Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pola Asuh

2.1.1 Pengertian Pola Asuh

Pola asuh adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut

membentuk perilaku dan karakter seorang anak, hal ini didasari

bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang

utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh

lembaga pendidikan manapun (Agus, 2012).

Theresia (2008) mengemukakan pola asuh merupakan pola

interaksi antara orangtua dengan anak, yaitu bagaimana sikap atau

perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk dengan

menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan

perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan perilaku yang baik

sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Hal ini berperan

penting dalam membentuk sikap, prilaku serta prestasi anak

dikemudian hari (angraini, 2013).

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

adalah cara orangtua untuk mendisiplinkan dan memberikan aturan-

aturan anak untuk membentuk watak, keperibadian, nilai dan norma

bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Setiap orangtua pasti memberikan bentuk pola asuh berdasarkan

latar belakang pengasuhan orangtua sehingga akan menghasilkan

macam-macam pola asuh yang berbeda.


2.1.2 Macam-macam pola asuh

Menurut Baumrid 1997, dalam petranto, 2006 (dalam

anggraini, 2013 ), terdapat 4 macam pola asuh orangtua:

a. Pola Asuh Demokratis

Surbakti (2009) mengemukakan Sistem pola asuh

demokratis meng hargai dan menghormati setiap pendapat dan

perbedaan sehingga potensi yang dimiliki dapat berkembang.

Jadi, sistem pola asuh demokratis dapat mengajarkan remaja

untuk menghormati hak dan kewajiban setiap individu. Manfaat

dari pola asuh demokratis untuk keluarga dan remaja yaitu

menghormati pendapat orang lain, memupuk persaudaraan dan

persahabatan, membangun kerja sama, menumbuhkan sikap

kritis, mengembangkan potensi dan lain-lain.

Ciri-ciri orangtua menerapkan pola asuh demokratis yaitu

memandang sama antara hak dan kewajiban antara orangtua

dan anak, secara bertahan orangtua memberikan tanggung

jawab bagi anak- anaknya terhadap segala sesuatu yang

diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa, selalu berdialog

dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima dan selalu

mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya,

serta dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya

kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak

swcara objektif serta tegas tetapi hangat dan penuh pengertian

(Stewart & Koch dalam Habibi, 2005).


b. Pola Asuh Permisif atau manja

Orangtua dengan tipe pola asuh permisif atau manja

biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar.

Berikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan suatu

tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cendrung tidak

menegur atau tidak memperingatkan anaknya apabila anak

sedang dalam bahaya dan sedikit memberikan bimbingan

kepada anak mereka. Orangtua tipe ini biasanya bersifat hangat,

sehingga sering kali disukai oleh anaknya (anggraini, 2013).

c. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan

standar yang mutlak harus dituruti anak, biasanya

dibarengi dengan ancaman- ancaman. Orangtua tipe ini

cendrung memaksa, memerintah, dan menghukum. Orangtua

tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi

biasanya bersifat satu arah. Orangtua tipe ini juga tidak

memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti

mengenai anaknya. Karakteristik anak dengan tipe ini adalah

anak menjadi penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif,

gemar menentang , suka melanggar norma, berkeperibadian

lemah, cemas dan menarik diri.

d. Pola asuh tipe penelantar

Orangtua tipe ini umumnya memberikan waktu dan

biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka


banyak diperlukan untuk keperluan pribadi mereka, seperti

mereka dan juga kadang kala biaya pun dihemat-hemat untuk

anak mereka. Tipe ini juga adalah perilaku pelantaran anak secara

fisik dan psikis pada ibu depresi.

Menurut Agus (2012), Mengasuh anak secara

demokratis lebih baik dari pada otoriter, penelantar dan permisif.

Hal ini sesuai dengan skala Guttman, dua alternatif untuk

pengelompokan pola asuh adalah baik dan kurang baik

(Nursalam, 2013).

2.1.3 Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki

Menurut Murtiyani (2011), masa remaja merupakan masa yang

rentan bagi seseorang untuk terlibat dalam perilaku menyimpang

seperti merokok. Seorang remaja memilih untuk merokok erat

kaitannya dengan belum matangnya mental seorang remaja. Seorang

remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun

masih belum cukup matang untuk dikatakan dewasa sehingga masih

sering gagal untuk mempertimbangkan dampak dari perilakunya

sendiri. Remaja juga sedang mencari pola hidup yang paling sesuai

baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba,

yang kadang kala berdampak negatif bagi dirinya sendiri dan orang

lain seperti merokok. Namun remaja kerap kali mengabaikan

dampaknya karena remaja masih dalam rangka mencari identitas diri

dan tidak ragu untuk mencoba sesuatu yang baru meski berbahaya

dalam rangka meningkatkan status sosial di lingkungan pergaulan.


2.2 Pergaulan Teman Sebaya

2.2.1 Pengertian

Pergaulan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

perihal pergaulan,pencampuran dalam persahabatan

(Depdiknas,2002).

Menurut Hetherington & Parke dalam Desmita (2010)

teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering

didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan

sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri,seperti kesamaan

tingkat usia

Mu’tadin (2002) menjelaskan bahwa teman sebaya adalah

kelmpok orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok

sosial yang sama,seperti teman sekolah atau teman sekerja.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelompok Teman

Sebaya

Menurut Hurlock (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi

teman sebaya diantara nya adalah:

1. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari

penampilan yang menarik perhatian,sikap yang tenang dan

gembira.

2. Reputasi sebagai individu yang sportif dan menyenangkan.


3. Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman

sebaya

4. Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama,tanggung

jawab,kesenangan bersama orang lain,dan sopan.

5. Matang,terutama dalam hal pengendalian emosi serta

kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.

6. Sifat keperibadian yang menimbulkan penyesuaian sosial

yang baik seprti jujur,tidak mementingkan diri sendiri dan

terbuka.

7. Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota-

anggota lain dan hubungan yang baik dengan anggota-

anggota keluarga.

8. Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok.

2.2.3 Aspek-aspek dalam peran kelompok teman sebaya

Dalam melaksanakan pengukuran terhadap peran teman

sebaya pada perkembangan masa remaja maka dapat diukur

melalui empat aspek dalam peran kelompok teman sebaya.

Hetherington dan Parke (1993) menyebutkan empat aspek

peranan kelompok teman sebaya yaitu:

1. Teman sebagai pemberi penguat

Yaitu hubungan teman sebaya selama masa remaja menjadi

sangat penting dan penting nya teman sebaya sebagai agen

penguat semakin meningkat,dimana pada masa ini remaja

membutuhkan sosok teman yang dapat menerima dirinya apa


ada nya dan memberi semangat dalam menghadapi segala

masalah.

2. Teman sebagai model

Yaitu remaja memperoleh banyak pengetahuan dan berbagai

macam respon melalui pengamatan nya terhadap tingkah laku

teman sebayanya. Teman menjadi model peran,yang

dijadikan dasar atau pegangan oleh remaja dalam

bersosialisai dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat

dilihat dari gaya bicara,penampilan serta aktivitas yang

dilakukan nya.

3. Teman sebagai proses perbandingan sosial

Teman sebaya berguna sebagai standar bagiremaja didalam

mengevaluasi dirinya. Dengan melihat teman sebaya nya,

remaja menemukan cara yang objektif dalam menilai

karakteristik dan kemampuan dirinya. Peran teman sebaya

sangat dibutuhkan dalam menerima perkembangan

fisik,sosial, dan emosionalnya.

4. Teman sebagai pemberi kesempatan sosial dan belajar

Menurut Zerbatany (dalam Hetherington dan Parke, 1993).

Teman sebaya menyediakan kesempatan untuk bersosialisasi

daan belajr mengembangkan suatu hubungan. Fungsi ini

meningkat sejalan dengan perkembangan individu yang

semakin banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok

sebayanya dibandingkan dengan kelurga nya.


2.3 Konsep Dasar perilaku

2.3.1 Pengertian

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sagat luas antara lain :

berjalan, berbicara, nangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia,baik yang diamati langsung,maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo,2003).

Menurut Skinner,seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003),merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulas atau rangsangan dari luar.

Oleh karna perilaku ini terjadi melaluin proses ada nya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespon,maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus-Organisme-Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stumulus ini, maka

perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo,2003) :

1. Perilaku terturup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seorang terhadap stimulus

dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon

atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian,persepsi,pengetahuan ,kesadaran,dan sikap yang


terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (over behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap

stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindaka atau

praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

2.3.2 Klasifikasi Prilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan degan sakit atau penyakit,sistem pelayanan

kesehatan,makanan,dan minuman,serta lingkungan. Dari batasan

ini,perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (healt maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara

atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bila mana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas

kesehatan,atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan

(healt seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut

upaya atau tindakan seseorang padaa saat menderita penyakit

atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan


Adalah apabila seseorang merespon lingkugan,baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya,dan sebagainya.

2.3.3 Domain Perilaku

Mernurut Bloom,seperti dikutip

Notoatmodjo(2003),membagai perilaku itu didalaam 3 domain

(ranah/kawasan),meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak

mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini

dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,yaitu

mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku

tersebut,yaitu terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah

affektif (affectife domain) dan ranah psikomotor (psicomotor

domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan

dan untuk kepenting hasil,ketiga domain itu diukur dari:

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri,misalnya

intelegensia, minat,kondisi fisik.


2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya

keluarga,masyarakat,sarana.

3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar,misalnya

strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkat domain pengetahuan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall)

terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek

yang diketahui dan dapat mengiterprestasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang

sebenarnya.

4. Analisa

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam kompenen-kompenen tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan

yang lain.

5. Sintesa
Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan baru.

6. Evalauasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi/objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Allport (1954)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga kompenen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan),ide,konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap sutu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya,mengerjakan,dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap.
3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

4) Beranggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atau segala suatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkingkan, antara lain adalah fasilitas dan

faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa

tingkatan :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama .

2. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

praktik tingkat kedua

3. Mekanisme (mecaninism)
Apabila seseorang telah dapat dengan benar secara

otomatis,atau sesuatu itu sudah merupakan kebisaan,maka

ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di

modifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung dengan

wawancara terhadap kegiataan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam,hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran

juga dapat dilakukan secara langsung,yakni dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) swpwerti dikutip

Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi

proses berurutan yakni :

1) Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Tertarik (interst)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tindakannya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4) Mencoba (irial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Menerima (Adaption)

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan,kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4 Konsep Dasar Rokok

2.4.1 Pengertian

Rokok terbuat dari bahan dasar tembakau yang diperoleh

dari tanaman Nicotiana Tabacum L. Tembakau dipergunakan

sebagai bahan untuk sigaret dan cerutu,baik penggunaannya dengan

pipa maupun tanpa pipa (Basyir,2008).

Merokok adalah membakar tembakau kemudian kemudian

dihisap,baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.

Temperatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat

celcius untuk ujung rokok yang dibakar,dan 30 derajat celcius

untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok

(Istiqomah,2003)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar


rokok dan kemudian menghiapnya dan mengembuskannya keluar

dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang

disekitarnya.

2.4.2 Tipe-Tipe Perokok

Menurut Silvan Tomkins dalam Bahri (1991), berdasarkan

Management of Affect Theory,ada empat tipe perilaku merokok.

Keempat tipe tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

Mereka berpendapat bahwa dengan merokok seseorang akan

merasakan penambahan rasa yang positif. Green dalam

Psychological Factor in Smoking (1987) menambahkan 3

subtipe berikut ini :

a. Pleasure reaxtion,yaitu perilaku merokok hanya untuk

menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah

didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau

makan.

b. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok

hanya dilakukan sekedar nya untuk menyengkan

perasaan .

c. Pleasure of handeling the cigaratte,yakni kenikmatan

yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesipik

pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan

waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan


untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa

menit saja. Ada juga perokok yang lebih senang berlama-

lama untuk memainkan rokoknya denga jari-jarinya lama

sebelum ia nyalakan dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negativ

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi

perasaan negative,misalnya bila ia marah,cemas,atau gelisah.

Rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan

rokok bila perasaan tidak enak terjadi,sehingga terhindar dari

perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif

Green menyebutkan sebagai kecanduaan secara psikologis

(psychological addiction). Mereka yang sudah kecanduan

cendrung akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap

saat setelah efek dari rokok yang di hisapnya berkurang.

Mereka umum nya akan pergi keluar rumah membeli

rokok,walau tengah malam sekalipun,karena khawatir rokok

bila perasaan tidak enak terjadi,sehingga terhindar dari

perasaan yang lebih tidak enak.

4. Perilaku merokokyang sudah menjadi kebiasaan

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan untuk

mengendalikan perasaan mereka,tetapi karena benar-benar

sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada orang-

orang tipe ini,merokok sudah menjadi perilaku yang bersifat


otomatis,seringkali tanpa dipikirkan dan disadari. Ia

menghidupkan lagi api rokok nya bila yang terdahulu telah

benar-benar habis.

Leventhal & Clearly (Komalasari & Helmi, 2000) terdapat 4 tahap

dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok,yaitu :

1. Tahap Preparatory

Sesorang mendaptkan gambaran yang menyenangkan

mengenai merokok dengan cara mendengar,melihat atau dari

hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap Initiation

Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan

meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3. Tahap Becoming a Semoker

Apa bila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat

batang perhari maka mempunyai kendrungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintenance of Smoking

Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara

pengaturan diri (self regulating) .

Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang

menyenangkan. Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok

yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang

dihisap . Tiga tipe perokok tersebut adalah:

1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok

dalam sehari.
2) Perokok sedang menghisap 5-14 batang rokok dalam

sehari.

3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam

sehari.

Tempat merokok mencerminkan pola perilaku merokok.

Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok

maka Mu’tadin(2002) menggolongkan tipe perilaku merokok

menjadi :

1) Merokok di tempat-tempat umum / atau ruangan publik

a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara

bergerombol mereka menikmati kebiasaan nya. Umumnya

mereka masih menghargai orang lain, karena mereka

menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang

lain yang tidak merokok,anak kecil,orang jompo,orang

sakit,dll).

2) Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi

a. Kantor atau dikamar tidur pribadi. Perokok memilih

tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok

digolongkan kepada individu yang kurang menjaga

kebersihan diri,penuh rasa gelisah yang mencekam.

b. Toilet, Perokok jenis ini dapa digolongkan sebagai orang

yang suka berfantasi.


Menurut Presty (Smet,1994) femaja yang merokok dipengaruhi

oleh keadaan yang di alaminya pada saat itu, misalnya ketika

sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin,setelah

dimarahi orang tua,dll.

2.4.3 Kandungan Rokok

Menurut ilmu kedokteran, rook mrngandung lebih kurang 4000

bahan kimia, Nainggolan (2000) mengungkapkan zat-zat bahan

kimia yang terdapat pada rokok akan diterangkan sifat dan bahaya

nya.

1. Acrolein

Merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehyde. Zat

ini diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau

dengan mengeringkannya. Dengan kata lain, acrolein itu

adalah alkohol yang cairannya telah diambil.

2. Karbon monoksida

Merupakan sejenis gas yang tidak berbau yang dihasilkan dari

pembakaran zat arang atau karbon yang tidak sempurna. Gas

ini memiliki sifat racun yang dapat mengurangi kemampuan

darah membawa oksigen. Hal ini disebabkan karena unsur ini

memiliki kemampuan yang cepat untuk bersenyawa dengan

haemoglobin,yang pada akhirnya memyebabkan suplai pksigen

ke seluruh tubuh berkurang.

3. Nikotin
Adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat

membuat rasa perih yang sangat. Nikotin itu menghalangi

kontraksi rasa lapar. Itu sebabnya seseorang bisa merasakan

tidak lapar karena merokok. Itu jugalah yang menyebabkan

bila seseorang berhenti merokok akan menjadi gemuk karena

akan merasa lapar

4. Ammonia

Merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen

daan hitrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat

merangsang. Ammonia ini sangat mudah memasuki sel-sel

tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini

sehingga jika disuntikan sedikit saja kedalam tubuh bisa

menyebabkan seseorang pingsan.

5. Hydrogen cyanide

Adalah sejenis gas yang tidak berwarna,tidak berbau dan tidak

memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,

mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi

pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung

racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukan

langsung kedalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

6. Nitrous oksida

Adalah sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap

menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan

rasa sakit
7. Formaldehyde

Gas ini tergolong pengawet dan pembasmi hama. Banyak

sebagai pengawet dalam laboraturium (formalin).

8. Phenol

Merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan

dari destilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang,

selain diperoleh dari arang. Phenol terikat dengan menghalangi

aktivitas enzim.

9. Acetol

Hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna

yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

Hydrogen sulfide: sejenis gas yang beracun yang gampang

terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi

enzym (zat yang berisi figmen).

10. Pyridine

Merupakan cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat

ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai

pelarut dan pembunuh hama.

11. Methyl chloride

Adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana hidrogen

dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah

merupakan compound organic yang dapat beracun.

12. Methanol
Sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah

terbakar. Meminum atau menghisap methanol dapat

mengakibatkan kebutaan dan kematian.

13. Tar

Zat ini sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam

yang diproleh dengan cara distilasi dari kayu atau arang.

Apabila zat ini dihisap saat meokok mengakibatkan kangker

paru-paru.

2.4.4 Bahaya Rokok

Menurut Sukendro (2007) berbagai penyakit mulai dari rusaknya

selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kangker dapat

timbul dari perilaku merokok. Beberapa penyakit antara lain:

1. Penyakit paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas

besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus

bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,

terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat

bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan

paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan

kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas,

pada perokok akan timbul perubahan fungsi paru-paru

dengan segala macam gejalan klinisnya. Hal ini menjadi


besar utama terjadinya penyakit paru obstruksi menahun

(PPOM). Bahakan kangker paru merupakan jenis penyakit

paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian

karena kangker paru terjadi perokok (Basyir 2005).

2. Penyakit jantung koroner

Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang

terkandung dalam rokok. Pengaruh utama pada penyakit

jantung terutama disebabkan oleh dua bahan kimia penting

yang ada dalam rokok, yakni Nikotin dan Karbonmonoksida.

Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung,sedangkan

CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang

karena berkaitan dengan Hb darah. Hal inilah yang

menyebabkan gangguan jantung,termasuk timbulnya

penyakit jantung koroner.

3. Impotensi

Tjokonogoro, seseorang dokter spesialis andrologi

Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang

beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk

organ reproduksi. Zat ini akan mengganggu proses

spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk.

Sedangkan Teher menambahkan, selain merusak kualitas

sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi

seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE) disebabkan

oleh karena kebiasaan merokok.


4. Kangker kulit,mulut,bibir, dan kerongkongan

Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput

lendir dimulut, bibir, dan kerongkongan. Ampas tar yang

tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas

yang menyebabkan kangker. Selain itu, kangker mulut dan

bibir juga dapat disebabkan karena asap. Sedangkan untuk

kangker kerongkongan,didapkan data bahwa pada perokok

kemungkinan terjadinya kangker kerongkongan, dan usus

adalah 5-10 kali lebih banyak dari pada bukan perokok

(Basyir 2005).

5. Merusak otak dan indra

Sama halnya dengan jantung,dampak rokok terhadap otak

juga disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak

yang diakibatka karena efek nikotin terhadap pembuluh darah

dan supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk

otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini

dapat mengganggu seluruh sistem tubuh.

6. Mengancam kehamilan

Hal ini terutama ditunjukan pada wanita perokok. Banyak

hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa wanita hamil

yang merokok memiliki resiko melahirkan bayi dengan berat

badan yang rendah, kecacatan,keguguran bahkan bayi

meninggal saat dilahirkan.

2.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok


Menurut Juniarti dalam Mu’tadin (2002), faktor yang

mempengaruhi kebiasaan merokok adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa

anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak

bahagia,dimana orang tua tidak memperhatikan anak-anakna

dan memberikan hukuman fisik yang keras, lebi mudah

menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal

dari lingkungan keluarga yang bahagia. Remaja yang berasal

dari kelurga konservatif yang menekankan nilai sosial dan

agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit

terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan

keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah

“kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Yang paling kuat

pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur

contoh sebagai perokok berat (Bahri,1991).

2. Pengaruh teman sebaya

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak

remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-

temannya adalah perokok dan demikian sebaliknya. Dari

fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama,

remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan

teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja

tersebut, hingga akhirnya mereka semua menjadi perokok.


Diantara remaja perokok,87% mempunyai sekurang-

kurangnya satu atau lebih sahabt yang perokok, begitu pula

dengan remaja bukan perokok (Bahri, 1991).

Kurniawati (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan

bahwa lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan

efektif sebesar93,8% terhadap munculnya perilaku merokok

remaja. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa semakin

banyak dukungan teman untuk meroko dapat mendorong

seseorang untuk semakin menjadi perokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Lawas (2008) terhadap siswa

SMP di Kabupaten Mamuju,Sulwesi Selatan diperoleh bahwa

102 (76,1%) responden mempunyai teman sebaya yang

merokok dan sebanyak 56 (54,9%) responden memiliki

teman sebaya yang negatif atau mendorong untuk merokok

adalah perokok.

3. Faktor keperibadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau

ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan

membebaskan diri dari kebosanan.

4. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media masa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang

kejantanan atau glammour , membuat remaja ering kali


terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada didalam

iklan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai