Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

(PEMBENTUKAN KONSEP MATEMATIKA)

Disusun Oleh : Kelompok IV

Andi Indri Ayu Lestari (191050701066)


Jumiati (191050701068)
Ayu Maqfirah Darwis (191050701069)
Zulfiqar Sulaeman (191050701070)
Nur Tahirah (191050701071)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah
“Psikolog Pendidikan” yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami sehingga
dapat memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat danm menggali ilmu
lebih dalam.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang diberikan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih
pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terlselesaikannya makalah ini.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat
tenaga dalam penyelesaian makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi
yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua
pihak ghuna perbaikan tugas-tugas serupa di masa depan.

Makassar, Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................i

Daftar Isi ........................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang .....................................................................................................1

Rumusan Masalah ................................................................................................1

Tujuan ..................................................................................................................1

Bab II Pembahasan

Mengabstraksi dan Mengklasifikasikan ...............................................................3

Penamaan .............................................................................................................6

Konsep Komunikasi .............................................................................................7

Konsep dengan Warisan Budaya...........................................................................9

Kekuatan Berpikir Konseptual..............................................................................11

Pembelajaran Konsep Matematika .......................................................................12

Pembelajaran dan Pengajaran................................................................................15

Bab III Penutup

Kesimpulan ..........................................................................................................

Saran ....................................................................................................................

Daftar Pustaka ................................................................................................................

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini kegiatan tentang pengajaran matematika telah banyak
mendapat perhatian, rancangan telah dikembangkan, topik baru dan metode
pengajaran telah diperkenalkan dan “matematika modern” telah menjadi
slogannya. Perubahan program matematika tradisional ke matematika modern
ialah dengan cara kita mengubah dari situasi “guru mengajar” kepada “anak-anak
belajar”, dari pengalaman guru kepada pengalaman murid, dari dunia guru
kedunia murid. Mengorganisir sekolah bukan untuk kita mengajar tetapi untuk
anak-anak belajar.

Masalah belajar dan mengajar adalah masalah psikologis dan sebelum kita
dapat membuat banyak perbaikan dalam pengajaran matematika kita perlu tahu
lebih banyak tentang bagaimana ia dipelajari. Kita pasti berpikir bahwa kita tahu
apakah kita memahami sesuatu atau tidak, selain itu, kadang-kadang kita berpikir
bahwa kita telah memahami bagaimana penerapannya. Jadi sampai kita memiliki
pemahaman itu sendiri, kita akan berada dalam posisi yang lebih rendah baik
untuk memahami matematika bagi diri kita sendiri, atau untuk membantu orang
lain untuk memahaminya.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa itu mengabstraksi dan mengklasifikasikan?
2. Apa itu penamaan?
3. Apa itu komunikasi konsep?
4. Seperti apa itu konsep sebagai warisan budaya?
5. Bagaimana itu kekuatan berpikir konseptual?
6. Bagaimana itu pembelajaran konsep matematika?
7. Apa itu pembelajaran dan pengajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu mengabstraksi dan mengklasifikasikan.
2. Untuk mengetahui apa itu penamaan.

1
3. Untuk mengetahui apa itu komunikasi konsep.
4. Untuk mengetahui apa itu konsep sebagai warisan budaya.
5. Untuk mengetahui apa itu kekuatan berpikir konseptual.
6. Untuk mengetahui apa itu pembelajaran konsep matematika.
7. Untuk mengetahui apa itu pembelajaran dan pengajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBENTUKAN KONSEP MATEMATIKA

A. Abstraksi dan Klasifikasi


Meskipun istilah “konsep” sudah sangat sering kita gunakan, namun pada
dasarnya konsep itu sendiri tidak mudah di definsikan. Oleh karena itu untuk
mendefinisikan konsep kita akan melakukan pendekatan dari beberapa arah dan
dengan berbagai contoh.
Mungkin ada baiknya kita menghubungkan beberapa istilah yang
digunakan selama ini. Abstraski berasal dari Bahasa latinb abstraction ( dari
abstrabere = menarik dari). Secara harfiah abstraksi berarti memisahkan suatu
bagian dari suatu keseluruhan. Secara umum abstarksi merupakan sebuah proses
yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal.
Sedangkan klasifikasi berarti mengumpulkan bersama pengalaman-pengalaman
kita berdasarkan kemiripannya.
Ada dua contoh pra-verbal. Pertama, seorang bayi laki-laki berusia 12
bulan, telah selesai mengisap botolnya, merangkak dilantai ruang tamu dimana
dua botol anggur kosong berdiri dan satu botol susu kosong disampingnya.
Kedua, seorang anak laki-laki berusia dua tahun, melihat bayi tersebut dilantai
bereaksi seperti yang biasanya ia lakukan terhadap anjing, yaitu menepuk kepala
dan membelai punggungnya (dia pernah melihat banyak anjing, namun belum
pernah melihat bayi merangkak).
Dari kedua kasus ini perilaku anak-anak yang bersangkutan menyiratkan:
pertama, semacam klasifikas dari pengalaman mereka sebelumnya; kedua’
pengalaman mereka saaat ini menjadi salah satu dari kelas ini.
Kita semua berperilaku seperti ini sepanjang waktu, dengan demikian
artinya kita membawa pengalaman kita pada masa lalu ke situasi saat ini.
Kegiatan ini terus berkelanjutan dan otomatis, sehingga menunjukkan beberapa
hasil yang tidak terduga darinya, seperti yang diatas, untuk menarik perhatian kita.

3
Pada tingkat yang lebih rendah, kita mengklasifikasikan setiap kali kita
mengenali suatu objek sebagai sesuatu yang kita lihat sebelumnya. Tidak ada dua
peristiwa atau kejadian yang secara bersamaan, dimana data cenderung sama
persis, karena kita melihat objek dari jarak dan sudut yang berbeda dan juga
dalam bermacam-macam cahaya dan dari beberapa cahaya kita mengabstraksi
sifat invariant tertentu, dan sifat-sifat ini bertahan dalam memori lebih lama dari
berbagai memori presentasi onjek tertentu. Pada diagram C 1 , C2 ⋯ mewakili
pengalaman masa lalu berturut-turut dari objek yang sama, katakanlah kursi
tertentu. Dari sini, kita mengabstraksi property umum tertentu, seperti pada
diagram tersebut.

Setelah pengalaman ini dibentuk, pengalaman apapun dimasa depan C n,


menyebabkan timbulnya C dan kursi dikenali; yaitu pengalaman baru yang
dibedakan dengan C 1 , C2 , dan lain sebagainya. C n dan C sekarang dialami secara
bersamaan dan dari kombinasi tersebut kita mengalami ( C ) yang sama dari C n
yakni pengalaman kita sebelumnya saat melihat kursi tersebut dan juga jarak
tertentu, sudut dan lain sebagainya pada peristiwa ini (C n ).
Kita berkembang pesat untuk abstrak lebih lanjut, dari kursi tertentu,
C , C ' , C' ' , kita memisahkan invariant lebih lanjut yang membuat kita mengetahui
C h (benda baru yang dilihat untuk pertama kalinya, katakanlah, di jendela took)
sebagai anggota dari kelas ini. Inilah adalah abstrak dari urutan kedua ( dari
himpunan abstrak C , C ' , C' ' , ⋯) yang kita sebut “kursi”. Sifat invariant yang

4
mencirikannya sudah menjadi lebih fungsional dan kurang persepsi, yaitu kurang
memperhatikan sifat fisik kursi. Yang saya lihat baru-baru ini adalah keranjang,
bentuk telur dan digantung dengan satu tali. Itu sedikit atau sama sekali tidak
mirip dengan kursi apapun yang pernah saya lihat, tetapi saya bias langsung
mengenalinya sebagai kursi dan alat yang paling diinginkan.

dari abstraksi kursi, bersama dengan abstraksi yang lain, seperti meja,
karpet, meja tulis, abstraksi lebih lanjut, mebel dan lain sebagainya. Klasifikasi ini
sama sekali tidak tuntas. Terutama bagi anak muda, kursi juga diklasifikasikan
sebagai hal untuk berdiri diatasnya, alat senam, dan kerangka rumah-rumahan.
Meja kadang-kadang digunakan sebagai kursi, fleksibilitas klasifikasi ini, sesuai
dengan kebutuhan saat ini, yaitu sebuah bantuan untuk beradaptasi.
Penamaan pengklasifikasian objek, ini dapat menjadi sebuah keuntungan
ataupun kerugian. Klasifikasi yang sangat penting adalah berdasarkan fungsinya,
dan begitu suatu objek diklasifikasikan, kita tahu bagaimana bertindak sesuai
dengan hal tersebut. “apapun ini?” itu adalah alat untuk menarik sepatu boot
wellington. Tetapi sekali itu diklasifikasikan mobil sebagai kendaraan, alat antar,
dan mungkin symbol status, dan menggunakannya sesuai dengan fungsi-fungsi
tersebut. Sebagian kecil juga melihat atau mengklasifikasikan mobil sebagai
benda yang berpotensi mematikan dan Karena itu, tindakan kita kurang
memperhitungkan dari klasifikasi tersebut.
Mungkin kita dapat menarik kesimpulan dari beberapa istilah yang telah
kita gunakan sejauh ini. Mengabstraksi adalah suatu kegiatan dimana kita menjadi
sadar akan kesamaan (dalam arti sehari-hari) diantaran pengalaman kita.
Mengklasifikasi artinya mengumpulkan pengalaman berdasarkan kesamaan
tersebut. Abstrkasi adalah semacam perubahan mental yang bertahan lama, hasil

5
dari pengabstrakan yang memungkinkan kita untuk mengenali kembali
pengalaman-pengalaman baru yang memiliki kesamaan dari kelas yang telah ada.
Secara singkat, ini adalah sesuatu pembelajaran yang memungkinkan kita
mengklasifikasikan untuk membedakan antara abstrak sebagai kegiatan dan
abstrak sebagai produk akhir.
Oleh karena itu konsep-konsep biasanya berasal dari pengalaman sehari-
hari dan contoh-contoh yang mengarah pada pembentukannya yang terjadi secara
acak. Objek yang sering dijumpai secara umum, dikonseptualisasikan lebih cepat
tapi banyak factor lain yang membuat pernyataan ini terkesan berlebihan. Salah
satunya adalah kekontrasannya. Pada diagram berikut ini gambar X menonjol
secara perseptual dari lima gambar lainnya. Objek yang lebih menonjol dari objek
yang lain cenderung lebih diingat .

Pada diagram juga menggambarkan fungsi bukan contoh dalam


menentukan kelas. X dengan perbedaannya dari semua bentuk lainnya, membuat
kesamaan diantara mereka, membuatnya lebih terlihat. Klarifikasi penting kursi
yakni dengan menunjuk, seperti banku, sofa, tempat tidur, dan kursi taman, dan
mengatakan “ini bukan kursi”. Ini khusus digunakan dalam memperbaiki gari
batas kelas. Kita menggunakan objek yang mungkin contoh namun bukan.
Konsep matematika yang disampaikan oleh Dienes merupakan sesuatu
yang baru dan dapat diadopsi dalam pembelajaran matematika di Indonesia.
Konsep tersebut mempermudah dalam proses pembelajaran matematika yang
bersifat abstrak dan sulit untuk dipelajari. Selain itu konsep dienes juga membuat
matematika menjadil lebih menarik dan menyenangkan. Sehingga anak didik
tidak lagi takut dan alergi terhadap matematika, dan matematika dapat lebih
mudah diterima oleh semua kalangan.
B. Penamaan

6
Penamaan atau pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjain
belaka diantara sesama suatu masyarakat Bahasa. Memang, banyak orang sulit
untuk memisahkan konsep dari namanya, seperti yang ditunjukkan oleh ilustrasi
menarik berikut disedikan oleh Vygotsky (1962) dia mengatakan kepada anak-
anak untuk mengubah nama-nama berbagai benda, dan kemudian bertanya kepada
mereka pertanyaan-pertanyaan tentang objek-objek ini. Satu anak diperintahkan
untuk memanggil anjing dengan kata ‘sapi’. Ia kemudia bertanya “apakah sapi
memiliki tanduk?” anak; “ya. Eksperimen :”tapi sapi adalah anjing.” Anak: “tentu
saja, jika anjing adalah sapi, maka ia harus memiliki tanduk. Vygotsky juga
mengutip sebuah kisah tentang seorang petani yang setelah mendengarkan dua
mahasiswa astronomi berbicara tentang bintang-bintang, berkata bahwa dia bisa
memahami bahwa dengan bantuan instrument orang-orang bisa mengukur jarak
dari bumi ke bintang-bintang, dan menemukan posisi mereka dan gerak. Apa yang
membuatnya bingung adalah bagaimana dewa-dewa mereka tahu nama-nama
bintang-bintang.
Perbedaan antara konsep dan namanya adalah salah satu yang paling
penting untuk pembahasan kita sekarang. Suatu konsep adalah sebuah ide; nama
sebuah konsep adalah suara, atau sebuah tanda diatas kertas, berhubungan dengan
itu. Asosiasi ini dapat dibentuk setelah konsep telah dibentuk dalam proses
pembentukan itu. Jika nama yang sama didengar atau dilihat setiap kali sebuah
contoh konsep dihadapi, pada saat terbentuk sebuah konsep nama telah menjadi
begitu erat terkait dengan hal itu bahwa bukan hanya oleh anak-anak bahwa
adalah keliru untuk konsep itu sendiri.
Dikaitkan dengan konsep, penggunaan nama dalam bentuk kaitannya
dengan suatu objek membantu kita untuk mengklasifikasikan konsep itu; yaitu,
untuk mengenalinya sebagai milik kelas yang sudah ada. Penamaan dapat juga
berguna dalam pembentukan konsep-konseop baru.
C. Konsep Komunikasi
Komunikasi dapat di definisikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan
atau menyebarkan data, informasi, berita, pikiran, pendapat dalam berbagai hal.
Saat ini berkembangnya kemajuan manusia, kebutuhan akan komunikasi semakin

7
mendesak dengan jarak antara sumber informasi dengan penerima, dalam
perkembangannya jarak sudah tidak menjadi suatu kendala dalam melakukan
komunikasi. Kita dapat melihat bahwa Bahasa dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan sebuah konsep dengan membantu untuk
mengumpulkan dan memisahkan sumbangan pada contoh dan non-contoh.
Untuk memulai, mari kita memilih yang konsep sederhana misalkan
merah, dan membayangkan bahwa kita ditanya arti kata ini oleh seseorang yang
buta sejak lahir, yang telah diberikan penglihatan oleh cangkok kornea. Arti dari
sebuah kata adalah konsep yang terkait dengan kata; jadi tugas kita sekarang
untuk memungkinkan orang untuk membentuk konsep merah (yang tidak ia
miliki) dan menghubungkannya dengan kata merah. Ada dua cara dimana kita
dapat melakukan ini. Karena cenderung ilmiah, dan mungkin tertarik pada warna
fotografi, kita bisa memberi definisi. “Merah adalah warna yang kita alami dari
cahaya dengan panjang gelombang diwilayah 0.6 mikro. Apakah ia sekarang
memiliki konsep merah? Tentu saja tidak, walaupun definsi tersebut akan tetap
berguna untuk dia nantinya. Intuitif, dalam kasus seperti itu, kita bisa menunjuk
ke berbagai objek dan berkata ‘ ini buku harian merah, ini adalah dasi merah, ini
adalah jumper merah . . . .’ Dengan cara ini kita akan mengatur agar dia punya
koleksi pengalaman tentang merah dalam waktu singkat. Jika sekarang ia
mengajukan pertanyaan yang berbeda yaitu apakah warna itu? Kita tidak bisa lagi
bersama-sama mengumpulkan contoh-contoh untuk dia dengan menunjuk, sebab
contoh-contoh yang kita inginkan yaitu merah, biru, hijau, kuning, dan warna-
warna lainnya sendiri adalah konsep.
Kita sekarang perlu untuk membedakan antara dua jenis konsep. Mereka
yang berasal dari pengalaman sensorik dan motoric kita seperti merah, mobil,
berat, panas, manis, akan disebut konsep utama; dan konsep yang dihasilkan dari
konsep-konsep lain akan kita sebut konsep-konsep sekunder. Jika konsep A
adalah contoh konsep B, maka kita akan berkata bahwa B adalah urutan yang
lebih tinggi daripada A. jelas, jika A adalah contoh B, dan B dari C, maka C juga
merupakan tatanan yang lebih tinggi daripada kedua B dan A.

8
Ide-ide yang terkait ini memungkinkan kita untuk melihat lebih jelas
mengapa menjelaskan konsep merah dengan mendefinisikannya merupakan cara
komunikasi yang tidak memadai, sebab seharusnya pra-konsep-konsep seperti
warna, cahaya, yang hanya bisa dibentuk jika konsep-konsep seperti merah, biru,
hijau.., telah dibentuk. Secara umum, konsep tatanan yang lebih tinggi tidak dapat
disampaikan kepada seseorang melalui sebuah definisi, tetapi hanya dengan
memberi mereka pengalaman-pengalaman serta contoh-contoh yang sesuai
dengan konsep tersebut. Definisi demikian dapat dilihat sebagai suatu cara untuk
menambahkan presisi untuk batas-batas konsep dan secara eksplisit menyatakan
hubungannya dengan konsep lain.
Konsep baru, tatananam yang lebih rendah juga dapat dikomunikasikan
untuk pertama kalinya dengan cara ini. Sebagai contoh, jika subjek bertanya
“apakah warna magenta itu?” dan kita tidak bisa menemukan benda berwarna
magenta untuk menunjukan kepadanya, kita bisa mengatakan “ini adalah sebuah
warna, antara merah dan biru, dan agak lebih biru daripada merah”. Ketentuan
bahwa memiliki konsep tersebut harus menjadi contoh dari konsep yang
dikomunikasi oleh definisi karena konsep tersebut harus menjadi contoh dari
konsep yang lain. Namun kita dapat menjelaskan beberapa karakterisitk dari
konsep, mendiskusikan bagaimana mereka berfungsi dan membangun
pemehaman umum dari ide dengan menghubungkannya dengan ide-ide lain.
Demikian pula matematika tidak dapat didefinisikan secara tepat tapi
hanya dapat didefinisikan dengan contoh. Kemampuan berkomunikasi menjadi
salah satu syarat hanya memegang peranan penting karena membantu dalam
proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain
sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan
siswa.
D. Konsep Sebagai Warisan Budaya
Secara bertahap konsep dibentuk dan digunakan, tanpa menggunakan
Bahasa. Kriteria dari konsep tidak dapat dinyatakan dengan nama tetapi ini tidak
menunjukkan indikasi pengelompokkan data baru sesuai dengan kesamaan yang
mana konsep itu akan terbentuk. Binatang berjalan menggunakan akal mereka

9
sehingga membentuk konsep-konsep sederhana. Seekor tikus, dilatih untuk
berjalan memilih kgelapan dari pada temapt terang. Yang membedakan antara
manusia dan binatang lainnya adalah manusia menggunakan Bahasa dalam
menjelaskan konsep, walaupun implikasinya tak sebanyak kenyataannya. Jika kita
memilih kata secara acak hampir selalu menemukan konsep yang tidak
merupakan suatu objek atau pengalaman spesifik, tetapi sebuah kelompok.
Terdapat dua cara membangun suatu konsep. Pertama, konsep terbentuk
dari pengklasifikasian contoh-contoh perbuatan sehingga dapat digunakan untuk
membangun sutau konsep. Kedua, dengan mendengar, membaca atau sebaliknya
dengan memberi nama, atau symbol lainnya pada sebuah konsep. Binatang dapat
melakukan dengan cara pertama, hanya manusia dapat melakukan dengan cara
yang kedua. Hanya dengan mengingat dari pengalaman panca indera kita, konsep
dapat dikelompokkan bersama sebagai contoh konsep yang baru, sehingga dengan
demikian semakin cepat abstrkasi dapat di bentuk. Konsep berawal dari
pengalaman-pengalaman, yang dapat disampaikan dengan bahasa yang
merupakan kelebihn manusia daripada makhluk lainnya. Karena manusia
diberikan kelebihan berupa kemampuan berpikir, sehingga dapat
mengkomunikasikan konsep dengan bahasa. Bahasa diperlukan untuk menyusun
dan menggunakan konsep tingkat tinggi, mengelompokkan, membentuk kita
secara ilmiah sehingga menghasilkan sebuah warisan budaya.
Dengan sebuah konsep kita dapat mengetahui cara memproses data yang
memungkinkan kita untuk menerapkan sepenuhnya pengalaman masa lampau
yang berguna untuk masa kini. Tanpa bahasa setiap individu harus membentuk
konsepnya sendiri langsung dari lingkungannya. Tanpa bahasa, konsep-konsep
dasar tidak dapat secara bersama membentuk konsep tingkat tinggi. Dengan
bahasa apapun, proses pertama dapat dipercepat, dan kemungkinan mjuga yang
kedua. Selebihnya konsep masa lalu diabstraksikan dan secara perlahan
diakumulasikan dari generasi ke generasi, siap kembali untuk membantu setiap
individu baru membentuk konsep mereka sendiri. Ini disebut conseptual system.
Pembentukan conseptual system memungkinkan setiap individu dapat
menemukan sebuah konsep untuk dirinya sendiri. Salah satu ciri orang yang

10
tingkat kecerdasannya tinggi adalah mampu membentuk konsep-konsep dalam
tingkat kesulitan yang tinggi.
E. Kekuatan Berpikir Konseptual
Kekuatan berpikir konsep menganugrahkan pada pengguna kekuatan
menyesuaikan perilakunya terhadap lingkungan dan membentuk lingkungannya
sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Hasil-hasil ini sebagaian dari pelepasan
konsep dari data yang dirasakan sekarang dan perilaku dan manipulasi mereka
secara bebas. Kita mengambil ini untuk diwarisi bahwa sangat susah mengambil
sejumlah keuntungan jika kita tidak berbuat sesuatu supaya menemukan apakah
hal tersebut merupakan hal yang terbaik yang dikerjakan! Tetapi tentu saja segala
sesuatu yang kita lakukan tentu kita simpan dalam pikiran kita sebelum kita
bangun dalam dunia nyata.
Kekuatan konsep juga berasal dari kemampuan mereka untuk
menggabungkan dan menghubungkan banyak pengalaman yang berbeda
berdasarkan kelasnya. Semakin banyak merangkum konsep, semakin besar
kekuatan mereka untuk melakukan hal seperti itu. Orang yang mengatakan
‘jangan khawatirkan kami dengan teori-teori beri saja kami faktanya’ kami sedang
berbicara dengan bodoh. Sejumlah fakta hanya dapat digunakan dalam keadaan
yang mereka miliki, sedangkan sebuah teori yang tepat memungkinkan kita untuk
menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan sejumlah peristiwa tertentu dalam
kelas yang berhubungan dengannya.
Kontribusi lebih lanjut terhadap kekuatan berpikir konsep berhubungan
pada pemendekan jarak perhatian kita. Short term memory (memori jangka
pendek) kita hanya dapat menyimpan rata-rata 7 kata atau simbol lainnya dengan
rentangan 7 ±3. Jelasnya, semakin tinggi konsep yang digantikan dengan simbol-
simbol ini, semakin besar pengalaman yang mereka bawa untuk disimpan.
Matematika adalah yang paling abstrak dan paling kuat terhadap semua sistem
teoritis. Matematika sangat berpotensi dan bermanfaat bagi ilmuan, ahli ekonomi,
pebisnis, insyur komunikasi. Mereka menganggap bahwa matematika adalah alat
yang sangat dibutuhkan untuk pekerjaan mereka.

11
Bagaimana pun kegunaan matematika hanya petensial, banyak orang yang
bekerja dengan lelah mencoba mempelajari matematika melalui sekolah, mereka
hanya memperoleh sedikit manfaat dan tidak menyenangkan. Hal ini disebabkan
karena mereka tidak sungguh-sungguh dalam belajar matematika. Yang
belakangan mereka tertarik dan menemukan proses yang menyenangkan
walaupun banyak orang menemukan bahwa hal ini sulit dipercaya.
F. Pembelajaran Konsep Matematika
Setiap hari kita belajar dari lingkungan disekitar kita, dan konsep-konsep
yang kita dapati ketika belajar dari lingkungan sekitar kita tersebut tidak abstrak.
Masalah khusus tetapi juga yang merupakan kekuatan dari matematika terletak
pada keabstrakan dan generalisasi, sebagaimana yang telah berhasil dicapai oleh
generasi matematika terdahulu. Mereka memiliki kemampuan istimewa dalam
mengabstraksi dan menggeneralisasikan konsep-konsep. Saat ini kita tinggal
belajar untuk mengolah dan menggunakan konsep-konsep matematika yang sudah
ada, bukan lagi konsep-konsep yang masih mentah. Secara tidak langsung, ini
merupakan keuntungan yang tak terkira, dimana seorang siswa bisa memperoleh
pengetahuan tentang konsep dengan cepat, padahal konsep-konsep itu
memerlukan waktu berabad-abad untuk mengembangkannya.
Matematika tidak hanya bisa dipelajari dari kejadian nyata dikehidupan
sehari-hari, melainkan juga dari hal-hal yang secara tidak langsung kita alami.
Bagian terpenting dalam mengajarkan matematika adalah bagaimana
mengkomunikasikan ide-ide matematika dan tidak hanya menerima apa-apa yang
tidak kita kuasai. Ada 2 prinsip dalam mempelajari matematika, yaitu:
1. Konsep pada urutan yang lebih tinggi dari apa yang seseorang sudah
miliki tidak dapat dikomunikasikan dengan definis melainkan dengan
mengatur sedemikian rupa sehingga ia menemukan sejumlah contoh-
contoh yang sesuai.
2. Dalam matematika, contoh selalu mendasari banyak konsep. Terlebih
dahulu dipastikan bahwa konsep ini sudah dibentuk didalam pikiran
pelajar.

12
Pada umunya, buku-buku teks dari dulu hingga sekarang tidak
memperhatikan prisip pertama. Hampir semua buku-buku teks memperkenalkan
topik-topik baru tidak melalui contoh, melainkan dengan definisi yang disajikan
secara singkat padat dan tepat. Hal ini sangat mengangumkan bagi guru yang
sudah menguasai konsep tersebut, tetapi bagi siswa hal ini sangat menyulitkan.
Guru yang baik seharusnya membantu memahami definisi dengan memberikan
contoh-contoh yang cocok. Contoh yang dipilih harus mempunyai sifat yang sama
dengan membentuk konsep. Dengan kata lain contoh itu harus sama cara
pengabstraksiannya dan bila terdapat banyak sifat-sifat yang tidak relevan dengan
konsep harus dihilangkan atau diteliti terlebih dahulu. Yang perlu diingat, sifat-
sifat yang tidak berhubungan ini dianggap kebisingan, meski kita bisa mengatakan
bahwa beberapa kebisingan diperlukan dalam membangun sebuah konsep. Pada
tahap awal, kebisingan tingkat rendah bisa memperjelas konsep sampai mendetail.
Bila konsep menjadi lebih besar, maka kebisingan akan semakin meningkat dan
semakin menuntut kita untuk dapat mengabstraksikannya pada contoh-contoh
yang lebih sulit, sehingga hal ini akan semakin mengurangi ketergantungan siswa
kepada gurunya.

13
Dalam menyusun sekumpulan contoh yang cocok, dibutuhkan daya cipta
dan pemahaman yang mantap tentang konsep yang akan dikomunikasikan.
Kemampuan ini harus dipunyai dan dipergunakan meski terkadang dimungkinkan
adanya satu konsep pada taraf intuisi yang kita gunakan tanpa dengan sadar hal ini
kita lakukan. Faktor lainnya adalah sukarnya suatu ide untuk dimegerti meski
perlu kita ketahui bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Seperti contoh, beberapa
siswa yang mempelajari teorema phytagoras, mereka menyalin sebuah segitiga
siku-siku dari papan tulis (bangun a) dan kemudian diminta untuk membuat
persegi pada tiap sisinya. Disini mereka melakukannya dengan mudah untuk 2 sisi
terpendek (bangun c) tetapi hampir semuannya kesulitan ketika mereka mencoba
untuk menggambar persegi pada sisi miring. Beberapa dari mereka
menggambarkan sesuatu seperti pada bangun c. Dari sini, dapat disimpulkan
bahwa konsep persegi yang mereka pelajari hanya pada kertas dan tidak disertai
contoh yang ditempatkan secara miring.

14
Prinsip kedua memahami matematika disebutkan bahwa dibutuhkan
pengabstraksian lebih lanjut dari konsep-konsep yang sudah dimiliki sebelumnya.
Untuk melakukan ini kita harus menemukan konsep-konsep pembantu, dan untuk
setiap konsep pembantu harus ditemukan lagi konsep pembantunya, begitu
seterusnya sampai ditemukan konsep primer dari pengalaman yang telah dianggap
telah diketahui. Bila hal ini telah dikerjakan, maka dapatlah dibuat sebuah rencana
pembelajaran yang cocok, yang nantinya akan disajikan kepada siswa misalnya
berupa tugas. Analisis konseptual ini melibatkan jauh lebih banyak kerja daripada
sekedar memberikan definisi-definisi. Bila hal ini dilaksanakn secara konsisten
akan memberikan hasil yang menggembirakan. Ide seperti ini mula-mula baru
diajarkan di Universitas, sekarang dianggap cukup sederhana sehingga sudah
dikenalkan pada Sekolah Dasar. Contohnya, topik mengenai himpunan dan
korespondensi satu-satu. Sementara itu, ada topik yang dianggap elementer,
setelah dianalisa ternyata berisi ide-ide yang sebagian besar belum dikuasai oleh
guru, seperti pada topik pecahan.
Ada dua konsekuensi lain dari prinsip kedua ini. Pertama, dalam
menyusun abstraksi-abstraksi haruslah berurutan. Sebab bila dalam suatu
tingkatan tertentu konsep tidak dikuasai secara sempurna, maka pada tingkat
selanjutnya akan semakin mengalami kesulitan. Keterkaitan seperti ini hanya
dijumpai pada pelajaran matematika tetapi tidak pada pelajaran-pelajaran yang
lain. Kita dapat mengerti ilmu bumi tentang Afrika meskipun kita tidak
mempelajari ilmu bumi tentang Eropa. Sejarah abad ke-19 dapat dikuasai
walaupun kita tidak mempelajari peristiwa abak ke-18. Dalam fisika, orang bisa
mengerti panas dan cahaya biarpun ia tidak mengerti suara. Sedangkan untuk bisa
menguasai Aljabar harus betul-betul memahami ilmu hitung, sebab ilmu hitung
mendasari ilmu aljabar. Karena itu, belajar aljabar tanpa menguasai ilmu hitung
adalah hal yang mustahil. Konsekuensi yang kedua adalah sumbangan konsep-
konsep yang diperlukan untuk menentukan langkah-langkah baru dalam
mengabstraksi haruslah tersedia. Ini berarti bahwa kapan saja konsep masa lalu
diperlukan, konsep itu harus yang dapat diakses.

15
G. Pembelajaran dan Pengajaran
Dalam belajar matematika, meskipun kita harus menciptakan semua
konsep yang baru dalam pikiran kita, kita hanya mampu melakukannya dengan
menggunakan konsep yang sudah ada dari para ahli matematika terdahulu. Ada
banyak hal yang lebih bagus dikerjakan dalam hidup kita.
Hal ini membuat pembelajaran matematika, khusunya pada tahap awal dan
bagi siswa pada umumnya sangat tergantung seberapa bagus cara
mengajarkannya. Sekarang, mengetahui matematika adalah suatu hal yang wajar
dan kita harus mampu mengajarkannya, dan mampu mengkomunikasinya pada
level konsep yang lebih rendah. Saya percaya bahwa itu adalah yang terakhir yang
mempunyai banyak kekurangan pada waktu itu. Sebagai hasilnya, banyak orang
lama belajar matematika bahkan takut dengan matematika.
Penyebarluasan usaha sedang dibuat untuk mengobati masalah ini, sebagi
contoh, dengan memperkenalkan silabus baru, persentasi yang lebih atraktif, acara
teelvisi, dan yang lainnya. Usaha-usaha ini akan bernilai bagus jika
dikombinasikan dengan kesadaran yang bagus pula pada proses mental yang
mengikutinya dalam belajar matematika. Hal ini akan mengurangi bahaya pada
topic-topik yang baru secara luas menurut situasi sekarang, dan mengajarkan
hamper sama jeleknya dengan apa yang mereka ganti.
Konsep matematika adalah hasil dari sekian banyak abstraksi yang
diperoleh beberapa abstraksi, dan dari beberapa abstraksi lagi, dan seterusnya.
Bahkan topic sederhana yang tidak diduga-duga seperti menghitung, atau
perkalian panjang, masih ditemukan dalam ujian melibatkan banyak konsep-
konsep yang mempunyai kedudukan atau posisi yang lebih rendah.

16
DAFTAR PUSTAKA
Andyana, Made Rai. 2014. Formasi Konsep-Konsep Matematika. Tersedia di
https://www.slideshare.net/MadeRaiAdnyana/skemp-bab-ii-formasi-
konsep-matematika (diakses 27-10-2019)

Nakku, Afifa. 2016. Pembentukan Konsep Matematika. Tersedia di


afifanakku.blogspot.com/2016/12/pembentukan-konsep-matematika.html
(diakses 27-10-2019)

Skemp, Richard R. 1987. The Psychology of Learnig Mathematics. New Jersey :


Lawrence Erlbaum Associates.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132303693/pendidikan/PengembanganPembelaja
ranMatematika_UNIT_2_0.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai