Anda di halaman 1dari 14

makalah

kkpk ii
pelaksanaan resusitasi pada
usia dewasa

Dosen pembimbing :

Adelina Pratiwi, S.S.T,M,Kes

Disusun oleh :

Vina Tri Utami (181540102011)


Ida Rianti (181540102005)

STIKes ‘AISYIYAH PALEMBANG


DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP TENTANG MANUSIA” Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi Kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa me ridhoi segala usaha kita, amin .

Palembang, februari 2019

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I        PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ......................................................................................4
B.     Rumusan Masalah .................................................................................4
C. Tujuan………………….………………………………………………….4

BAB II      PEMBAHASAN
A.     Pengertian Resusitasi...............................................................................5
B.     Langkah-Langkah Resusitasi pada orang dewasa ................................................5
a. Tujuan
b. Persiapan pasien
c. Cara Resusitasi
d. Dokumentasi
C.Bahaya atau komplikasi pada Resusitasi.................................................11

BAB III     PENUTUP
Kesimpulan ..............................................................................................12
Saran.............. ..........................................................................................12
DAFTAR FUSTAKA…………………………….………………………….13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

CPR (Cardio pulmonary Resucitation)/RJP (Resusitasi Jantung – Paru) adalah hal yang
penting diketahui tenaga kesehatan, termasuk perawat dalam menyelamatan pasien kegawat
daruratan di RS ataupun di luar RS. CPR/RJP merupakan tehnik dasar untuk safe and rescue jika
terdapat korban yang mengalami henti jantung mendadak (cardiac arrest) atau henti napas
(misalnya : near drowning). RJP dilakukan dengan 2 prinsip bantuan napas mulut ke mulut
(mouth-to-mouth rescue breathing) dan kompresi jantung (chest compression), sampai pasien
respon positif atau bantuan ambulance datang.

B. Rumusan Masalah

1.Apa yang di maksud dengan resusitasi?


2.bagaimana resusitasi pada orang dewasa?
3. Apa saja bahaya yang mungkin terjadi pada Resusitasi?

C.Tujuan

1.Untukmengetahui pengertian Resusitasi


2.Untuk mengatahui bagaimana cara resusitasi pada orang dewasa
3. Untuk mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dalam tindakan resusitasi

4
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Resusitasi

Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau
sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-
dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal. Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan
gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal
guna mencegah kematian biologis .

CPR / RJP-Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa terbaru adalah 30 kompresi pada
jantung CPR (Cardio pulmonary Resucitation)/RJP (Resusitasi Jantung – Paru) adalah hal yang
penting diketahui tenaga kesehatan, termasuk perawat dalam menyelamatan pasien kegawat
daruratan di RS ataupun di luar RS. CPR/RJP merupakan tehnik dasar untuk safe and rescue jika
terdapat korban yang mengalami henti jantung mendadak (cardiac arrest) atau henti napas
(misalnya : near drowning). RJP dilakukan dengan 2 prinsip bantuan napas mulut ke mulut
(mouth-to-mouth rescue breathing) dan kompresi jantung (chest compression), sampai pasien
respon.
Apa yang terjadi saat jantung berhenti berdenyut ?? **4 menit pertama jantung gagal
memompakan darah terutama ke otak, maka akan mengalami kekurang suplai gula darah
(utamanya) dan oksigen mengalami iskemia.leawat dari itu 10 menit akan mengalami kematian
sel otak yang irreversible (waktu kritis).

5
B. Langkah-Langkah Resusitasi pada orang dewasa

a.Tujuan

• Mengembalikan fungsi pernafasan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) atau
henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu
sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut
bekerja kembali.
• Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).
• Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi
pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas
melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP)..

b. Persiapan Pasien.

• Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.


• Posisi pasien diatur terlentang datar.
• Baju bagian atas pasien di buka.

c. Cara Resusitasi

Kita lakukakan Prinsip ABC !!!!


A (Airway) – Jalan napas B (Breathing) – Napasnya C (Circulation) – Denyut nadi apa yang di
lakukan di A (Airway)”jalan nafas”
Periksa jalan napas korban dengan cara :
Membuka mulut korban dengan 2 jari, lihat apakah ada benda asing, lidah yang drop atau darah.
Kemudian taruh tangan penolong diatas jidat dan bawah dagu korban dan dongakkan kepalanya,

6
hiperfleksi – (Head tilt chin lift), kalau kita curiga ada fraktur servikal maka pakai model jaw
trust. Dan buka jalan napas.

selanjut nya B (Breathing)”nafas”


Cek napas korban selama 10 detik dengan : Look – Feel – Listen (Letakkan pipi penolong di
depan mulut korban, sambil rasakan dan lihat ke arah dada pasien apakah naik – turun
(ekspansinya ada)Kalau tidak ada napas – berikan mouth to mouth ventilation dengan cara tutup
hidung korban dan berikan napas dua kali dengan jarak antaranya 5 detik, lakukan sampai
terlihat rongga dada pasien ekspansi/naik. Ingat posisi pasien masih hiperfleksi (head till chin
lift). Setelah itu kita periksa denyut nadi di arteri karotis sebelah kanan – kiri dekat jakun ( 2- 3
jari) selama 10 detik – rasakan.

setelah itu C (Circulation)”denyut nadi”


Kalau ada denyut nadi, korban hanya henti napas maka lanjutkan Pulmonary Recusitation
dengan berikan napas mulut ke mulut sampai 1 menit (berarti 12 kali), sampai napas OK (satu
siklus).
Kalau denyut nadi tidak ada maka lakukan kompresi jantung (CPR-cardiac pulmonary
resucitation) dengan letakkan ujung telapak tangan di kunci dengan telapak tangan yang lain di
tulang dada (sternum) bisa sejajar/segaris antara putting payudara atau 3 jari diatas tulang muda
di bawah sternum (prosessus xypoid), letakkan kedua bahu anda sejajar dan lakukan kompresi
jantung.

Kompresi dilakukan dengan kedalaman 4 – 5 cm dengan 30 kompresi (dulu 15, yang


terbaru 30 kompresi). Mau 1 atau 2 penolong semua 30 kompresi per siklus. Ini dilakukan
selama 4 siklus (kurang lebih 1 menit menjadi 100 kompresi).Setelah 4 siklus tadi, cek kembali
denyut nadi karotis sampai bantuan Ambulance datang, atau ada respon pasien, atau pasien
terlihat mati biologis – tanda-tanda rigor mortis.

7
Kenapa meningkatkan Kompresi Dada menjadi 30 x persiklus:
 Memberikan kesempatan jantung berdenyut lebih cepat, kalau terlalu banyak ventilasi
ada fase silence
 Mengurangi ITP (Intra Thoracik Pressure) – Tekanan Dalam Rongga Dada karena
ventilasi untuk mencegah regurgitasi /aspirasi
 Sebenarnya dengan mengkompresi jantung, secara tidak langsung memberikan
ekspirasi napas.

Kalau ada DC shock atau Automated External Defibrillator (AED), bisa diberikan kejut
jantung sebanyak 200 joule, namun pada VF/VT. Sedangkan kalau henti jantung pukul saja
rongga dada dengan model cardiac thumb.

e. Dokumentasi

 Mencatat respon pasien.


 Mencatat reaksi pasien pada saat resusitasi jantung paru.

Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat, tetapi ada hal-hal yang
dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban
diantaranya:

 Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada
denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
 Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan
pernafasan.
 Reaksi pupil/manic mata mungkin akan kembali normal.
 Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
 Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
 Nadi akan berdenyut kembali.
8
Keputusan untuk Mengakhiri Upaya Resusitasi
Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri bila terdapat salah satu dari berikut ini:
 Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
 Ada orang lain yang mengambil alih tanggung jawab.
 Penolong terlalu capai sehingga tidak sanggup meneruskan resusitasi.
 Pasien dinyatakan mati.
 Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien berada dalam
stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dipastikan
bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi
pada normotermia tanpa RJP.

Pasien dinyatakan mati bila:


1. Telah terbukti terjadi kematian batang otak.
Petunjuk terjadinya kematian otak adalah pasien tidak sadar, tidak ada pernapasan spontan dan
refleks muntah, serta terdapat dilatasi pupil yang menetap selama 15-30 menit atau lebih, kecuali
pada pasien hipotermik, di bawah efek barbiturat, atau dalam anestesi umum.

2. Fungsi spontan pernapasan dan jantung telah berhenti secara pasti/ireversibel.


Mati jantung ditandai oleh tidak adanya aktivitas listrik jantung (asistol) selama paling
sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat yang optimal. Tanda kematian
jantung adalah titik akhir yang lebih baik untuk membuat keputusan mengakhiri upaya resusitasi.
Indikasi Resusitasi

9
1. Henti napas (apnu)

Henti napas dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan,
baik di sentral maupun perifer. Bila terjadi henti napas primer, jantung dapat terus memompa
darah selama beberapa menit selama ada sisa oksigen di dalam paru yang beredar ke otak dan
organ vital lain. Penanganan dini pada pasien dengan henti napas atau sumbatan jalan napas
dapat mencegah henti jantung.

Sumbatan jalan napas dapat dikenali dengan cara berikut ini:

a. Sumbatan jalan napas total


 Aliran udara di mulut atau hidung tidak dapat didengar atau dirasakan.
 Pada gerakan napas spontan terlihat retraksi supraklavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi.
 Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan.
 Pada bayi, sering ditemui pernapasan paradoksal.

b. Sumbatan jalan napas parsial


Terdengar suara napas tambahan, yaitu bunyi dengkur (snoring) yang menandakan
sumbatan parsial hipofaring yang disebabkan oleh adanya jaringan lunak, misalnya jatuhnya
dasar lidah, hipertrofi tonsil, dsb. Bunyi lengking (crow¬ing) yang menandakan laringospasme;
bunyi kumur (gargling) yang menandakan adanya benda asing berupa cairan; dan bunyi bengek
(wheezing) yang menandakan terdapat sumbatan jalan. napas bawah setelah bronkiolus
respiratorius.Dapat juga disertai retraksi.
Gejala akibat sumbatan jalan napas yang segera dapat diketahui dari keadaan klinis:
Hiperkarbia, yaitu penunman kesadaran. Dipastikan dengan peninggian PCO2 arteri.
Hipoksemia, yaitu takikardia, gelisah, berkeringat, atau sianosis. Pada hipoksemia, terjadinya

10
sianosis tergantung Hb reduksi >5 g% akan terjadi sianosis. Keadaan hipoksemia dipastikan
dengan penurunan PO2 arteri.

2. Henti jantung (cardiac arrest)

Bila terjadi henti jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen yang tersisa dalam
organ vital akan habis dalam beberapa detik. Henti jantung dapat disebabkan oleh faktor intrinsik
atau ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa penyakit kardiovaskular seperti asistol, fibrilasi ventrikel,
dan disosiasi elektromekanik. Faktor ekstrinsik adalah kekurangan oksigen akut (henti napas
sentral/perifer, sumbatan jalan napas, dan inhalasi asap); kelebihan dosis obat (digitalis, kuinidin,
antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin, dan isoprenalin); gangguan asam basal elektrolit
(hipo/hiperkalemia, hipo/hipermagnesia, hiperkalsemia, dan asidosis); kecelakaan (syok listrik,
tenggelam, dan cedera kilat petir); refleks vagal; anestesi dan pembedahan; terapi dan tindakan
diagnostik medis; dan syok (hipovolemik, neurogenik, toksik, dan anafilaktik).
Tanda-tanda henti jantung adalah sebagai berikut:
 Hilangnya kesadaran dalam waktu 10-20 detik setelah henti jantung.
 Henti napas (apnu) atau megap-megap (gasping) yang muncul setelah 15-30 detik henti
jantung.
 Terlihat seperti mati (death like appearance) dengan warna kulit pucat sampai kelabu.
 Pupil dilatasi dalam waktu 45 detik setelah henti jantung.
 Tidak teraba denyut arteri besar, yaitu arteri femoralis dan karotis pada orang dewasa
atau brakialis pada bayi dan anak kecil. Tanda ini muncul segera setelah henti jantung.
Resusitasi harus dilakukan pada infark jantung kecil yaiig mengakibatkan kematian
listrik, serangan Adams-Stokes, hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat¬-
obatan, sengatan listrik, refleks vagal, tenggelam, dan kecelakaan-kecelakaan lain yang
masih memberikan peluang hidup.

11
Kontra Indikasi Resusitasi:
 Kematian normal yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronis yang berat. Pada
keadaan ini denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat.
 Stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi.
 Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu setelah ½ –
1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP

C.Bahaya atau Komplikasi pada Resusitasi


 Fraktur iga dan sternum sering terjadi terutama pada orang tua, RJP tetapditeruskan
walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi tangan salah.
 Pneumothorax.
 Hemothorax.
 Kontusio paru.
 Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideus ke arah hepar/limpa.
 Emboli lemak.
 Muntah dan aspirasi.
 Distensi lambung.

12
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi pernapasan
dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak diharapkan
mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan dan bantuan sirkulasi
yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain sementara jantung dan paru
tidak berfungsi.

B.Saran
Resusitasi jantung paru-paru adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang
mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. RJP bertujuan untuk membuka kembali
jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. RJP sangat dibutuhkan bagi orang yang
henti napas tiba-tiba. Maka dari itu Resusitasi Jantung Paru ini sangat bermanfaat untuk
dipelajari.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Safar P, Resusitasi Jantung Paru Otak, diterbitkan Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, hal : 4, 1984.
 Alkatri J, dkk, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Editor
Soeparman, Jilid I, ed. Ke-2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal : 281, 1987.
 Soerianata S, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kardiologi, Editor
Lyli Ismudiat R, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal : 106, 1998.

14

Anda mungkin juga menyukai