut (dikutip
dari Swaiman 1989):
Nilai IQ :
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu
didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat
berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.