Anda di halaman 1dari 11

GANGGUAN MENSTRUASI

Gangguan menstruasi adalah kelainan yang terjadi pada siklus menstruasi. Ada beragam
gangguan menstruasi yang bisa dialami wanita, mulai dari darah haid yang terlalu sedikit
atau banyak, nyeri haid, hingga depresi menjelang menstruasi atau premenstrual dysphoric
disorder. Yuk, kenali gejala dan penyebabnya dalam ulasan berikut ini!

Siklus menstruasi yang normal terjadi setiap 21-35 hari, dengan lama menstruasi sekitar 4-7 hari.
Namun terkadang, siklus menstruasi ini bisa terganggu.

Gangguan menstruasi bisa berupa perdarahan menstruasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit,
siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi yang terjadi lebih dari 7 hari, tidak menstruasi
lebih dari 3 bulan, atau bahkan tidak pernah haid sama sekali.

Gangguan menstruasi juga bisa disertai dengan keluhan berat, seperti nyeri dan kram parah,
hingga depresi menjelang menstruasi.

Jenis-Jenis Gangguan Menstruasi yang Perlu Anda Waspadai

Selain dapat menggangu aktivitas sehari-hari, beberapa jenis gangguan menstruasi perlu
diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko masalah kesuburan. Gangguan menstruasi yang
umum terjadi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

1. Amenorea

Amenorea dibagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer adalah
kondisi di mana seorang wanita sama sekali belum mengalami haid hingga 16 tahun.

Sedangkan amenorea sekunder adalah kondisi di mana seorang wanita usia subur yang tidak
sedang hamil dan pernah menstruasi sebelumnya, berhenti mendapatkan menstruasi selama 3
bulan atau lebih.

Kedua jenis amenorea ini memiliki penyebab yang berbeda. Amenorea primer dapat disebabkan
oleh kelainan genetik, gangguan otak yang mengatur hormon menstruasi, atau masalah pada
indung telur (ovarium) atau rahim.

Sedangkan penyebab amenorea sekunder adalah:

 Kehamilan.
 Menyusui.
 Menopause.
 Penurunan berat badan yang berlebihan.
 Penyakit tertentu, seperti penyakit tiroid, polycystic ovarian syndrome (PCOS), dan
tumor otak di bagian kelenjar pituitari atau hipofisis.
 Gangguan rahim, seperti miom atau polip dalam rahim.
 Stres berat.
 Efek samping obat-obatan, seperti kemoterapi, obat penunda haid, dan antidepresan.
 Penggunaan kontrasepsi, seperti pil KB, KB suntik, dan IUD.

Selain itu, kekurangan gizi atau malnutrisi dan olahraga yang berlebihan juga bisa menyebabkan
wanita mengalami amenorea.

2. Dismenorea

Dismenorea adalah kondisi di mana wanita mengalami nyeri saat menstruasi, umumnya pada
hari pertama dan kedua haid. Gejalanya berupa nyeri atau kram di perut bagian bawah yang terus
berlangsung, dan terkadang menyebar hingga ke punggung bawah serta paha. Rasa nyeri tersebut
juga bisa disertai sakit kepala, mual, dan muntah.

Dismenorea ini bisa terjadi karena kadar hormon prostaglandin yang tinggi saat hari pertama
haid. Setelah beberapa hari, hormon ini akan berkurang kadarnya hingga dapat membuat nyeri
haid ikut mereda. Nyeri haid jenis ini biasanya akan mulai berkurang seiring bertambahnya usia
atau setelah melahirkan.

Selain karena hormon prostaglandin, dismenorea juga bisa terjadi karena adanya kelainan sistem
reproduksi wanita, seperti:

 Endometriosis
 Miom rahim
 Kista atau tumor di rahim
 Radang panggul
 Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)

Berbeda dengan dismenorea yang normal terjadi karena peningkatan hormon prostaglandin,
dismenorea karena penyakit tertentu biasanya akan berlangsung lebih lama dan semakin
memburuk seiring bertambahnya usia.

3. Menorrhagia

Menorrhagia adalah gangguan menstruasi berupa keluarnya darah menstruasi secara berlebihan
atau dalam jumlah yang terlampau banyak, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Ini
termasuk durasi haid yang berlangsung lebih dari menstruasi normal, yakni lebih dari 5-7 hari.

Wanita dengan gangguan menstruasi menorrhagia akan mengalami beberapa keluhan berikut ini:

 Darah yang keluar dari vagina terlalu banyak, sehingga harus mengganti pembalut tiap
jam.
 Harus menggunakan dua pembalut untuk menampung perdarahan.
 Harus bangun untuk mengganti pembalut pada saat tidur.
 Mengalami gejala anemia, misalnya lemas, pucat, atau sesak napas.
 Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah selama lebih dari satu hari.
Menorrhagia bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari perubahan pola makan, sering
olahraga, gangguan hormon, infeksi atau peradangan di vagina dan leher rahim, gangguan tiroid,
miom dan polip di rahim, gangguan pembekuan darah, hingga kanker rahim atau kanker serviks.

4. Oligomenorea

Oligomenorea adalah kondisi ketika seorang wanita jarang sekali mengalami menstruasi, yakni
jika siklus menstruasinya lebih dari 35-90 hari atau mendapat haid kurang dari 8-9 kali dalam
kurun waktu setahun.

Oligomenorea sering dialami remaja yang baru memasuki pubertas dan wanita yang memasuki
masa menopause. Gangguan menstruasi ini merupakan dampak dari aktivitas hormon yang
sedang tidak stabil di fase-fase tersebut.

Di samping itu, ada beberapa hal lain yang mungkin jadi penyebab oligomenorrhea, yaitu:

 Penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik.


 Sering melakukan olahraga atau aktivitas fisik berat.
 Gangguan ovulasi.
 Penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit tiroid, dan sindrom polikistik ovarium
(PCOS).
 Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia.
 Masalah psikologis, seperti stres dan depresi.
 Efek samping obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik dan antiepilepsi.

5. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)

Menjelang menstruasi, tidak sedikit wanita mengalami nyeri atau kram perut ringan, sakit
kepala, dan keluhan psikologis, seperti perubahan mood, merasa cemas, gelisah, hingga mudah
emosi. Gejala-gejala yang muncul mendekati datang bulan ini disebut dengan PMS atau
premenstrual syndrome.

Namun jika gejala PMS yang dirasakan cukup berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari,
maka kondisi ini disebut PMDD. Selain nyeri haid yang disertai sakit kepala, gejala PMDD bisa
berupa gelisah, susah tidur, makan berlebihan, sulit konsentrasi, depresi, merasa lemas dan tidak
berenergi, hingga muncul ide atau keinginan untuk bunuh diri.

Penyebab PMDD dan PMS belum diketahui secara pasti, namun diduga karena adanya kelainan
zat kimia di otak yang mengatur mood. Salah satu zat kimia ini adalah serotonin.

Selain itu, ada beberapa hal yang diduga turut berperan dalam munculnya kondisi ini, seperti:

 Faktor keturunan
 Kelebihan berat badan
 Jarang berolahraga
 Penyakit tiroid
 Konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang

Untuk memastikan penyebab gangguan menstruasi, diperlukan serangkaian pemeriksaan oleh


dokter. Pemeriksaan ini meliputi peninjauan riwayat menstruasi, pemeriksaan fisik, serta tes
penunjang berupa tes darah, hingga USG, histerosalpingografi, dan MRI.

Beberapa pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan untuk menemukan penyebab gangguan
menstruasi adalah pap smear, biopsi rahim, dan histeroskopi.

Penanganan untuk setiap jenis gangguan menstruasi berbeda, tergantung pada penyebabnya.
Oleh sebab itu, Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter guna mendapatkan
penanganan yang sesuai. Penanganan gangguan menstruasi bisa berupa pemberian obat-obatan
hingga operasi.

Gangguan menstruasi yang terjadi hanya sesekali biasanya tergolong normal dan tidak perlu
dikhawatirkan. Namun jika gejala-gejalanya sering muncul dan sudah berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, Anda disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter.

Terakhir diperbarui: 26 Juli 2019


Artikel Terkait
Dokter Terkait

Jenis Gangguan Menstruasi pada Wanita

Setiap wanita kemungkinan dapat mengalami salah satu atau lebih jenis gangguan haid. Berikut
ini macam-macam gangguan menstruasi yang perlu Anda Ketahui:

1. Amenore

Amenore adalah belum mengalami menstruasi pada seorang wanita. Istilah gangguan menstruasi
ini digunakan untuk perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore
primer). Selain itu wanita yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah
menstruasi (amenore sekunder).

Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan.
Sementara amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin
(pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid,
olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.

2. Sindrom pramenstruasi (PMS)


Sindrom pramenstruasi adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku yang umumnya
terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum haid). Gejala PMS atau gangguan
haid ini biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari
setelah perdarahan dimulai.

Berikut beberapa gejala PMS yang sering dirasakan wanita:

 Payudara menjadi lembut dan bengkak


 Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
 Tidak tertarik seks (libido menurun)
 Jerawat berkala
 Perut kembung atau kram
 Sakit kepala atau sakit persendian
 Sulit tidur
 Sulit buang air besar (BAB)

3. Dismenore

Dismenore adalah menstruasi yang menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian bawah
tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri atau gangguan haid ini juga
bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang
merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai
perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam.

Jenis gangguan menstruasi yang dialami remaja wanita ini umumnya bukan karena penyakit
(dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh penyakit tertentu
(dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan
ektopik.

Dismenore primer dapat diatasi gejalanya dengan obat penghilang nyeri atau anti-inflamasi
seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Obat alami seperti berolahraga, kompres dengan
botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit. Bila nyeri menstruasi
tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang
disebabkan penyakit tertentu.

4. Menoragia

Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus
menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari
haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan
menoragia.

Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron dalam
tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh
membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah. Gangguan haid jenis ini
juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan atau infeksi vagina/
leher rahim.

 Gejala menoragia

Gejala khas menoragia atau menorrhagia adalah ketika seorang wanita telah ‘membanjiri’ cukup
banyak pembalut atau tampon sehingga perlu diganti setiap jam, dan / atau periode menstruasi
wanita berlangsung lebih lama dari 7 hari. Gejala umum lainnya termasuk bercak atau
pendarahan di antara periode menstruasi, atau bercak atau pendarahan selama kehamilan.

Diagnosis gangguan haid jenis ini hanya dapat dipastikan ketika dokter telah mengesampingkan
gangguan menstruasi lainnya, kondisi medis atau obat-obatan yang dapat menyebabkan atau
memperparah kondisi tersebut.

Prosedur diagnostik lainnya dapat meliputi:

1. Tes darah
2. Tes pap
3. Ultrasonografi: Teknik pencitraan yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi
untuk membuat gambar organ panggul.
4. Magnetic resonance imaging (MRI): Prosedur diagnostik yang menggunakan kombinasi
magnet besar, frekuensi radio, dan komputer untuk menghasilkan gambar rinci organ
reproduksi.
5. Laparoskopi: Prosedur bedah kecil di mana laparoskop, tabung tipis dengan lensa dan
cahaya, dimasukkan ke dalam sayatan di dinding perut. Menggunakan laparoskop untuk
melihat ke daerah panggul dan perut, dokter sering dapat mendeteksi pertumbuhan
abnormal.
6. Histeroskopi: Pemeriksaan visual saluran serviks dan bagian dalam rahim menggunakan
histeroskopi yang dimasukkan melalui vagina.
7. Biopsi (endometrium): Sampel jaringan diambil dari lapisan rahim dengan jarum atau
selama operasi untuk menentukan apakah ada kanker atau sel abnormal lainnya.
8. Dilation and curettage (D&C): Sebuah operasi ginekologi umum yang terdiri dari
pelebaran saluran serviks dengan dilator dan mengikis rongga rahim dengan kuret – alat
bedah berbentuk sendok yang digunakan untuk mengangkat jaringan.

Dokter mungkin menyarankan evaluasi psikiatris untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi


lain, atau meminta Anda untuk melacak gejalanya dalam jurnal untuk menilai waktu, keparahan,
onset (kecepatan) dan waktu gejala dengan lebih baik.

Rencana perawatan khusus untuk ganttuan haid ini akan ditentukan oleh dokter Anda
berdasarkan faktor-faktor seperti:

 Usia Anda, keseluruhan kesehatan dan riwayat medis


 Sejauh mana kondisinya
 Kemungkinan penyebab kondisi tersebut
 Gejala saat ini
 Toleransi terhadap obat, prosedur, atau terapi tertentu

5. Perdarahan abnormal

Perdarahan vagina abnormal atau di luar menstruasi. Berikut gejala gangguan menstruasi jenis
ini, antara lain:

 Pendarahan di antara periode menstruasi


 Pendarahan setelah berhubungan seks
 Perdarahan setelah menopause

Perdarahan abnormal disebabkan banyak hal. Dokter mungkin memulai dengan memeriksa
masalah yang paling umum dalam kelompok usia Anda. Masalah menstruasi serius seperti
fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.

Baik pada remaja maupun wanita menjelang menopause, perubahan hormon dapat menyebabkan
siklus haid tidak teratur.

6. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)

Gangguan dysphoric pramenstruasi jauh lebih parah daripada PMS. Wanita yang mengalami
PMDD (sekitar 3 hingga 8 persen dari semua wanita) mengatakan itu secara signifikan
mengganggu kehidupan mereka. Para ahli menyamakan perbedaan antara PMS dan PMDD
dengan perbedaan antara sakit kepala tegang ringan dan migrain.

Gejala PMDD yang paling umum adalah meningkatnya iritabilitas, kecemasan dan perubahan
suasana hati. Wanita yang memiliki riwayat depresi berat, depresi pascapersalinan, atau
gangguan mood berisiko lebih tinggi terkena gangguan haid ini daripada wanita lain. Meskipun
beberapa gejala PMDD dan depresi besar tumpang tindih, mereka berbeda:

 Gejala terkait PMDD (baik emosional dan fisik) bersifat siklis. Ketika seorang wanita
memulai menstruasi, gejala masalah menstruasi ini mereda dalam beberapa hari.
 Gejala-gejala yang berhubungan dengan depresi, bagaimanapun, tidak berhubungan
dengan siklus menstruasi. Tanpa pengobatan, gangguan mood depresi dapat bertahan
selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Jika depresi berlanjut,
Anda harus mempertimbangkan mencari bantuan dari terapis terlatih.

7. Fibroid rahim

Apa itu fibroid rahim? Fibroid rahim adalah pertumbuhan jinak (bukan kanker) di rahim. Juga
dikenal sebagai leiomioma, fibroid memengaruhi sebagian besar wanita pada suatu saat dalam
hidup mereka. Mereka umumnya tidak menimbulkan gejala atau masalah kesehatan dan jarang
memerlukan perawatan. Ketika fibroid menyebabkan masalah menstruasi karena ukuran, jumlah,
atau lokasi, pengobatan diperlukan.
Penyebab fibroid tidak diketahui. Sebagian besar masalah menstruasi janis ini terjadi pada
wanita usia reproduksi. Hormon estrogen dan progesteron tampaknya berperan dalam
pertumbuhannya.

Apa faktor risiko untuk fibroid? Anda lebih mungkin mengembangkan fibroid rahim jika Anda:

 Berusia reproduksi
 Orang Amerika keturunan Afrika
 Punya riwayat keluarga fibroid
 Obesitas

Sebagian besar fibroid tidak menyebabkan gejala masalah menstruasi jenis ini. Wanita yang
memiliki gejala dapat mengalami:

 Pendarahan menstruasi yang berat atau berkepanjangan


 Anemia
 Pendarahan antar-periode haid
 Kram menstruasi yang parah
 Perasaan kenyang di perut bagian bawah
 Sering buang air kecil atau kesulitan buang air kecil
 Nyeri saat berhubungan intim
 Nyeri punggung bawah atau sakit perut
 Sembelit
 Keputihan kronis
 Infertilitas atau keguguran

Fibroid sering ditemukan selama pemeriksaan panggul secara rutin. Tes tambahan untuk
mengonfirmasi atau mendapatkan informasi lebih lanjut tentang fibroid meliputi:

 Tes darah.
 Ultrasonografi. Untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mendapatkan gambar dan
pengukuran fibroid di rahim.
 Histerosonografi. Ultrasonografi menggunakan garam steril untuk memperluas rongga
rahim untuk pencitraan yang lebih mudah.
 Histerosalpingografi. Tes sinar-X khusus ini menggunakan pewarna untuk membantu
mendeteksi perubahan abnormal dalam ukuran dan bentuk rahim dan saluran tuba.
 Histeroskopi. Prosedur kantor yang menggunakan teleskop kecil dan terang
(hysteroscope) yang dimasukkan melalui vagina dan leher rahim untuk memeriksa area
yang menjadi perhatian di dalam rahim.
 Laparoskopi. Sebuah tabung tipis terang dengan kamera di ujungnya (laparoskop)
dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan kecil, yang memungkinkan dokter bedah
melihat bagian dalam perut dan melihat fibroid di bagian luar rahim.
 Tes pencitraan. Magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT)
scan.
9. Oligomenore

Oligomenore adalah suatu kondisi di mana Anda mengalami periode menstruasi yang jarang. Ini
terjadi pada wanita usia subur. Beberapa variasi dalam menstruasi adalah normal, tetapi seorang
wanita yang secara teratur berjalan lebih dari 35 hari tanpa menstruasi dapat didiagnosis dengan
oligomenore.

Periode biasanya terjadi setiap 21 hingga 35 hari. Diagnosis berubah menjadi oligomenore
setelah lebih dari 90 hari tanpa haid.

Dalam sebuah studi 2013 terhadap wanita di perguruan tinggi, 17 persen mengatakan mereka
sengaja menyimpang dari instruksi kontrasepsi hormonal mereka untuk secara sengaja
mengurangi menstruasi mereka. Setengah dari mereka mengatakan bahwa mereka belajar cara
melakukan ini dari sumber-sumber nonmedis. Ini menyoroti perlunya dokter dan pasien untuk
berkomunikasi dengan lebih baik ketika pasien memulai rencana pengendalian kelahiran.

 Gejala oligomenore

Temui dokter jika Anda menjalani lebih dari 35 hari tanpa menstruasi dan tidak sedang
menjalani pengobatan KB. Jika siklus tiba-tiba berubah, hubungi dokter kandungan.

Beberapa wanita yang melewatkan menstruasi mungkin mengalami yang lebih berat di waktu
berikutnya. Ini bisa normal dan tidak selalu mengindikasikan keguguran.

 Penyebab oligomenore 

Gangguan haid jenis ini memiliki berbagai penyebab, di antaranya:

1. Paling sering, kondisi ini merupakan efek samping dari pengendalian kelahiran hormonal.
Beberapa wanita mengalami periode yang lebih ringan selama tiga hingga enam bulan
setelah mereka mulai menggunakan kontrasepsi. Terkadang, haid mereka berhenti total.
2. Wanita muda yang berpartisipasi dalam olahraga atau melakukan olahraga berat dapat
mengembangkan masalah menstruasi ini.
3. Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, juga dapat menyebabkan
kondisi ini.
4. Oligomenore biasa terjadi pada remaja perempuan dan wanita perimenopause karena
kadar hormon yang berfluktuasi.
5. Masalah menstruasi jenis ini juga dapat terjadi pada wanita yang menderita diabetes atau
masalah tiroid.
6. Ini juga umum terjadi pada wanita dengan kadar protein tinggi yang disebut prolaktin
dalam darah mereka. Obat-obatan, seperti antipsikotik dan anti-epilepsi, dapat
menurunkan menstruasi.

Penting untuk memastikan bahwa penyebab siklus menstruasi yang tertunda bukanlah
kehamilan.
Dismenorea merupakan nyeri saat menstruasi yang biasanya terjadi pada awal menstruasi yaitu
hari pertama atau kedua. Gejala yang dirasakan berupa nyeri atau kram pada perut bagian bawah
dan bisa menjalar sampai ke punggung bagian bawah. Pada beberapa orang gejala ini bisa
disertai dengan pusing, sakit kepala dan mual.

Dismenorea disebabkan oleh hormon prostaglandin yang meningkat di awal menstruasi. Selain
itu juga disebabkan oleh kontraksi pada rahim. Normalnya dismenorea akan menghilang setelah
hari ketiga menstruasi. Dismenorea ini akan semakin berkurang dengan bertambahnya usia dan
setelah melahirkan.

Namun beberapa penyakit juga bisa menyebabkan dismenorea, antara lain kista, tumor, mioma,
radang panggul dan endometriosis. Jika dismenorea terjadi karena penyakit tersebut maka rasa
nyeri yang dirasakan lebih hebat, lebih lama dan tidak berkurang dengan bertambahnya usia. Jadi
sebaiknya kamu waspada jika mengalami nyeri haid berlebihan ya, ladies.

Amenorea merupakan kondisi di mana seorang wanita tidak mengalami menstruasi. Amenorea
dibagi menjadi dua, primer dan sekunder. Amenorea primer adalah kondisi di mana seorang
wanita tidak pernah mengalami menstruasi sama sekali hingga usia 16 tahun. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh gangguan hormon, gangguan pertumbuhan atau kurangnya nutrisi.

Sedangkan amenorea sekunder adalah kondisi di mana seorang wanita yang sebelumnya sudah
mengalami menstruasi lalu berhenti mendapatkan menstruasi selama tiga bulan atau lebih
padahal tidak sedang hamil atau menyusui. Penyebab amenorea sekunder ada banyak, misalnya
penyakit pada rahim, gangguan kelenjar yang mengatur hormon, penurunan berat badan secara
drastis, efek samping obat dan KB

Oligomenorea adalah kondisi di mana seorang wanita jarang mendapat menstruasi. Siklus
menstruasi pada kondisi ini berlangsung lama yaitu lebih dari 1 bulan hingga 3 bulan. Kondisi ini
bisa disebabkan oleh kondisi hormonal.

4. Menoragia

Darah menstruasi yang keluar sangat banyak dan berlebihan disebut menoragia. Gejala yang
dialami antara lain keluar gumpalan darah lebih dari satu hari dan bisa terjadi anemia dengan
gejala pucat, pusing, dan lemas. 

Seseorang dengan menoragia biasanya harus sering mengganti pembalut misalnya setiap jam
hingga mengganggu waktu tidur. Kondisi ini bisa disebabkan oleh gangguan hormon, masalah
pada rahim, radang atau infeksi vagina dan leher rahim, masalah pembekuan darah hingga
kanker leher rahim (kanker serviks).

5. Premenstrual Syndrome (PMS)

health.harvard.edu
Banyak wanita yang mengalami beberapa gejala menjelang masa menstruasi. Hal ini disebut
premenstrual syndrome. Gejala yang dirasakan bermacam-macam mulai dari mood swing,
lemas, pusing, sakit kepala, dan nyeri pada payudara. 

Gejala ini biasanya muncul beberapa hari sebelum menstruasi dan menghilang saat mulai
menstruasi. Hal ini biasanya disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuh.

6. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)

Premenstrual dysphoric disorder adalah bentuk berat dari PMS. Gejala yang terjadi mirip dengan
gejala PMS namun lebih berat dan dapat mengganggu aktivitas harian. Pada PMDD gejala
perubahan mood bisa terjadi secara drastis hingga bisa sampai depresi bahkan muncul keinginan
untuk bunuh diri.

Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti, namun bisa berhubungan dengan hormon.
Beberapa faktor risiko terjadinya premenstrual dyphoric disorder antara lain adanya faktor
keturunan, penyakit tiroid, hingga penggunaan obat terlarang dan alkohol.

Itulah 6 gangguan menstruasi yang bisa terjadi pada kaum wanita. Jika kamu pernah mengalami
kondisi di atas sebaiknya segera periksakan diri ke dokter ya, ladies. Agar dapat diketahui
penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai