DINAMIKA MASYARAKAT
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6
2. Princes Aurora
4. Rara Audia
5. Ria Sandra
6. Umi Tiara
7. Yayuk Pratiwi
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan nikmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah Antropologi dengan judul “Dinamika Masyarakat”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Antropologi. Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran kami
sendiri yang bersumber dari internet dan buku sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan
terima kasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan Maternitas atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai dinamika masyarakat.
Dan semoga dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari.,khususnya
bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,
sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini. Aamiin.
Lubuk linggau, Februari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. PENGERTIAN..........................................................................................................................6
B. MAKNA SEBUAH MASYARAKAT.......................................................................................7
C. BENTUK-BENTUK MASYARAKAT.....................................................................................8
1. Masyarakat Paguyuban (gemein schaft)..............................................................................8
2. Masyarkat Patembayan (Gessel schaft)...............................................................................9
D. TINGKATAN-TINGKATAN MASYARAKAT.....................................................................10
1. Masyarakat Tradisional.......................................................................................................10
2. Masyarakat Modern..........................................................................................................11
E. MASYARAKAT PEDESAAN (RURAL COMMUNITY) DAN MASYARAKAT
PERKOTAAN (URBAN COMMUNITY)......................................................................................12
1. Masyarakat Setempat (Community).....................................................................................12
2. Tipe-tipe masyarakat setempat.............................................................................................13
F. MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN.............................................................14
G. MASYARAKAT SEBAGAI SEBUAH SISTEM.................................................................18
H. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN......................................................22
BAB III................................................................................................................................................24
PENUTUP...........................................................................................................................................24
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA:.........................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, seperti koperasi, hubungan antarpribadi, mengikatkan diri pada
kelompoknya dan sebagainya. Dorongan semacam ini akan jelas wujudnya bilamana
mendapatkan bimbingan dan latihan dari orang sekitarnya. Walaupun telah dibawa oleh
setiap individu sejak lahir, sifat keakuan sepenuhnya atau secara mutlak mendomisili
kehidupannya. Domisili secara mutlak dari sifat keakuan tersebut menyebabkan seorang
akan terlepas dari sistem kemasyarakatan yang sebenarnya tidak mungkin dapat dijalani
olehnya karena setiap orang saling bergantung satu sama lain (interdepen dwnsy). Untuk
itu, ia harus mengerem sifat keakuannya pada batas-batas tertentu dan menumbuhkan
sifat kemasyarakatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Manusia adalah makhluk yang berpikir, merasa, berkehendak, dan mengerti akan
makna hidup. Sebagai makhluk sosial, setiap manusia memiliki ketergantungan kepada
manusia yang lain. Demikian juga secara lebih luas, dari lokal, nasional, regional, hingga
internasional, setiap kelompok masyarakat memiliki ketergantungan terhadap kelompok
masyarakat yang lain. Produsen membutuhkan pasar, konsumen membutuhkan barang,
pedagang membutuhkan pembeli, yang miskin membutuhkan pekerjaan, yang kaya
membutuhkan tenaga kerja, yang awam membutuhkan orang pintar, dan yang pintar
membutuhkan medan aktualisasi diri di depan orang awam, orang banyak membutuhkan
hiburan, dan seniman butuh panggung, begitulah seterusnya. Saling ketergantungan itu
melahirkan sistem sosial mu’amalah, transaksi, barter, pengabdian, perjanjian, kontrak,
partnership, dll. Di sisi lain, saling ketergantungan juga melahirkan penindasan,
eksploitasi, penjajahan. Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa, manusia sebagai
hayawan nathiq (hewan yang berbicara), ada yang bertabi’at anjing (dengki), serigala
(buas), ular (licik), ayam jago (free sex), babi (serakah), dan lalat (tidak pilih-pilih, kotor
atau bersih). Di samping itu ada pula manusia yang bertabiat lebah (konsisten, selektif,
dan selalu meninggalkan yang positif). Ada pula manusia bertabiat merpati (mersa,
damai, dan setia). Oleh karena itu, dalam bermu’amalah ada yang cenderung bersifat
kooperatif, ada pula yang cenderung kompetitif, ada juga yang cenderung ekslpoitatif,
dan malahan ada pula yang cenderung destruktif. Meski demikian manusia memiliki rasa
keadilan. Oleh karena itu, manusia pada umumnya mencita-citakan adanya masyarakat
yang menjamin rasa aman dan rasa keadilan. Untuk itu, pada semua lapisan masyarakat
terdapat lembaga yang diharapkan dapat memenuhi rasa aman dan rasa keadilan itu.
Misalnya, polisi, lembaga adat, atau konstitusi. Masyarakat yang terjamin rasa aman dan
rasa keadilannya, maka mereka merasa bagaikan di dalam “sorga”, indah dan percaya
kepada masa depan. Sedangkan masyarakat yang tidak memperoleh rasa aman dan
keadilan (masyarakat anarkis) maka mereka merasa berada di dalam “neraka”, tertekan,
cemas, frustasi, takut, dan menderita. Itu semua tergantung kepada pilar-pilarnya, apakah
berfungsi atau tidak, pilarnya tunggal atau kembar, tiga pilar, empat pilar, atau banyak
pilar yang saling memperkuat bangunan (masyarakat).
Jika pilarnya tidak lengkap atau tidak efektif, maka harapan masyarakat tidak akan
terwujud. Karena apa yang dikerjakan selalu menjadi kontra-produktif, meskipun
semuanya bekerja, seperti yang satu menanam, yang satu mencabuti. Mereka yang capai
tetap hasilnya nol. Sekolah dibuka, tapi narkoba disebarluaskan. Maka, hasilnya nol lagi.
Itulah yang memprihatinkan. Karena pilar-pilar itu saling memperkuat, maka jika ada satu
pilar yang tidak berfungsi, dapat mengakibatkan seluruh bangunan roboh, seluruh anggota
masyarakat terjebak dalam krisis, seperti yang diibaratkan Hadits Nabi tentang
penumpang perahu yang melubangi lantai perahu, karena dia ingin jalan pintas
memperoleh air.
C. BENTUK-BENTUK MASYARAKAT
Atas dasar ketergantungan seorang kepada orang lain dan untuk mencari tujuan
bersama, setiap orang bekerja sama dengan orang lain. Hubungan yang terjalin
antarbeberapa orang ini kemudian melahirkan kelompol orang atau masyarakat yang
terjalin dalam satu ikatan. Perbedaan prinsip, nilai, kepentingan antar kelompok
masyarakat melahirkan bermacam-macam bentu masyarakat. Dari segi
pengelompokannya, masyarakat terbagi atas masyarakat paguyuban (gemein schaft) dan
masyarakat patembayan (gessel schaft).
Ciri masyarakat paguyuban ini dapat dilihat dari adanya ketaatan, kesetiaan, dank
erelan berkorban sebagaimana yang terdapat pada keluarga. Untuk mencapai tujuan
mereka bersama, masing-masing anggotanya rela berkorban untuk kepentingan bersama
menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing sehingga keterkaitan antarkeluarga
menjadi sangat erat. Bouman mengumpamakan hal ini dengan ikatan organis antar sel-sel
dalam tubuh tanaman, atau seperti alat-alat tubuh yang secara fungsional bekerja sama.
Demikian juga individu dalam suatu persekutuan hidup masyarakat paguyuban yang
bertalian sangat erat satu dan lainnya. Mereka memang dapat dipisahkan hanya saja
leterpisahannya akan menimbulakan kesedihan dan kekalutan, dan sebagainya.
Demikian bentuk masyarakat asal ditinjau dari keterkaitannya antara satu dan
anggota lainnya.
D. TINGKATAN-TINGKATAN MASYARAKAT
Ditinjau dari akibat perubahan dan perkembangan yang terjadi, bantuk masyarakat
dapat diklasifikasikan pada masyarakat tadisional dan masyarakat modern.
Sektor pertanian sebagai salah satu garapannya, dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu dengan memadukan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan teknologi.
Apabila masyarakat tradisional sangat tergatung pada kemurahan alam semata seperti
cuaca, kesuburan tanah dan lain-lain, pada masyarakat modern masalah cuaca atau
kesuburan tanah yang tidak menguntungkan dapat diantisipasi sedemikian rupa dengan
mempergunakan teknologi, seperti teknologi pemupukan untuk mendapatkan kesuburan
tanah atau green house (rumah kaca) untuk menghindari cuaca yang berubah-rubah, atau
dengan hujan buatan untuk menghindari kekeringan dan sebagainya.
Mereka yang tidak dapat aktif dalam sector pertanian misalnya, dapat memilih
bidang perdagangan atau jasa sebagai lading tempat mata pencahariannya. Seseorang
yang telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu dapat mempegunakan
pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk kepentingan orang lain, seperti
menggunakan jasa kesehatan, konsultan, advokat, perbankan dan sebagainya. Jadi,
gerakan-gerakan ekonomi pada masyarakat modern telah bergeser pada bidang-bidang
yang belum dijamah masyarakat tradisional.
Dalam perdagangan, mereka telah memperhitungkan dan memanfaatkan berbagai
keadaan. Kegiatan ekonomi tidak hanya berorientasi pada kapasitas produksi, tetapi juga
berorientasi pada pasar. Kapasitas produksi dibatasi pada tingkat atau kapasitas
penyerapan pasar, agar tidak terjadi gejolak harga. Bahkan untuk kepentingan ini,
diadakan aturan sebagai alat proteksionisme. Untuk menembus pasar luar negeri yang
ketat dengan persaingan biasanya ditempuh dengan jalan konglomerat, untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas.
a. Jumlah penduduk
Sehubungan dengan proses tersebut di atas, maka ada beberapa sebab yang
mengakibatkan suatu daerah tempat tinggal mempunyai penduduk yang banyak.
Dikarenakan suatu daerah itu mempunyai daya tarik sedemikian rupa, sehingga
orang-orang pendatang semakin banyak. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebab-
sebabnya adalah :
1. Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi ibu kota (seperti
contohnya Jakarta).
2. Tempat tersebut letaknya sangat strategis sekali untuk usaha-usaha
perdagangan/perniagaan, seperti misalnya sebuah kota pelabuhan atau sebuah kota
yang letaknya dekat pada sumber bahan-bahan mentah.
3. Timbulna industry di daerah itu, yang memproduksikan barang-barang maupun jasa-
jasa.
a. Sistem Sosial
b. Struktur Sosial
Struktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terdapat di dalam
satuan sosial, ditambah nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur interaksi
antarstatus dan antarperan sosial. Di dalam struktur sosial terdapat unsurunsur sosial
yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-
kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial. Bagaimana sebetulnya unsur-unsur sosial
itu terbentuk, berkembang, dan dipelajari oleh individu dalam masyarakat? Melalui
proses-proses sosial semua itu dapat dilakukan. Proses sosial itu sendiri merupakan
hubungan timbal balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat dengan
memahami dan mematuhi norma-norma yang berlaku.
Unsur ini merupakan unsur yang paling penting dalam sistem sosial, karena
perilaku anggota dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka yakini
dan apa yang mereka ketahui tentang kebenaran, sistem religi, dan cara-cara
penyembahan kepada sang pencipta alam semesta.
2) Perasaan
Unsur ini merupakan keadaan jiwa manusia yang berkenaan dengan situasi
alam sekitarnya, termasuk di dalamnya sesama manusia. Perasaan terbentuk melalui
hubungan yang menghasilkan situasi kejiwaan tertentu yang sampai pada tingkat
tertentu harus dikuasai agar tidak terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan.
3) Tujuan
Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut
kelompok atau masyarakat atau biasa disebut dengan peraturan sosial. Norma sosial
merupakan patokan-patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam
situasi-situasi tertentu dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan
tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma sosial dipelajari dan dikembangkan
melalui sosialisasi, sehingga menjadi pranata-pranata sosial yang menyusun sistem itu
sendiri.
6) Tingkat atau Pangkat
7) Kekuasaan
8)Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada
seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah ( reward ) dan dapat pula
berupa hukuman (punishment). Sanksi diberikan atau ditetapkan oleh masyarakat
untuk menjaga tingkah laku anggotanya agar sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
9) Fasilitas (Sarana)
Fasilitas adalah semua bentuk cara, jalan, metode, dan benda-benda yang
digunakan manusia untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri. Dengan
demikian fasilitas di sini sama dengan sumber daya material atau kebendaan maupun
sumber daya imaterial yang berupa ide atau gagasan.
A. Partisipasi Masyarakat
1. Adanya kemauan
2. Adanya kemampuan
3. Adanya kesempatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA:
Ø Mawardi dan Nur Hidayati, Ilmu Sosial Dasar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.