JUMIATI (191050701068)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
luas. Mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan,
kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya.
Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita
adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di
sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya, banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah,
mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
2
dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran
adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan saintifik
2. Untuk mengetahui tujuan pendekatan saintifik
3. Untuk mengetahui prinsip pendekatan saintifik
4. Untuk mengetahui kriteria pendekatan saintifik
5. Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik
6. Untuk mengetahui penerapan pendekatan saintifik
7. Untuk mengetahui jenis penilaian yang digunakan dalam pendekatan saintifik
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik aktif dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang ditemukan. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang
hasil belajar sebagai tahapan akhir, namun proses pembelajaran dipandang
sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada
keterampilan proses.
5
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan
berfikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematis.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar
itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
C. PRINSIP PENDEKATAN SAINTIFIK
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Pembelajaran membentuk students self concept.
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5. Pembelajarn mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir
siswa.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
D. Kriteria Pendekatan Saintifik
Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan
sebagai pembelajaran saintifik (Hosman, 2014):
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
6
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
7
E. Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-
langkah pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam proses pembelajaran
meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau
sifat-sifat non-ilmiah. Adapun tahapan dari pendekatan saintifik dalam
pembelajaran yakni mengamati (observing), menanya (questioning),
mengasosiasi (associating), mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan
(networking) (Hosman, 2014).
a. Mengamati (observing)
8
b. Menanya (questioning)
9
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang
diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengasosiasi (associating)
d. Mencoba (experimenting)
10
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema
atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasilhasil
eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5)
mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6)
menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan. Agar pelaksanaan percobaan dapat
berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan
eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid
mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja
untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga
akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada
murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8)
Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. Kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu,
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen
atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini (PPPPTK-SB Yogyakarta,
2013).
1) Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen
Mempersiapkan alat atau bahan
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta
didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu
menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen
atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa
kelompok secara paralel atau bergiliran.
11
Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat
memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan
dan tahapatahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk
hal-hal yang dilarang atau membahayakan
2) Pelaksanaan
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing
dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus
memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan
baik.
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran.
3) Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
eksperimen.
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen.
Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali
segala bahan dan alat yang digunakan.
e. Mengkomunikasikan (networking)
12
Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi
yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
13
G. Penilaian Dalam Pendekatan Saintifik
Penilaian autentik memiliki relevansi terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 yang mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik melalui 5 M. Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasikan, dan Mengomunikasikan.
Penilaian autentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam
berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata, Penilaian autentik
dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada penilaian kompetensi
sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta
didik dan jurnal, pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan,
keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktek, projek,, dan penilaian portofolio.
Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kunandar
(2013:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas adanya
pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes
(berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian
autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui penilaian
kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik
tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga
perubahan dalam melaksanakan penilaian. Paradigma lama, penilaian
pembelajaran lebih ditekankan pada hasil yang cenderung menilai kemampuan
aspek kognitif, dan kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes
14
seperti pilihan ganda, benar atau salah, menjodohkan yang telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes tersebut belum bisa
mengetahui gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar
sekolah atau masyarakat. Aspek afektif dan psikomotorik juga diabaikan. Dalam
pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya
ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup
seluruh aspek kepribadian siswa, seperti perkembangan moral, perkembangan
emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya.
Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi
juga mempertimbangkan segi proses (Suparno, 2005).
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik
mendatangkan problem bagi pendidik dalam proses pembelajaran dan penilaian.
Pendidik merasa kebingungan dalam proses penilaian yang dapat memberikan
gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat
dan juga serta bagaimana format penilaiannya. Makalah ini membahas tentang
penilaian otentik sebagai jawaban atas kebingungan pendidik dalam penilaian
sesuai ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
tentang penilaian autentik (authentic asessment) dan Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kunandar
(2013:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas adanya
pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes
(berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian
autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui penilaian
kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri.
15
Asesmen seharusnya didasarkan pada pengetahuan kita tentang belajar
dan tentang bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran yang
kita ajarkan. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat
suatu asesmen dimana pendidik dapat mempergunakannya untuk meningkatkan
kegiatan pendidikan dan mengawasi hasil belajar dan mengajar yang kompleks.
16
dikuasai siswa. Penilaian otentik merupakan penilaian yang secara langsung
bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai adalah merupakan sesuatu yang
benar-benar diperlukan siswa dalam kehidupan nyata sehari-hari.
17
atas); 3) Berkesinambungan yaitu memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan
Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas; 4)
Berdasar Acuan Kriteria/Patokan yaitu mengacu ukuran pencapaian
kompetensi/patokan yang ditetapkan. Prestasi kemampuan peserta didik
tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan
yang dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan; 5) Menggunakan
Berbagai Cara & Alat Penilaian yaitu : mengembangkan dan menyediakan
sistem pencatatan yang bervariasi.Menggunakan penilaian yang bervariasi:
Tertulis, Lisan, Produk, Portofolio, Unjuk Kerja, Proyek, Pengamatan, dan
Penilaian Diri.
18
investigasiyang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian
data.
Tiga hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian proyek:1)
Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan; 2) Kesesuaian atau
relevansimateri pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik; 3)
Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,dan penyajian
data.
c. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak
yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah seperti berikut ini.1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi
penilaian portofolio; 2) Guru atau guru bersama peserta didik
menentukan jenisportofolioyang akandibuat; 3) Peserta didik, baik
sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran;4) Guru menghimpun dan
menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai
catatan tanggal pengumpulannya; 5) Guru menilai portofolio peserta
didik dengan kriteria tertentu; 6) Jika memungkinkan, guru bersama
19
peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan; 7)
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
d. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi
yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Penilaian tertulis adalah penilaian yang menuntut peserta didik
memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Penilaian
tertulis yang dikembangkan dalam penilaian otentik lebih ditekankan
pada penilaian tertulis yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk
isian singkatdan/atau uraian. Soal dengan mensuplay jawaban terdiri dari
Isian atau melengkapi, Jawaban singkat atau pendek, dan Soal uraian.
Teknik penilaian tes tertulis uraian adalah alat penilaian yang menuntut
peserta didik untuk mengingat, memahami, mengorganisasikan gagasan
yang sudah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersbut dalam bentuk uraian tulisan. Teknik ini dapat digunakan
untuk menilai berbagai jenis kemampuan, yaitu mengemukakan
pendapat, berpikir logis, kritis, sistematis dan menyimpulkan.
20
untuk suatu kriteria diberi skor 0. Besar- kecilnya skor yang diperoleh
peserta didik untuk suatu kriteria ditentukan berdasarkan tingkat
kesempurnaan jawaban.
e. Penilaian Lisan
21
hendaknya tidak menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi
diskusi; 5) Untuk menegakan obyektivitas dan prinsip keadilan, Pendidik
tidak diperkenankan memberikan angin segar atau memancing dengan
kata-kata atau kode tertentu yang bersifat menolong peserta didik dengan
aalasan kasihan atau rasa simpati; 6) Tes lisan harus berlangsung secara
wajar. Artinya jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panik
di kalangan peserta didik;7) Pendidik mempunyai pedoman waktu bagi
peserta didik dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan pada tes lisan;8)
Pertanyaan yang diajukan hendaknya bervariasi, dalam arti bahwa
sekalipun inti persoalan yang ditanyakan sama, namun cara pengajuan
pertanyaannya dibuat berlainana atau beragam; 9) Pelaksanaan tes
dilakukan secara individual (satu demi satu), agar tidak mempengaruhi
mental peserta didik yang lainnya.
f. Penilaian Praktek
Teknik Penilaian Praktek dibagi dua macam, yaitu daftar cek dan
skala rentang. Daftar Cek Pada penilaian praktek yang menggunakan
daftar cek (ya – tidak), peserta didik mendapat nilai apabila kriteria
penguasaaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Kelemahan
22
teknik penilaian ini ialah penilai hanya mempunyai dua pilihandan tidak
menpunyai nilai tengah. Misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat
diamati. Sedangkan Skala Rentang pada penilaian unjuk kerja
memungkinkan penilai memberikan skor tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu. Karena pemberian nilai secara kontinuum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua, misalnya sangat kompeten –
kompeten – tidak kompeten.- sangat tidak kompeten. Penilaian skala
rentang sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor
sujektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
23
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar, karena
penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta
didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja; 11) Penilaian autentik
sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik,
karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek; 12) Penilaian autentik harus mampu
menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau
belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu
menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.Atas dasar itu, guru dapat
mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi
apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pendekatan saintifik atau ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme
pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau
keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah.
2. Tujuan pendekatan saintifik yaitu:
(1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berfikir tingkat tinggi siswa.
(2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
(3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
(4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
(5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
(6) Untuk mengembangkan karakter siswa.
3. Prinsip pendekatan saintifik adalah:
(1) Pembelajaran berpusat pada siswa.
25
(2) Pembelajaran membentuk students self concept.
(3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
(4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
(5) Pembelajarn mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir
siswa.
(6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
(7) Memberiakan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi.
(8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
4. Kriteria pendekatan saintifik adalah:
(1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu.
(2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-
peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
(3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
(4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
(5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
(6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung-jawabkan.
(7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan
menarik sistem penyajiannya.
26
5. Langkah-langkah pendekatan saintifik adalah sebagai berikut :
(1) Observing (mengamati)
(2) Questioning (menanya)
(3) Associating (menalar)
(4) Experimenting (mencoba)
(5) Networking (membentuk jejaring)
6. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah:
(1) Kegiatan pendahuluan, bertujuan untuk memantapkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan
dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa.
(2) Kegiatan inti,ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau
prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-
langkah kegiatan yang diberikan di muka.
(3) Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh
siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
28
Karar, E. E. dan Yenice, N. 2012. The Investigation Of Scientific Process Skill Level Of
Kemdikbud
Pusbangprodik.
Mimin, Haryati. 2010. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
Wadsworth, Barry J., 1984. Piaget’s Theory of Cognitive and Affective Development
29