Anda di halaman 1dari 3

Nama;RIANDA

NPM ;1703101010275

1. Pengertian Hak Milik.

Hak Milik yang merupakan salah satu macam hak atas tanah yang dikenal dalam Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA). Pengertian Hak Milik berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (1)
UUPA menentukan bahwa :
“Hak milik adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6”

Hak Milik bersifat turun-menurun maksudnya bahwa Hak Milik atas tanah tersebut tidak hanya
berlangsung selama hidup pemegang Hak milik atas tanah, tetapi dapat juga dilanjutkan oleh ahli
warisnya apabila pewaris meninggal dunia, oleh karena itu Hak Milik jangka waktunya tidak
terbatas. Hak Milik bersifat terkuat maksudnya bahwa Hak Milik merupakan induk dari macam
hak atas tanah lainnya dan dapat dibebani oleh hak atas tanah lainnya, seperti Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai. Hak Milik bersifat terpenuh maksudnya Hak Milik menunujuk luas
wewenang yang diberikan kepada pemegang Hak Milik dalam menggunakan tanahnya baik
untuk usaha pertanian maupun untuk mendirikan bangunan.
Hak Milik bersifat turun temurun, terkuat dan terpenuh bukan berarti bahwa Hak Milik
merupakan hak yang mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat. Hal ini Ini
dimaksudkan untuk membedakan Hak Milik dengan hak-hak atas tanah lainnya yang dimiliki
oleh individu. Dengan kata lain, Hak Milik merupakan hak yang paling kuat dan paling penuh
diantara hak-hak atas tanah lainnya.
berdasarkan ketentuan Pasal 6 UUPA, semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial, sehingga
Hak Milik juga mempunya fungsi social, artinya bahwa Hak Milik yang dipunyai subjek hak
(pemegang hak) tidak boleh dipergunakan semata-mata untuk kepentingan pribadi. Fungsi sosial
dari Hak Milik harus ada keseimbangan antara kepentingan pemerintah dengan masyarakat.

1. Ciri-ciri Hak MilikCiri-ciri hak milik adalah sebagai berikut:

a) Hak milik dapat dijadikan jaminan hutang


b) Hak milik dapat digadaikan
c) .Hak milik dapat dialihkan kepada orang lain, melalui: jual beli,hibah, wasiat, tukar-
menukar
d) Hak milik dapat dilepaskan dengan sukarela
e) Hak milik dapat diwakafkan ( PP No. 28 Tahun 1977
f) Turun temurun
g) Dapat dilepaskan untuk kepentingan social
2. Masa sebelum UUPA

Hak-hak atas tanah yang ada pada masa sebelum UUPA ini, terdapat dualisme hak-hak atas
tanah, yaitu hukum agraria barat dan hukum agraria adat. Hak-hak yang diatur tersebut antara
lain:

1)      Hak Eigendom
Hak Eigendom, atau lengkapnya disebut ” eigendom recht” atau “right of property” dapat
diterjemahkan sebagai ” hak milik “, diatur dalam buku II BW ( burgerlijke wetboek) atau
KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ).
Hak Eigendom merupakan hak kepemilikan keperdataan atas tanah yang terpenuh, tertinggi yang
dapat dipunyai oleh seseorang. Terpenuh karena penguasaan hak atas tanah tersebut bisa
berlangsung selamanya, dapat diteruskan atau diwariskan kepada anak cucu. Tertinggi karena
hak atas atas tanah ini tidak dibatasi jangka waktu, tidak seperti jenis hak atas tanah yang lain,
misalnya hak erfpacht  atau hak opstal.
Hak Eigendom adalah hak untuk dengan bebas mempergunakan suatu benda sepenuh-penuhnya
dan untuk menguasai seluas-luasnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan-peraturan umum yang ditetapkan oleh instansi (kekuasaan) yang berhak
menetapkannya, serta tidak mengganggu hak-hak orang lain; semua itu terkecuali
pencabutan eigendom untuk kepentingan umum dengan pembayaran yang layak menurut
peraturan peraturan umum.
2)      Hak Erfpacht
Hak Erfpacht adalah hak benda yang paling luas yang dapat dibebankan atas benda kepada orang
lain. Pada pasal 720 KUH Perdata disebutkan, bahwa suatu hak kebendaan untuk menikmati
sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain dengan kewajiban
memberi upeti tahunan. Disebutkan di dalamnya pula bahwa pemegang erfpacht mempunyai hak
untuk mengusahakan dan merasakan hasil benda itu dengan penuh. Hak ini bersifat turun-
temurun, banyak diminta untuk keperluan pertanian. Di Jawa dan Madura,
hak erfpacht diberikan untuk pertanian besar, tempat-tempat kediaman di pedalaman,
perkebunan, dan pertanian kecil. Sedangkan di daerah luar Jawa hanya untuk pertanian besar,
perkebunan, dan pertanian kecil.
3)      Hak Opstal
Hak Opstal adalah hak untuk mempunyai rumah, bangunan, atau tanam-tanaman di atas tanah
orang lain. Menurut ketentuan Pasal 711 KUH Perdata, hak numpang karang (hak opstal) adalah
suatu hak kebendaan untuk mempunyai gedung-gedung, bangunan-bangunan, dan penanaman di
atas pekarangan orang lain.
4)      Hak Gebruik
Hak Gebruik adalah suatu hak kebendaan atas benda orang lain bagi seseorang tertentu untuk
mengambil benda sendiri dan memakai apabila ada hasilnya sekedar buat keperluannya sendiri
beserta keluarganya.
Hak Gebruik ini memberikan wewenang kepada pemegangnya untuk dapat memakai
tanah eigendom orang lain guna diusahakan dan diambil hasilnya bagi diri dan keluarganya saja.
Di samping itu, pemegang hak gebruik ini boleh pula tinggal di atas tanah tersebut selama jangka
waktu berlaku haknya itu.
Hak Gebruik ini diatur oleh apa yang telah ditentukan sendiri dalam perjanjian kedua belah
pihak. Tapi jika tidak ada perjanjian antara kedua belah pihak, maka berlakulah pasal 821 dan
pasal-pasal yang berkaitan dengan hal itu dalam KUH Perdata.
5)      Hak milik & Hak pakai

Hak milik (adat) atas tanah adalah suatu hak atas tanah yang dipegang oleh perorangan atas
sebidang tanah tertentu yang terletak di dalam wilayah hak ulayat masyarakat hukum adat yang
bersangkutan. Pada  dasarnya, pemilik tanah  belum  mempunyai kekuasaan penuh atas tanah
yang dimilikinya atau dikuasainya tersebut. Artinya, belum bisa menguasainya secara bebas,
karena hak milik ini masih mempunyai fungsi sosial. Contohnya tanah yang dikuasai dengan hak
milik dalam hukum adat itu berupa sawah dan beralih turun-menurun.

Hak Pakai (adat) atas tanah ialah suatu hak atas tanah menurut hukum adat yang telah
memberikan wewenang kepada seseorang tertentu untuk memakai sebidang tanah tertentu bagi
kepentingannya. Hak ini mirip dengan hak  yang  dinikmati  oleh  orang  asing  atau  orang  luar 
persekutuan atas  tanah persekutuan. Hanya saja, perseorangan anggota persekutuan tidak
dituntut untuk membayar biaya atau ganti rugi tertentu. Biasanya tanah yang dikuasai dengan
hak dalam hukum adat itu berupa ladang..

6)      Hak ulayat

Hak ulayat adalah kewenangan yang menurut hukum adat, dimiliki oleh masyarakat hukum adat
atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan warganya, di mana kewenangan ini
memperbolehkan masyarakat untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah,
dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidupnya. Masyarakat dan sumber daya yang
dimaksud memiliki hubungan secara lahiriah dan batiniah turun-temurun dan tidak terputus
antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai