Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN

A.Prinsip pencegahan infeksi


Pencegahan infeksi sering diartikan dalam pengertian sempit sebagai:
tindakan suci hama/pemutusan rantai transmisi penyakit.

Tujuan pencegahan infeksi pada pelayanan kesehatan:


1. Mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan (terutama untuk
tindakan atau prosedur klinik menggunakan instrumen)
2. Menghindari terjadinya penularan penyakit infeksi berbahaya(HIV,
Hepatitis)bukan hanya pasien ke pasien, tetapi juga dari pasien ke petugas
kesehatan atau sebaliknya.

a.Transmisi Kuman

Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang
dapat menimbulkan radang atau penyakit. proses tersebut melibatkan beberapa unsur di
antaranya:

1. Agen infeksi  (infectious agent) adalah  Mikroorganisme yang dap menyebabkan


infeksi.  Pada manusia dapat berupa bakteri, virus, Rickettsia, jamur dan parasit.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada
manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina.
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan
tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi 
dari reservoir ke penderita (yang suseptibel).
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui:  saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah  orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor
yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,luka bakar
yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan. Sedangkan faktor
lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, ekonomi,
gaya hipud, pekerjaan dan hereditas.
b.Teknik isolasi

Ada 3 poin utama yang perlu diingat untuk teknik isolasi :


1.      Teknik isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien dengan penyakit yang
mudah tertular.
2.      Penting bahwa setiap orang bertanggung jawab dan menggunakan teknik isolasi yang
tepat untuk mencegah penyebaran penyakit untuk orang lain.
3.      Seluruh benda-benda yang berhubungan dengan eksresi, sekresi, darah atau cairan
tubuh yang mengandung mikroba yang sudah dikenal atau masih dalam dugaan harus
dianggap terkontaminasi bahan-bahan potensial inspeksi, ini harus diberlakukan dengan cara
khusus.
  UNIT ISOLASI
Unit isolasi dapat berupa berupa ruangan khusus. Ruangan dengan fasiliitas cuci
tangan dan ruangan yang berdampingan dengan  fasilitas kamar mandi dan toilet adalah unit
isolasi yang terbaik. Ruangan khusus dianjurkan untuk pasien yang :
1.      Sangat infeksius
2.      Mempunyai higiene pribadi yang buruk
3.      Membutuhkan prosedur pengendalian udara yang khusus dalam kamar
c.Cuci tangan
            Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau petugas
kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan
tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan persiapan
bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi
tidak berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan. Sebaiknya waktu pencucian
tangan dilakukan :

1. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 


2. Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada dalam ruangan maternity,
juga bagi perawatn pasien pre dan post operasi
3. Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien
4. Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi
5. Sebelum menyiapkan obat bagi pasien
6. Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah menggunakan urinal
sebelum dan sesudah makan

Adapun teknik –teknik mencuci tangan ada 3:

a) Teknik mencuci biasa

Alat dan bahan:

a.air bersih b·handuk

c.sabun d.sikat lunak

prosedur kerja:                                                           

1. lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
2. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian sabuni dan sikat bila
perlu.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.

b. Teknik mencuci dengan desinfeksi

Alat dan bahan:

a. Air bersih
b. b. Larutan desinfektan lisol/savlon
c. Handuk/lap kering

Prosedur kerja:

1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan,
Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air
2. kemudian dengan larutan desinfektan (lisol atau savlon)dan sikat bila perlu.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.

c.Teknik mencuci steril

Alat dan bahan:

1. Air mengalir
2. Sikat steril dalam tempat
3. Alkohol 70%
4. Sabun

Prosedur kerja:

1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
2. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air
3. kemudian alirkan sabun(2-5 ml)ke tangan dan gosokkan tangan serta lengan sampai 5
cm diatas siku
4. kemudian sikat ujung jari,tangan lengan,dan kuku sebanyak kurang lebih 15 kali
gosokan,sedangkan telapak tangan 10 kali gosokan hingga siku.
5. Bilas dengan air bersih yang mengalir
6. Setelah selesai tangan di bilas dan tetap diarahkan ke atas.

d.Pelindung diri

1.    Mengenakan sarung tangan steril


Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan
penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi. Tujuannya adalah untuk
mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari klien, mencegah penularan flora
kulit petugas pada klien, dan mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan
mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu ke klien yang lainnya.
Prosedur pemakaian :
a.    Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
b.    Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
c.    Lakukan cuci tangan
d.    Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping
e.    Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.
f.     Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada permukaan dalam pembungkus.
g.    Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang
lebih 5 cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih dominan.
h.    Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung
tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
i.      Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset
tidak menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari-jari anda pada posisi yang
tepat.
j.      Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset sarung
tangan kedua.
k.    Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan
ibu jari sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka.
Pertahankan ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang
l.      Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya
terbuka saat pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.

2.    Mengenakan gaun (celemek) pelindung


Gaun ( dari kain ) yang bersh atau disposable ( dari bahan sejenis kertas ) atau apron
( pakaian pelindung ) plastic digunakan saat seragam perawat kemungkinan akan kotor.
Umumnya, gaun disposable digunakan di rumah sakit. Gaun harus mempunyai lapisan kedap
air sehingga cairan dan cairan tubuh tidak dapat tembus.
1. Memakai Gaun Bedah
Memakai gaun bedah dalah memakai / memasang baju steril pada diri sendiri atau orang lain 
setelah cuci tangan, dengan prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas dan
mikroorganisme. Tujuannya adalah untuk menghindari kontaminasi, agar tidak terjadi path
luka operasi, dan agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.
Prosedur pemakaian :
a.    Cuci tangan dan pembedahan.
b.    Buka bungkusan steril yang berisi baju steril oleh perawat sirkulasi
c.    Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher bagian dalam dengan
menggunakan    tangan kiri dan posisi tangan kanan tetap setinggi bahu.
d.    Buka lipatan baju dengan cara melepaskan bagian yang terjepit tangan dan jangan sampai
terkontaminasi.
e.    Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan masukkan tangan kanan ke
lubang lengan baju kanan, diikuti dengan tangan kiri dimasukkan ke lengan kiri.
f.     Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk membantu mengikat tali baju dengan
menarik bagian belakang leher baju
g.    Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada perawat sirkulasi.
h.    Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang yang memakai baju memutarkan badannya,
kemudian mengambil tali dan jepitan serta mengikat tali tersebut. Pada saat rnemutar tidak
boleh terjadi kontaminasi.
2. Mengenakan gaun untuk ruang isolasi
Menggunakan penutup, pelindung, seperti penutup kepala, masker, gaun/ baraskot, dan
sarung tangan sebelum perawat masuk ke ruang isolasi. Tujuannya adalah sebagai
kewaspadaan untuk mengurangi penularan mikroorganisme saat meraat pasien yang diisolasi
serta melindungi perawat dari penularan penyakit.
3. Mengenakan masker
Masker digunakan sebagai alatpengaman yang menutup lubang hidung dan mulut. Tujuannya
adalah untuk mencegah atau mengurangi transmisi mikroorganisme melalui udara ( droplet
infection ) saat merawat pasien yang diisolasi serta melindungi perawat dari infeksi
pernafasan, seperti Tuberkulosis.
Prosedur pemakaian :
a.    Temukan tepi atas masker ( masker biasanya mempunyai strip logam tipis disalah satu
tepinya yang dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan pangkal hidung pengguna ). Periksa
kebijakan institusi untuk menggunakan masker yang tepat.
b.    Pegang masker pada kedua tali bagian tali. Ikat kedua tali tersebut di belakang kepala
dengan tali di atas telinga.
c.    Ikat kedua tali bawah di sekitar leher dengan tepi masker bawah tepat di bawah dagu. Ada
juga jenis masker yang mempunyai tali elastic yang dikaitkan di kedua telinga.
4. Mengenakan tutup kepala pelindung
Reservoar potensial lain untuk infeksi luka pasca operatif adalah rambut petugas. Walaupun
rambut jarang disangka sebagai reservoar, dilaporkan adanya dua letupan kasus yang
disebabkan oleh s. Aureus yang masing-masing ditemukan pada rambut seorang dokter dan
seorang perawat. Tidak terdapat bukti bahwa topi mencegah penularan mikroorganisme dari
rambut keluka operasi. Walaupun pemakaian penutup kepala mungkin sesuai untk mencegah
rambut jatuh kelapangan operasi, namun keefektifan pelindung semacam itu berkaitan
dengan kemampuannya menutupi semua rambut dan kulit kepala.
e.Aseptic dan antiseptic
1.    Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya MO ke dalam
tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Teknik Aseptik membuat
prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan cara
menurunkan jumlah MO pada permukaan kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman atau menghilangkannya secara keseluruhan. Asepsis bedah (steril) adalah
sterilitas kamar bedah dan teknik-teknik yang digunakan didalamnya. Asepsis medis (bersih)
dilakukan pada hamper semua teknik/ prosedur.
Prinsip aseptik :
a.    Cuci tangan: merupakan prinsip asepsis yang paling penting. Dalam keadaan tertentu
penggosokan tangan dengan alcohol dapat diterima untuk prosedur biasa. Cuci tangan
sebelum dan setelah prosedur
b.    Penggunaan paket dan peralatan steril; Peralatan yang disterilkan secara sentral, biasanya
menggunakan autoklaf. Perubahan warna pada pembungkus menunjukkan sterilitas, tetapi
pembungkus tersebut diperiksa dengan baik untuk adanya robekan atau basah. Peralatan steril
harus digunakan sebelum kadaluarsa.
c.    Penggunaan pakaian pelindung
d.    Penggunaan teknik tanpa sentuhan; Teknik ini berkaitan dengan cara pembentukan daerah
steril, biasanya di troli balutan yang tidak boleh terkontaminasi dengan tangan belum dicuci
dan benda-benda yang tidak steril. Troli tersebut dapat dilap dengan larutan desinfektan
setiap kali sebelum digunakan. Rak bagian atas troli di alas dengan duk steril,
letakkan/jatuhkan  alat steril setelah bungkus luarnya dibuka. Bagian ini steril sehingga hanya
boleh disentuh oleh tangan yang sudah dicuci atau memakai sarung tangan steril, dan dibuka
dengan cara memegang sudut/ ujung pembungkusnya saja. Untuk mencegah kontaminasi
lingkungan, maka daerah steril harus ditutup dengan penutup steril.
2.    Antiseptik
Antiseptik adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara
membunuh atau mengurangi jumlah MO pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan
selaput lendir tidak dapat disterlisasi, maka penggunaan larutan antiseptic bisa meminimalkan
jumlah MO yang akan mengkontaminasi luka terbuka sehingga dapat terjadi infeksi.
Larutan antiseptik bisa diterima :
a.    Alkohol 60 – 90 % missal; Etil, Isopropyl, atau metal spiritus
b.    Setrimid / klorheksidin glukonat : Savlon
c.    Klorheksidin glukonat 4 % ; Hibiscrub, hibitan, Hibiclens
d.    Heksaklofen 3 % ; Phisohex
e.    Paraklorometaksilenol ( PCMX/ kloroksilenol : Detol
f.     Iodin 1-3 %, larutan yang dicampur alcohol atau ater (e.g.Lugol) atau tincture ( iodine
dalam alcohol 70 % ). Iodin tidak digunakan pada permukaan mukose / Vagina
g.    Iodofor : bethadin. Klorheksidin glukonat dan Iodofor adalah antiseptic paling baik untuk
digunakan pada mukosa.

Cara penggunaan larutan antiseptik :


Persiapan kulit atau jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi larutan antiseptic dengan gerakan memutar, bergerak melingkar dari tengah keluar
seperti spiral.Tujuan : dekontaminasi peralatan dan benda-benda yang digunakan dalam
prosedur bedah.

B.Pemrosesan Alat

Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar mikroorg
anisme berbahaya penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai. Pemroses
an alat juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman pada alatalat 
medis. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara deko
ntaminasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi

a. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan,sarung t
angan, dan benda-benada  lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-
benda lebih
aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan. Untuk perlindungan lebih ja
uh,pakai
sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari latex, jika menangani pe
ralatan yang sudah digunakan atau kotor.
Segera setelah digunakan, masukkan bendabenda yang telah terkontaminasi ke dalam larut
an klorin 0,5 % selama 10 menit. Ini akan dengan cepat mematikan virus hepatitis B dan
HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi telah terendam seluruhnya dalam
larutan klorin.
Daya kerja larutan klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap 24jam se
kali atau lebih cepat, jika terlihat telah kotor atau keruh .

b. Pencucian atau bilas
Pencucian adalah sebuah cara yang efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorg
anisme pada peralatan dan instrumentyang kotor atau sudah digunakan. Baik seterilisasi mau
pun desinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika 
bendabenda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas pera
latan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci d
engan seksama secepat mungkin.
1.    Perlengkapan/ bahan – bahan untuk mencuci peralatan:
a.     Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga  dari  lateks
b.    Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi)
c.     Tabung suntik (minimal ukuran 10ml : untuk membilas bagian dalam kateter, term
asuk kateter penghisap lendir)
d.    Wadah plastik atau baja anti katat (stainless steel)
e.     Air bersih
f.      Sabun dan detergent
2.    Tahap-tahap pencucian dan pembilasan
a.     Gunakan sarung tangan yang tebal pada kedua tangan.
b.    Ambil peralatan bekas pakai yang sudah di dekontaminasi (hatihati bila memegang 
peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).
c.     Agar tidak  merusak bendabenda yang terbuat dari plastik atau karet,jangan dicuci 
secara bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.
d.    Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati,dengan cara berikut :
1. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan k
otoran.
2. Buka engsel gunting dan klem
3. Sikat dengan seksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan
4. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal di peralatan
5. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (lebih jika perlu) dengan air dan sab
un atau detergent.
6. Bilas benda-benda tersebut dangan air bersih
e.    Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
f.     Jika peralatan akan di desinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalnya dalam lar
utan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering s
ebelum memulai proses DTT.
g.    Peralatan yang akan di desinfeksi Tingkat Tinggi dangan cara dikukus atau di rebu
s atau disterilisasi di dalam autoklaf atau open panas kering, tidak usah dikeringkan se
belum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
h.    Selagi masih memakai sarung tangan , cuci sarung tangan dengan air dan sabun ke
mudian dibilas secara seksama dangan menggunakan air bersih.
i.      Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin-anginkan

c. DTT dan Sterilisasi


1. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dari perala
tan, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT  bisa dijangkau deng
an cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua organisme 
kecuali beberapa bakteri endospora sebesar 95%.

1.   DTT dengan cara merebus
Merebus merupakan cara efektif dan praktis untuk DTT. Perebusan dalam air selama 20 meni
t setelah mendidih, dimana semua alat jika mungkin harus terendam semua, ditutup rapat dan 
dibiarkan mendidih serta berputar.
a.    Gunakan panci dengan penutup yang rapat
b.   Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
c.    Rendam peralatan sehingga semuanya terendam dalam air
d.   Mulai panaskan air
e.    Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
f.    Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimul
ai
1)    Rebus selama 20 menit
2)    Catat lama waktu perebusan pelaratan di dalam buku khusus
3)    Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau di
simpan
4)    Setelah peralatan kering,gunakan segera atau simpan dalam wadah DTT dan penut
up. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
2.    DTT dengan uap panas
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci maka sarung tangan siap DTT dengan uap 
tanpa diberi talk.
a.    Gunakan panci perebus yang memiliki 3 susunan nampan pengukus.
b.   Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dap
at dipakai tanpa membuat kontaminasi baru
c.    Letakkan sarung tangan pada baki atau tampan pengukus yang berlubang di bawah
nya.
Agar mudah dikeluarkan dari panci,letakkan sarung tangan dengan bagian jarinya kea
rah tengah panci. jangan menumpuk sarung tangan.
2. d.   Ulangi proses tersebut hingga semua nampan terisi dengan menyusun tiga 
nampan pengukus yang brisi air.
3. e.    Letakkan penutup di atas panci paling atas dan panaskan air hingga mend
idih. Jika uap airnya sedikit, suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk me
mbunuh mikroorganisme.
4. f.    Catat lamanya waktu pengukusan jika uapa air mulai keluar dari celah pa
nci.
5. g.   Kukus sarung tangan 20 menit
6. h.   Angkat nampan pengukus paling atas dan goyangkan perlahan-lahan agar
air yang tersisa menetes keluar.
7. i.     Letakkan nampan pengukus di atas panci yang kosong disebelah kompor
8. j.     Ulangi langkah tersebut hingga nampan tersebut  berisi sarung tangan sus
un di atas panci perebus yang kosong.
9. k.   Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan di dalam panci sa
mpai 4 – 6 jam.
10. l.     Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering gunakan pins
et DTT untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan dalam 
wadah DTT lalu tutup rapat.
11. 3.    DTT  dengan kimiawi
12. a.       Letakkan peralatan kering yang sudah didekontaminasi dan dicuci dala
m wadah yang sudah berisi laruta kimia.
13. b.      Pastikan bahwa peralatan terendam semua dalam larutan.
14. c.       Rendam selama 20 menit.
15. d.      Catat lama waktu perendaman
16. e.       Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan di wadah DTT ya
ng berpenutup
17. f.       Setelah kering peralatan dapat digunakan atau disimpan dalam wadah D
TT yang bersih.
18. D.  Sterilisasi
19. Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk 
kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maup
un kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kum
an patoge atau apatoge beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau 
kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas tinggi atau bahan kimia.jenis 
sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi panas kering,strerilisasi gas
(formalin, H2O2), rdiasi ionisasi.
20. 1.   Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi :
21. a.    Sterilisator (alat untuk steril) harus siap pakai,bersih dan masih berfungsi
22. b.    Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label
yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,tanggal pelaksanaan s
teril.
23. c.    Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril
24. d.   Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu m
ensteril selesai
25. e.    Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korental
26. f.     Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka bungkusnya,bila terb
uka harus dilakukan sterilisasi ulang
27. 2.   Beberapa alat yang perlu disterilkan :
28. a.    Peralatan logam (pinset, gunting, speculum, dll)
29. b.   Peralatan kaca (semprit, tabung kimia)
30. c.    Peralatan karet (cateter, sarung tangan, pipa lambung,dll)
31. d.   Peralatan ebonite (kanule rectum, kanule trakea,dll)
32. e.    Peralatan email (bengkok, baskom, dll)
33. f.    Peralatan porselin (mangkok, cangkir, piring, dll)
34. g.   Peralatan plastic (selang infuse, dll)
35. h.   Peralatan tenunan (kain kassa, dll)
36. 3.    Prosedur kerja
37. a.    Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi
38. b.    Peralatan yang dibungkus haris diberi label
39. c.    Masukkan ke dalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan w
aktu yang ditentukan
40. d.   Cara sterilisasi:
41. 1)    Sterilisasi dangan merebus dalam air mendidih sampai 100 (15-
20 menit) untuk logam, kaca,dan karet
42. 2)    Sterilisasi dengan stoom menggunakan uap panas di dalam autoclave den
gan waktu, suhu,tekanan tertentu untuk alat tenun
43. 3)    Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi ( logam 
yang tajam,dll )
44. 4)    Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alkohol
, sublimat,uap formalin, sarung tangan dan kateter.
Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1.Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :


1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus
dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :


1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar.

Persalinan dan kelahiran bayi bisa terjadi di luar institusi, baik di rumah, klinik bersalin
swasta, polindes, atau puskesmas. Jika proses ini berlangsung di rumah, hati-hati agar benda-
benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah yang telah dibersihkan dan disiapkan
untuk suatu prosedur
sumber : internet , buku-buku KDPK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         LATAR BELAKANG
Pemrosesan alat bekas pakai adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa p
etugas kesehatan dapat menangani secara aman bendabenda (peralatan medis, sarung tangan, 
meja pemeriksaan)
yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Maka penting bagi bidan untuk mengetahui cara 
mengamankan peralatan medis yang belum atau sudah terpakai. Pemrosesan alat sangat penti
ng dilakukan untuk membunuh mikroorganisme agar alat kesehatan menjadi steril kembali.
Hal ini penting agar mikroorganisme dari pasien yang satu tidak menyebar ke pasien yang
lain, karena banyak kasus yang disebabkan oleh tertularnya mikroorganisme berbahaya dari d
ari seorang pasien ke pasien yang lain, seperti HIV/ AIDS, TBC, hepatitis B, dll.
1.2.TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1.    Mempelajari dan memahami tata cara pemrosesan alat bekas pakai  dengan benar.
2.    Dapat melakukan tata cara pemrosesan alat bekas pakai dengan cara dekontaminasi, pencucia
n, dan pembilasan, DTT dan sterilisasi
2.1.DEFINISI
Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar mikroorgani
sme berbahaya penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai. Pemrosesan 
alat juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman pada alatalat med
is. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara dekonta
minasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi.
2.2.JENIS-JENIS PEMROSESAN ALAT
Jenis – jenis pemrosesan alat, antara lain :
A.  Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan,sarung t
angan, dan benda-benada  lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-
benda lebih
aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan. Untuk perlindungan lebih ja
uh,pakai
sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari latex, jika menangani pe
ralatan yang sudah digunakan atau kotor.
Segera setelah digunakan, masukkan bendabenda yang telah terkontaminasi ke dalam larut
an klorin 0,5 % selama 10 menit. Ini akan dengan cepat mematikan virus hepatitis B dan
HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi telah terendam seluruhnya dalam
larutan klorin.
Daya kerja larutan klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap 24ja
m sekali atau lebih cepat, jika terlihat telah kotor atau keruh.
B.  Pencucian atau bilas
Pencucian adalah sebuah cara yang efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorg
anisme pada peralatan dan instrumentyang kotor atau sudah digunakan. Baik seterilisasi mau
pun desinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika 
bendabenda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas pera
latan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci d
engan seksama secepat mungkin.
1.    Perlengkapan/ bahan – bahan untuk mencuci peralatan:
a.     Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga  dari  lateks
b.    Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi)
c.     Tabung suntik (minimal ukuran 10ml : untuk membilas bagian dalam kateter, termasuk katet
er penghisap lendir)
d.    Wadah plastik atau baja anti katat (stainless steel)
e.     Air bersih
f.      Sabun dan detergent
2.    Tahap-tahap pencucian dan pembilasan
a.     Gunakan sarung tangan yang tebal pada kedua tangan.
b.    Ambil peralatan bekas pakai yang sudah di dekontaminasi (hatihati bila memegang peralatan
yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).
c.     Agar tidak  merusak bendabenda yang terbuat dari plastik atau karet,jangan dicuci secara ber
samaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.
d.    Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
1)   Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.
2)   Buka engsel gunting dan klem
3)   Sikat dengan seksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan
4)   Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal di peralatan
5)   Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau detergent.
6)   Bilas benda-benda tersebut dangan air bersih
e.    Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
f.     Jika peralatan akan di desinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalnya dalam larutan klorin 
0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai pr
oses DTT.
g.    Peralatan yang akan di desinfeksi Tingkat Tinggi dangan cara dikukus atau di rebus atau dist
erilisasi di dalam autoklaf atau open panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DT
T atau sterilisasi dimulai.
h.    Selagi masih memakai sarung tangan , cuci sarung tangan dengan air dan sabun kemudian di
bilas secara seksama dangan menggunakan air bersih.
i.      Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin-anginkan
C.  Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dari peralat
an, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT  bisa dijangkau denga
n cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua organisme k
ecuali beberapa bakteri endospora sebesar 95%.
1.   DTT dengan cara merebus
Merebus merupakan cara efektif dan praktis untuk DTT. Perebusan dalam air selama 20 m
enit setelah mendidih, dimana semua alat jika mungkin harus terendam semua, ditutup rapat d
an dibiarkan mendidih serta berputar.
a.    Gunakan panci dengan penutup yang rapat
b.   Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
c.    Rendam peralatan sehingga semuanya terendam dalam air
d.   Mulai panaskan air
e.    Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
f.    Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai
1)    Rebus selama 20 menit
2)    Catat lama waktu perebusan pelaratan di dalam buku khusus
3)    Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan
4)    Setelah peralatan kering,gunakan segera atau simpan dalam wadah DTT dan penutup. Peralat
an bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
2.    DTT dengan uap panas
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci maka sarung tangan siap DTT dengan uap 
tanpa diberi talk.
a.    Gunakan panci perebus yang memiliki 3 susunan nampan pengukus.
b.   Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dapat dipakai 
tanpa membuat kontaminasi baru
c.    Letakkan sarung tangan pada baki atau tampan pengukus yang berlubang di bawahnya.
Agar mudah dikeluarkan dari panci,letakkan sarung tangan dengan bagian jarinya kearah teng
ah panci. jangan menumpuk sarung tangan.
d.   Ulangi proses tersebut hingga semua nampan terisi dengan menyusun tiga nampan pengukus 
yang brisi air.
e.    Letakkan penutup di atas panci paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika uap airny
a sedikit, suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme.
f.    Catat lamanya waktu pengukusan jika uapa air mulai keluar dari celah panci.
g.   Kukus sarung tangan 20 menit
h.   Angkat nampan pengukus paling atas dan goyangkan perlahan-lahan agar air
yang tersisa menetes keluar.
i.     Letakkan nampan pengukus di atas panci yang kosong disebelah kompor
j.     Ulangi langkah tersebut hingga nampan tersebut  berisi sarung tangan susun di atas panci per
ebus yang kosong.
k.   Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan di dalam panci sampai 4 – 6 jam.
l.     Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering gunakan pinset DTT untuk memi
ndahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan dalam wadah DTT lalu tutup rapat.
3.    DTT  dengan kimiawi
a.       Letakkan peralatan kering yang sudah didekontaminasi dan dicuci dalam wadah yang sudah 
berisi laruta kimia.
b.      Pastikan bahwa peralatan terendam semua dalam larutan.
c.       Rendam selama 20 menit.
d.      Catat lama waktu perendaman
e.       Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan di wadah DTT yang berpenutup
f.       Setelah kering peralatan dapat digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih.
D.  Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mi
kroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Strilisasi jika dika
takan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patoge atau apatoge beserta spora yang terda
pat pada alat perawatan atau kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas tinggi atau bahan 
kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi panas kering,strerilisasi gas
(formalin, H2O2), rdiasi ionisasi.
1.   Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi :
a.    Sterilisator (alat untuk steril) harus siap pakai,bersih dan masih berfungsi
b.    Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label
yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,tanggal pelaksanaan steril.
c.    Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril
d.   Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai
e.    Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korental
f.     Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka bungkusnya,bila terbuka harus dilakukan 
sterilisasi ulang
2.   Beberapa alat yang perlu disterilkan :
a.    Peralatan logam (pinset, gunting, speculum, dll)
b.   Peralatan kaca (semprit, tabung kimia)
c.    Peralatan karet (cateter, sarung tangan, pipa lambung,dll)
d.   Peralatan ebonite (kanule rectum, kanule trakea,dll)
e.    Peralatan email (bengkok, baskom, dll)
f.    Peralatan porselin (mangkok, cangkir, piring, dll)
g.   Peralatan plastic (selang infuse, dll)
h.   Peralatan tenunan (kain kassa, dll)
3.    Prosedur kerja
a.    Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi
b.    Peralatan yang dibungkus haris diberi label
c.    Masukkan ke dalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan waktu yang ditentuka
n
d.   Cara sterilisasi:
1)    Sterilisasi dangan merebus dalam air mendidih sampai 100 (15-20 menit) untuk logam,
kaca,dan karet
2)    Sterilisasi dengan stoom menggunakan uap panas di dalam autoclave dengan waktu, suhu,tek
anan tertentu untuk alat tenun
3)    Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi ( logam yang tajam,dll )
4)    Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat,uap form
alin, sarung tangan dan kateter.
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Dari apa yang dipaparkan pada pembahasan makalah diatas, penulis dapat mengambil kesi
mpulan antara lain :
1.    Untuk membunuh mikroorganisme berbahaya yang terdapat pada alat kesehatan yang sudah t
erpakai, tenaga kesehatan dapat melakukannya dengan cara dekontaminasi,pencucian atau bil
as, dan desinfektan tingkat tinggi dan sterilisasi.
2.    Pemrosesan alat bekas pakai penting dilakukan untuk mencegah penularan penyakit menular.
3.    Dekontaminasi, pencucian atau bilas, dan desinfektan tingkat tinggi dan sterilisasi merupaka
n langkah awal yang dilakukan untuk pemrosesan alat bekas pakai.
3.2.SARAN
   
Demi meningkatkan kualitas tenaga kesehatan mendatang, penulis memberikan saran sebagai 
berikut :
1.    Sebaiknya setelah menggunakan alat kesehatan segeralah melakukan dekontaminasi,pencuci
an atau pembilasan, desinfektan tingkat tinggi dan sterilisasi.
2.    Tenaga kesehatan harus benarbenar memastikan bahwa alat kesehatan yang akan dipakai sud
ah steril,
agar tidak ada korban yang terjangkit penyakit menular akibat kelalaian tenaga kesehatan.
3.    Selain dapat menstrerilkan alat kesehatan dari mikroorganisme berbahaya, tenaga kesehatan j
uga harus dapat merawat alat kesehatan dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat, (2006), Konsep Dasar Praktik Klinik Kebidanan,
Jakarta: Salemba Medika
Kusmiyati, Yuni, (2007), Konsep Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jogjakarta: Fitramaya
Ambarwati, Eni Ratna dan Tri Sunarsih,
(2009), KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi, Jogjakarta: Nuha Medika.
http://pusparinidias.wordpress.com/2012/12/17/pemrosesan-alat/
http://cewexsweetiya.blogspot.com/2010/11/pemprosesan-alat-kesehatan.html
Diposting oleh Black Pearl di 19.52
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
1. Pengertian Sampah

Sampah atau waste (Inggris) memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan.
Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

1. Macam – macam Sampah

Sampah yang berada disekitar kita secaraq garis besar ada tiga macam, yaitu: sampah basah
atau sampah organik, sampah kering atau sampah anorganik, dan sampah tajam.

1. Sampah Basah / sampah organik

Sampah basah / sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Contohnya
adalah daun daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi / membusuk /
hancur secara alami.

Proses pembusukan sering kali menimbulkan bau yang sangat tidak sedap sehingga
menimbulkan polusi udara. Bahan – bahan yang dapat membusuk ini sangat penting
diketahui dalam usaha pengumpulan dan pengolahan sampah secara berdaya guna dan
berhasil guna. Sampah basah kadang juga mengeluarkan cairan yang dapat mengganggu
lingkungan. Selain itu tumpukan sampah basah bila terlalu besar / tinggi dapat menyebabkan
longsor yang membahayakan lingkungan sekitarnya.

Sampah jenis ini bisa dihasilkan pada tempat pemukiman, rumah makan atau warung, pasar,
dan sebagainya.

Banyak orang menangani sampah basah dengan cara yang salah seperti di bakar, padahal
daur ulang / penanganan sampah basah sangat mudah di lakukan, yaitu di jadikan pupuk
organik / kompos.

1. Sampah Kering / Sampah anorganik

Sampah kering adalah sampah yang dihasilkan dari bahan – bahan non hayati, baik berupa
produk, sinterik, maupun hasil proses tekhnologi pengolahan bahan tambang, tidak termasuk
sisa makanan dan benda – benda yang sangat mudah membusuk.

Sampah keringterdiri dari sampah yang dapat terbakar ataupun yang tidak dapat terbakar,
yang dihasilkan oleh rumah tangga, kantor – kantor, perdagangan, rumah sakit, dan
sebagainya.
Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan
produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca dan kertas, baik kertas
koran, HVS, atau karton.

1. Sampah Tajam

Sampah tajam adalah sampah yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol
yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya adalah alat medis atau alat kesehatan,
pecahan gelas, pecahan botol. Selain itu meliputi benda benda tajam yang terbuang yang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.

Penanganan sampah tajam harus dilakukan secara hati – hati agar tidak menimbulkan suatu
permasalahan baru.

1. Permasalahan Sampah

Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang memiliki
kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan
suasana semrawut akibat timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan
muncul. Bau tidak sedap dan gangguan penyakit siap menghadang di depan mata.

Pada musim hujan, sampah terlantar ini dapat menjadi momok paling menakutkan.
Tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik bisa menyumbat saluran drainase.
Pembuangan sampah di sembarang tempat, terutama sungai akan menghambat laju air hujan
dan mengakibatkan banjir. Walaupun telah ‘berpengalaman’ menghadapi situasi sama setiap
tahun, tampaknya inti masalah akibat sampahini belum pula memperoleh penyelesaian
terbaik

Walaupun saat ini era industri telah berkembang pesat dan makin maju., hasil terbesar suatu
produk tetaplah sampah. Dengan makin banyak dan beragamnya sampah, tentu saja
diperlukan pengolahan sampah terpadu yang efektif tanpa mengandalkan pihak lain untuk
menanggulangi masalah sampah yang telah sewajarnya menjadi tanggung jawab masing –
masing.

1. Pengolahan Sampah

Berikut adalah prinsip – prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip –
prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu :

a)      Reduce (Mengurangi)


Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

b)      Reuse (menggunakan kembali)

Sebisa mungkin pilihlah barang – barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang – barang yang sekali pakai.

c)      Recycle (mendaur ulang)

Sebisa mungkin barang – barang yang sudah tidak berguna didaurulang lagi. Tidak semua
barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi dan industri rumah
tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

d)     Replace (mengganti)

Meneliti barang yang kita pakai sehari – hari. Mengganti barang – barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

Berikut ini adalah beberapa cara pengolahan sampah berdasarkan jenisnya.

1. Pengolahan Sampah Organik

Sampah organik dapat diolah menjadi kompos. Komposting adalah cara pengolahan sampah
organik secara ilmiah dengan hasil akhir tidak membahayakan lingkungan dan mempunyai
manfaat sebagai pupuk.

Berikut adalah cara – cara pembuatan kompos menggunakan drum plastik:

a)      Bahan dan peralatan yang digunakan

 Ember atau drum plastik yang telah dimodifikasi (dibuat berlubang) dengan kapasitas
minimum 100 kg
 Bioaktivator cair (metode aerob) atau bioaktovator padat (metode anaerob)
 Bahan baku sampah organik (hindari daging, tulang, duri ikan, sisa makanan
berlemak, susu, kotoran anjing, kotoran kucing, dan kotoran babi)

b)      Cara pembuatan kompos

1)      Cacah bahan baku hingga berukuran 2 – 5 cm

2)      Taburkan Bioktivator Orgadec 0,5 % ke atas bahan baku, aduk hingga tercampur rata
3)      Siram dengan air hingga diperoleh kelembapan yang diinginkan (50%-60%), langsung
masukkan ke dalam drum plastik

4)      Inkubasi selama 1-2 minggu, tergantung dari bahan bakunya

5)      Pada hari ketiga atau hari kedelapan perlu dilakukan pengadukan atau pembalikan
secara manual agar aerasi di dalam drum berlangsung baik

Berikut adalah cara membuat Kompos aktif express

a)      Bahan

1)      Jerami kering , daun – daun kering, sekam, serbuk gergaji, atau sampah berbahan
organik apa saja yang dapat difermentasikan

2)      Kompos yang sudah jadi dengan perbandingan 2 : 1

3)      Dedak

4)      Dectro disesuaikan dengan dosis (5 sendok makan)

5)      Air disesuaikan dengan dosis (20 liter)

b)      Cara membuat

1)      Cacah atau giling bahan baku kompos hingga agak halus, lalu campurkan dengan dedak
dan kompos yang sudah jadi

2)      Larutkan dectro ke dalam air

3)      Siramkan secara merata larutan dectro ke dalam campuran bahan baku sampai kadar
airnya mencapai 45% – 50%

4)      Tumpuk campuran bahan baku tersebut di atas ubin yang kering dengan ketinggian 30
– 35 cm lalu tutup menggunakan karung goni

5)      Pertahankan temperatur 40º C – 60º C

6)      Setelah 24 jam, kompos aktif express selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai
pupuk organik

1. Pengolahan Sampah Anorganik


Sampah anorganik perlu waktu yang sangat lama untuk dapat diurai. Maka cara terbaik
adalah dengan mendaur ulang sampah – sampah tersebut atau dijadikan bahan atau benda lain
yang bermanfaat misalnya dijadikan bahan kerajinan yang mempunyai nilai ekonomis. Atau
bisa sampah anorganik dikumpulkan berdasarkan jenisnya, kemudian dijual kepada
pengumpul barang bekas untuk didaur ulang.

1. Pengolahan Sampah Tajam

Sampah tajam ada beberapa macam yaitu alat medis, botol, alat2 rumah tangga.

a)      Langkah langkah pembuangan sampah benda tajam non medis

1)      Pakailah sarung tangan rumah tangga yang tebal

2)      Dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%, semproykan sebanyak 3 x

3)      Masukkan benda tajam kedalam wadah yang tahan tusukan

4)      Jika wadah sudah terisi ¾ bagian, pindahkan dari area tindakan untuk dibuang.

5)      Wadah yang telah berisi ¾ bagian ditutup atau disumbat atau diplester dengan rapat,
pastikan tidak ada bagian benda tajam yang menonjol keluar wadah.

6)      Buang wadah dengan cara dikubur

7)      Lepaskan sarung tangan, cuci setiap hari atau setiap kali terlihat kotor

8)      Cuci tangan dan bersihkan dengan handuk bersih

b)      Penanganan sampah tajam alat medis

Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda – beda antara
fasilitas – fasilitas yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan.

a)      Penimbulan (Pemisahan dan pengurangan)

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan
sampah, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk
efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

b)      Penampungan
Penampungan sampah ini menggunakan wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor
atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong
dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah
ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning
dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk
limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”

c)      Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.

Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke
incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta
dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas
pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar


(off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan
lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor..

d)     Pengolahan dan pembuangan

Metode yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada
faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang
berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan
sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

 Incinerasi
 Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 ⁰ C
 Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)
 Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai
desinfektan)
 Inaktivasi suhu tinggi
 Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
 Microwave treatment
 Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
 Pemampatan / pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk

Anda mungkin juga menyukai