Kelompok 1:
FURQAN :1803101010331
SYAVIRA MAIZA KESUMA :1803101010085
RIANDA :1703101010275
RIZKY MAULIZAR :1703101010123
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
Kata Pengantar
Dengan mengamati banyak terjadi tindakan diskriminatif terhadap
perempuan terutama tentang perlakuan yang tidak sama baik dalam
hukum maupun dalam perundang-undangan dan juga dalam kehidupan
sehari-hari.Maka mendorong kami untuk melakukan identivikasi terhadap
konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
wanita atau yang juga dikenal dengan istilah CEDAW (Convention on the
Elimination of all Forms of Discrimination Against Women). Yang
berkenaan dengan apa-apa saja hak asasi manusia yang diatur di dalam
konvensi CEDAW ini dan menghubungkan dengan beberapa instrumen
hukum yang berlaku di Internasioanl maupun di Indonesia seperti,
Universal Declaration Of Human Right, UUD 1945, Undang-Undang No
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No 26
Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, dan Qanun No 17
Tahun 2013 Tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh.
Datfar Isi
A. Latar Belakang
a) Sejarah Konvensi CEDAW
Pada tanggal 18 Desember 1979, majelis umum PBB menyetujui sebuah
rancangan konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan. Majelis umum PBB mengundang negara-negara anggota PBB
untuk meratifikasinya. Konvensi ini kemudian dinyatakan berlaku pada tahun
1981 setelah 20 negara menyetujui.
Pada tahun 1949 sampai dengan tahun 1959, Komisi Kedudukan Perempuan
mempersiapkan berbagai kesepakatan internasional termasuk di
dalamnya Konvensi tentang hak-hak politik perempuan dan Konvensi
tentang Kewarganegaraan Perempuan yang menikah. Pada tahun 1963, Majelis
Umum PBB mencatat bahwa diskriminasi terhadap perempuan masih terus
berlanjut, dan meminta agar dapat dibuat suatu rancangan Deklarasi
Penghapusan Diuskriminasi terhadap Perempuan. Pada tahun 1965, Komisi
tersebut memulai menyiapkan upaya yang kemudian pada tahun 1966 keluar sebuah
rancangan Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan. Hasilnya pada tahun 1967 rancangan ini disetujui menjadi sebuah
Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
bedasarkan Resolusi XXII. Deklarasi ini merupakan instrumen internasional
yang berisi pengakuan secara universal dan menjadi standar-standar persamaan
hak laki-laki dan perempuan.
Pada tahun 1968, Dewan Ekonomi dan Sosial mengambil inisiatif untuk
menyusun sistem pelaporan terhadap pelaksanaan deklarasi tersebut oleh
anggota-anggota PBB. Mengingat deklarasi ini bukan kesepakatan (treaty),
meskipun ada penekanan secara moral dan politik terhadap para anggota PBB
untuk menggunakanya, anggota PBB tidak mempunyai kewajiban yang
mengikat untuk bersandar padanya. Pada tahun 1970 Majelis Umum PBB kemudian
mendesak adanya ratifikasi atau aksesi pada instrumen internasional yang relevan
yang berkaitan dengan kedudukan perempuan.
Melanjutkan upaya tersebut pada tahun 1972, Komisi Kedudukan Perempuan
mempersiapkan sebuah kesepakatan yang akan mengikat pelaksanaan apa
yang termuat dalam deklarasi. Seiring dengan hal tersebut, Dewan Ekonomi dan
Sosial kemudian menunjuk suatu kelompok kerja yang
Terdiri dari 15 orang untuk memulai menyusun suatu konvensi pada tahun
1973. Persiapan ini mendapat sambutan dan dorongan yang besar oleh
Konfrensi Dunia yang di selenggarakan di Mexiko pada tahun 1975.
Konfrensi ini sedianya untuk menyusun kerangka kerja dinia tentang perempuan.
Konfrensi ini mendesak adanya sebuah Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan.
Konvensi ini kemudian di adopsi oleh Majelis Umum pada tahun 1979.
Dalam resolusinya Majelis Umum PBB menyampaikan harapan bahwa konvensi
dapat di berlakukan dalam waktu dekat dan meminta agar Sekretaris Jenderal PBB
mempresentasikan teks konvensi pada Konfrensi Dunia pertengahan dekade
perempuan di Copenhagen tahun 1980. Ada 64 negara yang menandatangani
Konvensi dan 2 negara meratifikasi pada saat acara khusus tersebut dilakukan.
Pada tanggal 3 September 1981, 30 hari setelah 20 negara anggota PBB
meratifikasi konvensi tersebut, Konvensi ini di nyatakan berlaku. Situasi ini
menjadi puncak yang berdampak pada adanya sebuah standar hukum
internasional yang komprehensif untuk perempuan.
b) Ratifikasi Konvensi di Indonesia
Indonesia meratifikasi konvensi CEDAW pada tanggal 13 September 1984, di
dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1984.
3. Pasal 7 CEDAW
Di dalam pasal ini telah dicantumkan bahwa setiap negara peserta harus
menghormati dan menjamin hak perempuan untuk memilih dan dipilih, untuk
turut serta di dalam pemerintahan dan untuk berpartisipasi dalam organisasi-
organisasi dan perkumpulan-perkumpulan.
4. Pasal 8 CEDAW
Di dalam pasal ini negara harus menghormati dan menjaim hak perempuan
dalam kesempatan untuk mewakili pemerintah mereka pada tingkat internasional
dan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan organisasi -organisasi internasional.
5. Pasal 9 CEDAW
Di dalam pasal ini negara harus memberikan kepada perempuan hak yang sama
dengan laki-laki untuk memperoleh, mengubah, atau mempertahankan
kewarganegaraannya, dan yang berkenaan dengan kewarganegaraan anak-anak
mereka.
6. Pasal 10 CEDAW
Di dalam pasal ini negara peserta wajib menjamin hak-hak perempuan untuk
memperoleh pendididkan, bimbingan karir, dan keahlian di segala tingkatan baik
di daerah pedesaan maupun perkotaan. Kesempatan yang sama untuk
mengambil manfaat dari beasiswa, kesempatan yang sama untuk berpartisispasi
secara aktif dalam olahraga dan Pendidikan jasmani.
7. Pasal 11 CEDAW
Di dalam pasal ini telah dicantumkan bahwa negara-negara peserta harus
menghapus diskriminasi terhadap perempuan di lapangan pekerjaan, hak untuk
bekerja sebagai hak asasi manusia, kesempatan kerja yang sama, hak bebas
untuk memilih profesi dan pekerjaan, hak untuk menerima upah yang sama, hak
atas jaminan sosial, hak atas perlindungan kesehatan dan keamanan kerja.
8. Pasal 12 CEDAW
Di dalam pasal ini telah dicantumkan bahwa negara-negara peserta harus
menghapus diskriminasi terhadap perempuan di bidang pemeliharaan kesehatan
dan menjamin diperolehnya pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan
keluarga berencana.
9. Pasal 13 CEDAW
Di dalam pasal ini, negara-negara peserta harus menghapus diskriminasi
terhadap perempuan dalam bidang ekonomi dan sosial. Menjamin hak atas
tunjangan keluarga, hak atas pinjaman bank, hipotek, dan hak untuk ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan rekreasi, olahraga, dan semua segi kehidupan
kebudayaan.
3. Pasal 8 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak atas bantuan yang efektif dari
pengadilan nasional yang kompeten untuk tindakan pelanggaran hak-
hak dasar yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar atau
hukum. Ini sesuai dan sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal 15
CEDAW yang menyatakan bahwa negara wajib memberikan hak
kepada perempuan persamaan di muka hukum.
4. Pasal 15 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak atas sesuatu kewarganegara dan
tidak seorangpun dengan semena-semena dapat dicabut kewarganegaraan
atau ditolak haknya untuk mengganti kewarganegaraan . Ini sesuai dan
sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal 9 CEDAW yang menyatakan
bahwa negara harus memberikan kepada perempuan hak yang sama dengan
laki-laki untuk memperoleh, mengubah, atau mempertahankan
kewarganegaraannya, dan yang berkenaan dengan kewarganegaraan anak-
anak mereka.
5. Pasal 16 UDHR
Menyatakan bahwa pria dan wanita yang sudah dewasa berhak untuk
nikah dan untuk membentuk keluarga, melaksanakan perkawinan
berdasarkan pilihan bebas dan persetujuan penuh oleh kedua mempelai.
Ini sesuai dan sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal 16 CEDAW
yang menyatakna bahwa setiap negara wajib menghapus diskriminasi
terhadap perempuan dalam urusan perkawinan dan menjamin hak yang
sama untuk memilih suami secara bebas.
6. Pasal 21 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan
negrinya dan setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk
diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya. Ini sesuai dan sejalan
dengan apa yang diatur dalam pasal 8 CEDAW yang menyatakan
bahwa setiap negara wajib menjamin dan menghormati hak perempuan
dalam kesempatan untuk mewakili pemerintah mereka pada tingkat
internasional, dan sesuai dan sejalan juga dengan apa yang diatur dalam
pasal 14 CEDAW yang menyatakan bahwa setiap negara wajib
menjamin dan menghormati untuk keikutserta mereka dalam
berpartisipasi dalam perluasan dan implementasi perencanaan
pembangunann.
7. Pasal 22 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhakatas jaminan sosial dan hak-hak
ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang sangat diperlukan untuk
martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya. Ini sesuai dan sejalan
dengan apa yang diatur dalam pasal 13 CEDAW yang menyataka
bahwa setiap negara wajib menghapus diskriminasi terhadap perempuan
dan menjamin perempuan dalam bidang ekonomi, dan sosial dan juga
hak untuk ikut serta dalam semua segi kehidupan kebudayaan.
8. Pasal 23 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pekerjaan berhak dengan
bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang
adil serta baik, dan setiap orang tanpa diskriminasi berhak atas
pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama. Berhak atas
pengupahan yang adil dan baik yang menjamin kehidupan dan
keluarganya. Ini sesuai dengan apa yang diatur dalam pasal 11 CEDAW
yang menyatakan bahwa setiap negara wajib menghapus diskriminasi
terhadap perempuan di lapangan pekerjaan, hak untuk menerima upah
yang sama dan hak atas jaminan sosial.
9. Pasal 24 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak atas istirahat dan liburan. Ini
sesuai dengan apa yang diatur dalam pasal 13 CEDAW yang
menyatakan bahwa setiap negara wajib menjamin hak perempuan untuk
ikut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi.
10. Pasal 25 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak atas taraf yang menjamin
kesehatan dan perawatan kesehatannya serta pelayanan sosial yang
diperlukan. Ini sesuai dan sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal
12 CEDAW yang menyatakan bahwa setiap negara wajib menghapus
diskriminasi terhadap perempuan dibidang pemeliharaan kesehatan dan
menjamin perempuan mendapatkan hak yang sama di dalam
pemeliharaan kesehatan. Dan sesuai dan sejalan juga dengan apa yang
diatur dalam pasal 14 CEDAW yang menyatakan bahwa setiap negara
wajib menjamin hak perempuan untuk memperoleh fasilitas
pemeliharaan kesehatan yang memadai.
11. Pasal 26 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan Pendidikan. Ini
sesuai dan sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal 10 CEDAW
yang menytakan bahwa setiap negara wajib untuk menjamin hak-hak
perempuan untuk memperoleh Pendidikan.
12. Pasal 27 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk turut serta dengan bebas
dalam kehidupan kebudayaan masyarakat, mengecap kenikmatan
kesenian dan berbagai dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
manfaatnya. Ini sesuai dan sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal
13 CEDAW yang menyatakan bahwa setiap negara wajib untuk
menjamin hak perempuan untuk ikut serta dalam semua segi kehidupan
kebudayaan.
13. Pasal 28 UDHR
Menyatakan bahwa setiap orang berhak atas suatu tatanan sosial dan
internasional. Ini sesuai dan sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal
8 CEDAW yang menyatakan bahwa setiap negara wajib untuk
menghormati dan menjamin hak perempuan dalam kesempatan untuk
mewakili pemerintah mereka pada tingkat internasional.
III. UU HAM
2. Pasal 1 CEDAW
Di dalam pasal ini telah dikemukakan bahwa tujuan dari konvensi ini adalah untuk
melindungi hak-hak perempuan dengan menolak diskriminasi terhadap perempuan dalam
bidang politik, ekonomi, social, budaya, dan sipil.
IV.
VI. Kkr aceh (qanun aceh no 17 tahun 2013 tentang komisi kebenaran dan
rekonsilasi aceh )
i. Persaaman yang di atur
Pengaturan yang di atur dalam KKR aceh pasal 2 yang berisikan asas kkr
aceh
KKR Aceh berasaskan:
a. keislaman;
b. ke-Aceh-an;
c. independensi;
d. imparsial;
e. non-diskriminasi;
f. demokratisasi;
g. keadilan dan kesetaraan; dan
ini sesuai dan sejalan dengan apa yang di cantumkan dalam pasal 1
CEDAW yang menyatakan (pada asas KKR yang berasas kan pada poin e
yaitu non-diskriminasi)
untuk tujuan ini “deskriminasi terhadap perempuan “ berarti perbedaan
pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang berakibat
atau bertujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan
atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan,
terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara laki-laki dan
perempuan.
Meskipun di dalam KKR aceh tidak secara jelas di sebutkan non-diskriminasi terhadap
perbuatannya akan tetapi pada asas tersebut terdapat non-diskriminsi terhadap perbuatan
perbuatan yang di lakuakn sesorang kepada orang lain.
Dan juga ini sesuai dengan apa yang di cantum kan dalam pasal 9 CEDAW yang
menyatakan (pada asas KKR point g yaitu kestaraan dan keadilan ) :
1. Negara-negara Pihak wajib memberikan kepada perempuan hak yang sama dengan
laki-laki untuk memperoleh, mengubah atau mempertahankan
kewarganegaraannya. Negara-negara Pihak khususnya wajib menjamin bahwa
baik perkawinan dengan orang asing maupun perubahan kewarganegaraan oleh
suami selama perkawinan, tidak secara otomatis mengubah
kewarganegaraan si istri, menjadikannya tidak berkewarganegaraan atau
memaksakan kewarganegaraan suami kepadanya.
2. Negara-negara Pihak wajib memberikan kepada perempuan hak yang sama
denganlaki-laki berkenaan dengan kewarganegaraan anak-anak mereka. (konvensi
mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan )
Meskipun dalam KKR aceh tidak secara jelas di tujukan kesetaraan dan keadilan untuk
siapa akan tetapi dalam asal KKR aceh jelas ada keadilan dan kesetaraan .sedangkan dalam
jelsa di sebutkan ksetaraan Antara laki laki dan pereempuan.
Persamaanyajuga
Pengaturan yang diterap CEDAW dan KKR ACEH sama-sama memperjuangkan hak-hak non
deskriminasi terhadap korban2 pelanggaran HAM
pengaturan yang di atur dalam konvensi CEDAW yang di atur dalam pasal 2
menyatakan bahwa
Negara-negara Pihak mengutuk diskriminasi terhadap perempuan dalam segala bentuknya,
dan bersepakat dengan segala cara yang tepat dan tanpa ditunda-tunda, untuk menjalankan
suatu kebijakan yang menghapus diskriminasi terhadap perempuan, dan untuk tujuan ini
berusaha untuk:
a) Memasukkan asas persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam undang undang
dasar mereka atau perundang-undangan lainnya yang layak apabila belum
dimasukkan ke dalamnya, dan untuk menjamin realisasi praktis pelaksanaan dari
asas ini, melalui hukum dan cara-cara lain yang tepat;
b) Membuat peraturan perundang-undangan yang tepat dan upaya lainnya, dan di mana
perlu termasuk sanksi-sanksi, yang melarang semua diskriminasi terhadap
perempuan;
c) Menetapkan perlindungan hukum terhadap hak perempuan atas dasar persamaan
dengan kaum laki-laki, dan untuk menjamin perlindungan bagi kaum perempuan
yang aktif terhadap setiap perilaku diskriminatif, melalui pengadilan nasional yang
kompeten dan badan-badan pemerintah lainnya;
d) Menahan diri untuk tidak melakukan suatu tindakan atau praktek diskriminasi
terhadap perempuan, dan menjamin agar pejabat-pejabat dan lembaga-lembaga
publik akan bertindak sesuai dengan kewajiban ini;
e) Mengambil semua langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan perlakuan
diskriminatif terhadap perempuan oleh orang, organisasi atau lembaga apapun;
f) Mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk upaya legislatif, untuk mengubah
dan menghapuskan undang-undang, peraturan-peraturan, kebijakan-kebijakan, dan
praktekpraktek yang ada yang merupakan diskriminasi terhadap perempuan
g) Mencabut semua ketentuan pidana nasional yang merupakan diskriminasi terhadap
perempuan.
Ini berbeda dengan apa yang di cantum kan dalam pasal pasal 3 yang menyatakan
bahwa
Kkr aceh bertujuan
a. memperkuat perdamaian dengan mengungkapkan kebenaran terhdapa pelanggaran
HAM yang terjadi di masa lalu.
b. membantu tercapainya rekonsiliasi antara pelaku pelanggaran
individu maupun lembaga dengan korban; dan
c. merekomendasikan reparasi menyeluruh bagi korban pelanggaran HAM,
sesuai dengan standar universal yang berkaitan dengan hak-hak korban.
Pengaturan yang di atur dalam konvensi CEDAW pada pasal 17 angka (1)
yang menyatakan bahwa
Hal ini berbeda dengan KKR aceh Pada pasal 11 yang menyatakan :
Pengaturan pada kovensi CEDAW pada pasal Pada pasal 17 angka (2) (3) dan
(4) yang menyatakan bahwa
Berbeda dengan pengaturan pada KKR ACEH pada pasal 12 yang menyatakan
bahwa :
Calon Anggota KKR Aceh dilakukan oleh DPR Aceh dengan membentuk panitia
seleksi nden.
1) Panitia Seleksi terdiri dari 5 (lima) orang dari unsur masyarakat, diantaranya
2 (dua) orang perempuan.
2) Panitia Seleksi bertugas melakukan rekrutmen sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan oleh DPRA.
3) Proses seleksi calon Anggota KKR Aceh dilakukan dengan melibatkan
partisipasi publik yang terdiri dari tahap:
a. penjaringan bakal calon;
b. seleksi administrasi;
c. seleksi tulis dan wawancara; dan
d. uji publik/rekam jejak.
4) Panitia Seleksi menyerahkan 21 (dua puluh satu) nama calon Anggota
KKR Aceh kepada DPR Aceh dengan ketentuan 30 % (tiga puluh persen)
diantaranya perempuan.
5) DPRA melakukan uji kepatutan dan kelayakan untuk memilih 7 (tujuh)
orang Anggota KKR Aceh sekaligus memilih Ketua dan Wakil Ketua KKR Aceh.
Pengaturan pada konvensi CEDAW pada pasal Pada pasal 17 angka (5) dan
(6) yang menyatakan bahwa
Berbeda dengan pengaturan pada KKE aceh Pada pasal 12 yang menyatakan
bahwa