Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formula

Minyak jagung 15 %

Span +tween 80 1% 2 % 3%
Sukrosa 10 %
Aquadest ad 200ml

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Formula

Di buat sediaan sebanyak 200 ml, maka


15
1. . Minyak jagung = x 200 ml = 30 mg
100
1
3. span + tween 80 1% = x 200 ml = 2 mg
100
2
. span + tween 80 2% = x 200 ml = 4 mg
100
3
span + tween 80 3% = x 200 ml = 6 mg
100
10
4. Sukrosa = x 200 ml = 20 ml
100
5. aqua dest ad 200ml

A. Perhitungan viskositas
Rotor 2 : speed 60 rpm; 51,5 mpa.s; precent 10,3%
Hasil konversi viskositas dari mpa.s ke cP
1 poise = 100 cP
1
1 mpa.s = pa.S
1000
N.S
Pascal second =
m2
dyne second/ cm 2 = poise
1 poise = 10−1 NS/m 2 = 1 dyne second cm2
1
1 mpa.s = pa.S
1000
51,5
51,5 mpa.s = x 1000 cP
1000
= 51,5 cP
Bobot Jenis :
Bobot pikno kosong = 20 gram
Bobot pikno isi = 46,8gram
- Bobot air = bobot pikno + air – bobot pikno kosong
= 46,8gram - 20gram
= 26,8gram

- Bobot sirup = B pikno + sirup - bobot pikno kosong


= 47,5gram – 21,5gram
= 26gram

4.3 Data Pengamatan


a. Hasil sediaan emulsi

HARI EMULSI F1 Tipe Emulsi Bj


KE- Ho Tair Tminyak Temulsi
1 3,8 cm 3 cm 0,8 cm 0,1 cm Minyak 0,9 gr/ml
2 3,8 cm 3 cm 0,9 cm 0,2 cm Dalam Air
3 3,6 cm 3 cm 0,4 cm 0,2 cm
4 3,6 cm 2,9 cm 0,32 cm 0,2 cm
5 3,6Cm 2,9cm 0,5 cm 0,2 cm
HARI EMULSI F2 Tipe Emulsi Bj
KE- Ho Tair Tminyak Temulsi
1 3,8 cm 2 cm 0,9 cm 0,9 cm Minyak 1 gr/ml
2 3,3 cm 2 cm 0, 5 cm 0,6 cm Dalam AIr
3 2,8 cm 2 cm 0,5 cm 0,35 cm
4 2,6 cm 1,7 cm 0,7 cm 0,5cm
5 2,6 Cm 1,7cm 0,1 cm 0,8 cm

HARI EMULSI F3 Tipe Emulsi Bj


KE- Ho Tair Tminyak Temulsi
1 3,8 cm 2 ,4cm 0,9 cm 0,9 cm Minyak 1 gr/ml
2 3,4 cm 2,5 cm 0, 5 cm 0,8 cm Dalam AIr
3 2,5 cm 3 ,1cm 0,5 cm 0,3 cm
4 2,6 cm 1,5 cm 0,1 cm 0,8 cm
5 2,5 Cm 1,5cm 0,1 cm 0,5 cm

Bobot Jenis

Formula Bj (gr/ml)
Emulsi 1 0,9
Emulsi 2 1
Emulsi 3 1
4.4 Grafik

Grafik Viskositas

viskositas
7.00%
6.00%
5.00%
viskositas
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
t0 t5

Grafik PH

Suhu kamar
8
7
6
Formula 1
5 Formula 2
Formula 3
Axis Title 4
3
2
1
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5
Suhu Dingin
8
7
6
5 Formula 1
4 Formula 2
pH

3 Formula 3
2
1
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5
Waktu

Suhu
Suhu
Freeze
Panas
Thaw
8
7
6
5 Formula1 1
Formula
4 Formula2 2
Formula
pH
pH

3 Formula3 3
Formula
2
11
00
T0
T0 T1
T1 T2
T2 T3T3 T4T4 T5T5
Waktu
Waktu
4.5 Pembahasan

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampr, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-
butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung
(koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. (Moh. Anief,
2000)

Dalam percobaan ini dibuat sediaan berupa emulsi dengan menggunakan


emulgator alam dan emulgator sintetik. Emulgator merupakan komponen yang paling
penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film
ini berfungsi untuk mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers
sebagai fase terpisah. Terbentuk dua tipe macam emulsi yaitu emulsi tipe M/A
dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern
adalah air dan fase extern adalah minyak. (Moh. Anief, 2000)

Emulgator alam yang digunakan adalah formula 1 tragacant 8 % dan formula


2 tragacant 10 % serta formula 3 13%.

Sediaan emulsi yang dibuat berbentuk emulsi tipe minyak dalam air pada
emulsi 1 dan emulsi 2. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pH yang menghasilkan pH
emulsi formula 1 yaitu dan emulsi formula 2 yaitu . Bobot jenis emulsi 1 formula 1
sebesar 0,9 gram/mL dan emulsi 1 formula 2 sebesar 1 gram/ml, kemudian untuk
emulsi 2 formula 1 dan 2 memiliki bobot jenis yang sama yaitu sebesar 0,95 gram/ml.
Bobot jenis emulsi lebih rendah dibandingan dengan bobot jenis air, hal ini
dikarenakan dalam emulsi mengandung fase minyak yaitu minyak kelapa. Nilai bobot
jenis yang dihasilkan dari sediaan emulsi yang kami dapat tidak sesuai dengan
literatur, hal itu disebabkan karena adanya kelebihan dalam penambahan aquadest
sehingga bobot jenis menjadi lebih kecil dari literatur. Hasil yang terbaik untuk
emulsi 1 dan 2 ini yaitu emulsi 1 formula 1 dengan tragacant 8% dan emulsi 2 f
karena memiliki tipe emulsi M/A (minyak dalam air) yang dimana penambahan
tragacant akan berfungsi sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil sehingga pada
tragacant akan membentuk koloida hidrofilik bila ditambahkan kedalam air sehingga
menghasilkan emulsi tipe M/A. penambahan tragacant dan minyak kelapa dengan air
bertujuan untuk pembentukan emulgator surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan antar muka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan
fase terdispersi sehingga Pada percobaan ini  digunakan dua surfaktan yang
dikombinasikan dengan tujuan untuk memperoleh HLB surfaktan yang persis sama
dengan HLB minyak yang dibutuhkan serta untuk membuat partikel minyak menjadi
terdispersi dalam air. Untuk membantu memecah fase dalam (minyak) menjadi
tetesan-tetesan digunakan alat pengaduk yang mekanik yaitu mikser. Adapun
mekanismenya adalah setelah terjadi perceraian awal tetesan-tetesan, tetesan
berikutnya akan mendapatkan kekuatan tambahan karena turbulensi (arah mikser
yang berputar secara tyrbulen) menyebabkan deformasi tetesan-tetesan tersebut
menjadi tetesan yang lebih kecil sehingga emulsi yang terjadi nantinya akan lebih
homogen. Dalam hal ini yang harus dihindari adalah terbentuknya busa, yang
disebabkan oleh surfaktan yang larut dalam air.

berdasarkan pengamatan selama lima hari berturut-turut dapat dilihat bahwa


hasil yang diperoleh terdapat pula ketidak stabilan pada beberapa formula emulsi
yang telah dibuat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di


antaranya :
1. Suhu pemanasan tidak konstan
2. Perbedaan intensitas pengadukan
3. Pencampuran kurang merata
4. Kekompakan dan elastisitas fillm yang melindungi zat terdispersi
5. Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.
Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur, dimana kenaikan
temperatur dapat mengurangi ketegangan antar muka dan viskositasnya.
waktu pecah emulsi menunjukkan kestabilan emulsi, semakin lama waktu pecah,
maka kestabilan emulsi juga semakin besar. Bedasarkan literature waktu pecah
emulsi pada minyak kelapa sawit sebesar terbesar adalah 86 detik dan pada
minyak kelapa 59,66 , pada minyak zaitun 85 detik, minyak kacang tanah 79,66
detik, minyak wijen 74,66 detik, minyak jagung 69,66 dan minyak kedelai 65
detik, sehingga Penggunaan minyak kelapa sawit membuat emulsi lebih stabil dan
daya emulsifikasi fosfolipid yang cukup besar daripada penggunaan minyak yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai