S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASMA BRONCHIALE DI RUANG IGD DI RSUD LAHAT
OLEH
DINDA RESTU CAHAYA
NIM:2017.1208
DOSEN PEMBIMBING
Kamesyworo,S.ST.MM
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Asuhan keperawatan ini di susun untuk memenuhi tugas akhir praktik stase Gadar
Serta ketrampilan dan memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang
Penyusunan Asuhan keperawatan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,
arahan dan bimbingan dari semua pihak, kami ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
Banyak kekurangan, untuk menyempurnakan ini kami mengaharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak. Semoga Asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................
PRAKATA ............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................
B. Analisa Data........................................................................................
D. Intervensi ............................................................................................
E. Implementasi ......................................................................................
F. Evaluasi ..............................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………….………..
BAB V KESIMPULAN…………………………………………………….…….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia, baik lakilaki
merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini
tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai
provinsi di Indonesia. Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi
dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma
dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain infeksi, alergi, obatobatan,
polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang
merangsang dan emosi. Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada
anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar
disbanding di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %. Penyebab pada asma
sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian terdahulu menjelaskan
bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat yang sangat khas yaitu sangat
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada Ny. S dengan
Asma Bronchiale.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui tinjauan teori pada kasus Asma Bronchiale yang
meliputi :
1) Pengertian Asma Bronchiale
2) Penyebab Asma Bronchiale
3) Patofisiologi Asma Bronchiale
4) Tanda dan Gejala Asma Bronchiale
5) Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronchiale
6) Komplikasi Asma Bronchiale
7) Penatalaksanaan Asma Bronchiale
8) Pengkajian fokus dan Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
Asma Bronchiale
b. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa Asma Bronchiale
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme otot polos
Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh penyempitan yang
intermiten pada saluran napas di banyak tingkat mengakibatkan terhalangnya aliran udara.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang mengakibatkan berbagai
sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat,
obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi atau sesak). (Mansjoer A.,
1999 : 476-477)
Asma adalah gangguan pernapasan pada bronkus yang menyebabkan penyempitan
B. ETIOLOGI
asma.
terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya ditimbulkan dengan uji kulit
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan, maupun dengan
D. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu
Selain itu otot – otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam
jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang
paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast
dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS –
A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan
saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung
saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,
emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini
kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
Selain itu reseptor α dan β-adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
terjadi ketika reseptor β-adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α dan
adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos. (Smeltzer, S.C., 2001 :
611-612)
Zat allergen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, mulut dan
kontak kulit
hipoksia
Perubahan nutrisi kurang Intoleransi
dari kebutuhan tubuh aktivitas
ansietas
Imunitas
menurun
Ketidaktahuan
tentang penyakit Resiko tinggi
infeksi
Gangguan ventilasi (hipoventilasi)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
2. Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
semakin bertambah.
2. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.
4. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
menunjukkan obstruksi.
H. PENATALAKSANAAN
a. Memberikan penyuluhan
c. Pemberian cairan
d. Fisiotherapy
2. Pengobatan farmakologik :
obat :
• Orsiprenalin (Alupent)
• Fenoterol (berotec)
• Terbutalin (bricasma)
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler).
Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan
serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel
yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup. 2) Santin (teofilin) Nama obat :
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak
b. Kromalin
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak- anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru
c. Ketolifen
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
Sementara itu, untuk memutus rantai penularan kita perlu paham apa
itu Universal Precaution (kewaspadaan Umum).
A. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
mampu untuk menjaga jalan napas atau pasien dalam kondisi terancam
2. Breathing
d. Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji PaO2 dan
PaCO2
e. Kaji respiratory rate
• Cyanosis
• Deviasi trachea
h. Dengarkan adanya:
• Wheezing
3. Circulation/Sirkulasi
c. Lakukan EKG
20 menit
e. Kaji intake output
4. Disability
B. PENGKAJIAN SEKUNDER
Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang dipakai setiap hari
Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas.
Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis pekerjaan, jenis makanan yang
berhubungan dengan allergen, hewan piaraan yang dipelihara dan tingkat stressor.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Kriteria hasil :
udara.
b. Intervensi :
liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan curah jantung/gagal ginjal.
c. Rasional :
1) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan frustasi.
2) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus
4) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.
a. Kriteria Hasil:
(Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas gejala distres
pernafasan.
Situasi
b. Intervensi keperawatan :
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK : bersihan jalan nafas tak
efektif).
a. Kriteria hasil :
b. Intervensi :
b) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat khusus untuk
c. Rasional :
nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan
kesulitan napas.
159)
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
a. Kriteria hasil :
Intervensi :
1) Awasi suhu
c. Rasional :
terhadap infeksi.
4) Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas klien
Namaklien : Ny. S
No register : 101191
Usia : 64 tahun
Tanggal masuk : 15April 2020 (jam 10.00)
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku / bangsa : Sumatra / Indonesia
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Asma Bronkhiale
Tanggal Pengkajian :15April 2020(jam 10.10)
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ds :Klien mengeluh sesak nafas
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ds :klien mengatakan habis bersih-bersih rumah, tiba tiba jatuh dan klien sulit untuk
bernafas ( sesak nafas klien kambuh).
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Ds :Klien mengatakan punya penyakit asma pada tahun 2008 dan klien tidak rutin
memeriksakannya ke poliklinik, bila asmanya kambuh klien hanya membeli obat
yang ada di warung.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ds :klien mengatakan, ayah klien dulu pernah menderita TBC dan ayah klien
meninggal pada tahun 1998 karena penyakit TBC yang dideritanya.
5. Riwayata alergi
Ds :klien mengatakan tidak ada alergi obat,makanan,minuman namun asma klien
kambuh bila klien terkana debu dan kena angin malam.
C. PENGKAJIAN PRIMER
a. Pengkajian primer
1) Airway (A)
Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas dan klien cuping hidung.,
sedikit ada secret.
2) Breating (B)
Terdengar suara ronchi dan whezzing dikedua lapang paru klien. Klien
terlihat sesak nafas, retraksi dada dangkal, terlihat otot bantu pernafasan,
nafas cepat, Rr : 26 x/m.
3) Circulasi (C )
Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil > 3 detik, TD : 150 / 90
mmHg, N : 92 x/m. S : 37,60C
4) Dissability (D )
Kesadaran komposmentis, GCS E4-M6-V5, klien tidak mengeluh nyeri.
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keadaan umum
Ds :klien tampak lemah
2. Kesadaran
Do :Composmentis E:4 V:5 M:6
3. Tanda –tanda Vital Do :
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Pernafasan : 26 X/menit
- Nadi : 92 X/menit
- Suhu : 37,6°C
- Spo2 : 100 %
4. Berat Badan Do :
- BB : 50 Kg
- TB : 160 cm
5. Kepala
Inspeksi :Distribusi rambut tidak merata, rambut sedikit kotor, rambut berwarna
hitam dan beruban, tidak ada hematom maupun lesi dikepala.
Palpasi : Tidak ada hematom maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
6. Mata
Inspeksi : Mata simetris, reflek pupil normal, pupil isokor, sklera non ikterik,
konjungtiva hiperemis.
Palpasi : Sklera non ikterik, konjungtiva hiperemis.
7. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, dan sedikit ada serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung. 8. Telinga
Inspeksi : Tidak ada kemerahan, telinga simetris, lubang telinga cukup bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daun telinga maupun tulang mastoid. 9.
Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Bibir pucat, mukosa lembab, tidak ada stomatitis dan leukopakia, ada
karies gigi, tidak ada gusi bengkak, tidak terlihat pembengkakan tonsil.
10. Leher
Inspeksi : Terlihat otot bantu pernafasan, tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan tonsil.
Palpasi : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid dan tonsil,
11. Dada/ paru
(1).Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, Gerakan dada Simetris
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor eluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar whezzing dan ronkhy.
(2).Jantung
Inspeksi : Terlihat ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula sinistra.
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula sinistra.
Perkusi : Suara perkusi dullnes
otot bantu
pernafasan
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d Murcus dalam jumlah yang berlebihan,
peningkatan produksi mucus,eksudat dalam alveoli dan bronkospasme 2. Gangguan
pertukaran gas b.d Retensi karbon dioksida
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari /
No Tujuan dan Intervensi
Tgl / Rasional
Dx Kriteria Keperawatan
Jam
Kamis, 1 Setelah dilakukan 1. Monitoring Untuk mengetahui
29 tindakan pernafasan klien gangguan nafas
Januari keperawatan (frekuensi, yang terjadi dan
2015 selama 1 x 30 kedalaman, menentukan
Jam menit, bersihan bunyi nafas) intervensi
10.14 jalan nafas normal selanjutnya.
wib dengan kriteria Untuk
hasil menunjukan 2. Posisikan semi memudahkan
jalan nafas yang flower ekspansi dada
paten. dalam bernafas.
3. Berikan O2 nasal Untuk memberikan
/ masker bantuan nafas dan
mempertahankan
kadar O2 dalam
tubuh.
4. Ajarkan klien Tehnik untuk
untuk batuk mengeluarkan
efektif sekret secara
5. Kolaborasi
pemberian mandiri.
bronkhodilator
Untuk
mengencerkan
mukus dan
mendilatasikan
saluran nafas.
A. PERMASALAHAN KLIEN
Penyempitan saluran pernafasan ini disebabkan oleh alergen yang masuk kedalam
saluran pernafasan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan
lainlain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah
alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan
signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel
plasma dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang
ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi
atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam
permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan
perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Untuk kasus ini klien NY.S menderita asma sudah lama yaitu pada tahun 2008. Klien
sudah mencoba untuk berobat ke klinik namun klien tidak rutin untuk mengontrolkan
penyakitnya.
Klien kambuh sesaknya bila klien terkena debu dan klien keluar malam (terkena angin
malam). Klien lebih sering minum obat dari warung bila sesak nafasnya kambuh.
Karena klien sesaknya kambuh dank lien sudah tidak sanggup untuk menahannya,
dengan criteria klien wajah pucat, nafas dangkal, dan klien terlihat lemas klien memeriksakan
dirinya ke klinik. Kemudian dari klinik menyarankan untuk memeriksakan ke RSUD kota
Semarang.
Setelah klien sampai di IGD RSUD kota semarang klien di tangani beberapa perawat
dan klien di lakukan tindakan pemberian teraphy Oksigen dan klien di lakukan nebulizer.
Perawat melakukan tindakan selama 1x30 menit klien mengatakn masih sesak dank lien minta
di rawat di Rumah sakit. Kemudian klien dirawat di ruang yudistira untuk mendapatkan
tindakan-tindakan keperawatan seuai intervensi keperawatan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari permasalahan – permasalahan itu, muncul 2 diagnosa keperawatan yaitu Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas b.d Murcus dalam jumlah yang berlebihan, peningkatan produksi
mucus,eksudat dalam alveoli dan bronkospasme. Diagnosa yang pertama adalah Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas, menurut Nanda nic-noc (2013), ketidak efektifan jalan nafas
dalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernafasan guna
mempertahankan jalan nafas bersih.
Data untuk menegakkan diagnosa ini adalah adanya disneu, bunyi nafas tambahan,
perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan,adanya sputum, sianosis. Bila dikaitkan
dengan keadaan Ny. S, sangat sinkron dan sesuai dengan apa yang yang dialami oleh klien,
klien mengalami sesak nafas, terdengar suara tambahan, terdapat seputum/dahak
ditenggorokan klien. Hal ini mendukung bahwa Ny.S mengalami masalah bersihan jalan nafas
tak efektif.
Masalah keperawatan yang kedua adalah Gangguan pertukaran gas b.d Retensi karbon
dioksida menurut NandaNic-Noc (2013), Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau
deficit pada oksigen dan/ eliminasi karbon di oksida pada membrane alveolar kapiler.. Hal ini
diakibatkan adanya pernafasan yang abnormal terlihat dari kecepatan irama dan kedalamannya
pernafasan, dan warna kulit klien terlihat ubnormal yaitu pucat. Data yang mendukung adanya
gangguan pertukaran gas ini adalah adanya wheziing, retraksi dada dangkal dan cepat. Hal ini
selara dengan keadaan klien yang mengalami masalah pola nafas tak efektif.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, dilakukan pengkajian
ulang dan didapatkan data klien mengatakan sesak nafas berkurang, tidak terdengar
gurgling, batuk berkurang, masih terdengar suara whezzing, retraksi dada simetris, dalam
dan reguler, ekpansi dada optimal, nafas klien dalam dan tidak dangkal. Terlihat otot bantu
nafas. Rr : 26 x/m, TD : 150/90 mmHg. Dengan keadaan klien seperti ini, klien di lakukan
perawatan di RSUD lebih lanjut sesuai intervensi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II Jakarta : Media Aesculapius FKUI