Anda di halaman 1dari 44

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

“ MAKALAH AGAMA ”

OLEH :

TIARMA RATNA 066118301

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
BAB I
PENGERTIAN, FUNGSI, UNSUR AGAMA

A. Pengertian Agama
Berbicara tentang agama berarti berbicara tentang Allah. Agama
adalah suatu fenomena yang selalu hadir dalam sejarah umat manusia, bahkan
dapat dikatakan bahwa sejak manusia ada, fenomena agama telah hadir. Bisa
didefinisikan Agama adalah usaha manusia untuk mencari Tuhan, sedangkan
orang beragama adalah selama dibumi, hidupnya tidak akan mengalami kacau
balau dan mempunyai arah dengan hidup yang benar sesuai kehendak Tuhan.
Dalam orang beragama memiliki aspek kedewasaan dalam kehidupan
beragama, meliputi :
1. Dewasa jasmani, artinya dewasa dalam aspek fisik ditandai oleh
bertambahnya tinggi badan dan berat badan. , berat badan juga
otot-otot. Contohnya:
a) Menerima hal-hal tidak bisa diubah dari ciri-ciri fisik yang
ada sejak lahir,
b) Dapat memilih makanan yang memenuhi persyaratan gizi.
c) Memiliki keseimbangan antara bekerja dan istirahat.
2. Dewasa social, artinya individu yang sudah dianggap memiliki
kemapanan dalam berinteraksi sosial dan juga bermasyrakat.
3. Dewasa intelektual, artinya menggunakan akal budi untuk
melakukan penilaian tentang benar tidaknya sesuatu sehingga
terjadi pertimbangan yang matang dalam menghadapi masalah
atau mengambil keputusan. Contohnya:
a) Pola pikir positif, artinya segala inisiatif yang timbul dan
pikiran diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu secara
baik demi suatu kemajuan.
b) Pola pikir positif, artinya tentu kita pernah mendengar
ungkapan positive thinking. Ungkapan tersebut sering
digunakan untuk merujuk pada suatu pemikiran yang selalu
mencari sisi baiknya dalam segala hal. Lawannya adalah
negative thinking, yaitu pola pikir yang selalu melihat
sesuatu dan sisi buruknya.
c) Pola pikir kritis, artinya upaya pendalaman kesadaran serta
kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang
sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah
kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah
tersebut.
d) Pola pikir komprehensif, artinya pola pikir yang terbuka,
tidak eksklusif (tertutup). Di dalamnya ada sikap
menghargai pemikiran orang lain dan mampu
menampungkepelbagaian.

Kebutuhan manusia dalam beragama demikian disebabkan karena


adanya karakteristik dasar dari eksistensi manusia, yaitu ketidakpastian dan
ketidakberdayaan dan kelangkaan. Dua hal ini dalam istilah Max Weber
disebut sebagai problem of meaning.
1. Ketidakpastian, artinya manusia tidak bisa menjamin keamanan
dan kesejahateraan dirinya.
2. Ketidakberdayaan, artinya kesanggupan manusia untuk
mengendalikan hidupnya sangat terbatas.
3. Kelangkaan, artinya manusia tidak dapat sepenuhnya memenuhi
harapan yang berkaitan dengan distribusi barang dan nilai.
B. Fungsi Agama
Agama memiliki fungsi yang berfungsi untuk membentuk kepibadian
kita menjadi dewasa, diantara lain fungsi agama, yaitu :
1. Fungsi pendidikan, artinya dalam hal ini pendidikan mencakup
dua hal, yaitu tugas pengajaran dan pembimbingan. Dalam
menjalankan fungsi pengajaran dan pembimbingan, agama
menyampaikan ajarannya dengan perantara pemimpin agama
seperti dalam upacara keagamaan, khotbah, renungan (meditasi),
pendalaman rohani, kebaktian, dan misa.
2. Fungsi penyelamatan, artinya agama mengajarkan dan
memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas untuk mencapai
kebahagiaan yang terakhir dan pencapaiannya mengatasi
kemampuan manusia secara mutlak karena kebahagiaan itu berada
di luar batas kekuatan manusia. Hal ini dapat kita temui ketika
manusia mendapatkan cobaan seperti bencana alam. Dalam
menghadapi hal tersebut manusia kembali kepada Tuhan untuk
meminta pertolongan-Nya melalui agama yang dipercayainya.
3. Fungsi pengawasan social, artinya agama merasa ikut
bertanggungjawab atas adanya norma-norma susila yang  baik
yang diberlakukan pada masyarakat manusia umumnya. Oleh
karena itu, agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan
mengukuhkan hal yang baik sebagai kaidah yang baik dan
menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan
atau tabu. Agama juga memberi sanksi yang harus dijatuhkan
kepada orang yang melanggarnya dan mengadakan pengawasan
yang ketat atas pelaksanaannya.
4. Fungsi pembinaan persaudaraan, artinya agama mampu
mempersatukan sekian banyak bangsa yang berbeda ras dan
kebudayaannya dalam satu keluarga besar tempat mereka
menemukan kedamaian dan ketentraman. Dengan demikian,
mellaui agama perdamaian di dunia yang didambakan oleh setiap
insan sudah mulai terwujud.
5. Fungsi transformasi, artinya Semua pihak mengharapkan
pengajaran agama-agama mampu membuat perubahan dalam
kehidupan sehingga menjadi lebih baik. Instansi keagamaan
diharapkan juga memiliki kesadaran yang mendalam bahwa
mereka mendapat tugas dari pendirinya untuk mengubah dunia.
Tugas tranformatif bagi setiap agama tercantum dalam ajarannya
terutama agama-agama modern yang juga menamakan dirinya
agama universal.

C. Unsur agama
Agama mempunyai unsur, yaitu:
1. Penyembahan
2. Pemisahan yang suci dan magis
3. Kepercayaan akan roh
4. Kepercayaan akan tuhan dan Tuhan
5. Keselamatan
6. Dokma dan ajaran
7. Tempat beribadah
8. Imam
9. Kitab suci

Agama juga memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.


Perananan agama dalam kehidupan manusia secara umum ialah :

a) Agama berperan dalam mengontrol emosi manusia sehingga


mencegah terjadinya kekacauan dan dendam. Seperti yang tertulis
pada Matius 5 :38-39 “Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah
engkau melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan
siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi
kirimu”. Ini menjelskan bahwa agama selalu mengajarkan hal yang
baik kepada umatnya terutama dalam hal mencegah kekacauan dan
dendam.
b) Agama berperan dalam hal pendekatan kita kepada Ilahi sehingga kita
dapat menghindari perbuatan dosa , karena tertulis pada Roma 3 : 23
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah”. Kita adalah manusia yang berdosa, agama
mengarahkan kita kepada hal-hal baik dan perintah-perintah Allah
yang membuat kita jauh dari dosa tetapi semakin dekt dengan Tuhan.
c) Agama berperan dalam proses pertumbuhan pribadi manusia sehingga
manusia tidak sesat dan hidup rukun dengan sesama. Karena di jaman
sekarang ini banyak sekali pengaruh-pengaruh buruk baik dari
lingkungan ataupun dari pergulan, maka peran agama sangat
dipentingkan agar dapat membuat hidup kita lebih terarah dan tahu
membedakan mana yang baik dan yang buruk.

Perananan agama dalam kehidupan manusia secara kekristenan


adalah salah satunya buah-buah roh kudus (Galatia 5:22-23), sebagi
berikut:

a) Kasih (love)
Kasih adalah buah roh yang pertama dan menjadi hukum utama di
Alkitab (1 Korintus 13:13, Matius 22:37-39). Alkitab menganjurkan
kita untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi
serta mengasihi orang lain seperti diri sendiri. Mengasihi seseorang
berarti mengutamakan orang tersebut.

b) Sukacita (joy)
Sukacita adalah tetap bergembira walaupun situasi tidak
memungkinkan (Habakuk 3:17-19). Kata sukacita dalam bahasa
aslinya adalah chara yang berarti sukacita yang berasal dari dalam,
bukan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Sukacita inilah yang harus
menjadi pegangan bagi kita dalam menjalani hari.

c) Damai Sejahtera (peace)

Kita memang tinggal di zaman yang penuh dengan kesempatan,


namun juga penuh dengan kekuatiran. Harga bahan pangan yang
selalu naik, kriminalitas, dan kesulitan hidup lainnya tidak dapat
dipungkiri mempengaruhi hati kita untuk menjadi kuatir. Damai
sejahtera sangat ditentukan oleh cara kita memandang semua masalah.
Melihat yang benar akan membuat kita berpikir secara benar
kemudian akan membuat kita percaya akan kebenaran. Inilah iman
yang akan memunculkan damai sejahtera.

d) Kesabaran (patience)
Dunia modern adalah dunia yang serba cepat. Namun, Firman Tuhan
menyuruh kita untuk memiliki kesabaran. Sabar bukan berarti lamban,
kompromi, apalagi menyerah, namun tenang, tidak tergesa-gesa dan
tahan menghadapi segala sesuatu.

e)  Kemurahan (kindness)
Salah satu penyakit dari masyarakat modern adalah cuek. Fenomena
yang paling terlihat adalah saat kita naik kendaraan umum.
Kebanyakan orang akan cuek jika melihat ibu hamil, orang tua,
ataupun orang cacat yang tidak kebagian tempat duduk. Bagaimana
jika kita melihat hal tersebut? Disinilah Tuhan mengajarkan kita
sebagai orang Kristen untuk bermurah hati dengan tidak membeda-
bedakan dan juga tidak menunda kebaikan itu.

f)  Kebaikan (goodness)
“Aku akan baik pada dia kalau dia baik padaku”. Kebaikan dengan
pamrih juga menjadi salah satu penyakit masyarakat modern saat ini.
Bahkan, salah satu kebiasaan buruk umat Kristen adalah hanya berbuat
baik pada orang-orang seagama saja. Namun, bukan seperti itu
kebaikan yang Tuhan ajarkan. Tuhan mengajarkan kebaikan tanpa
pamrih yang dapat membuat orang lain merasakan kasih Allah.
g) Kesetiaan (faithfulness)
Amsal 20:6 Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang
setia, siapakah menemukannya? Begitu langkanya orang yang setia
sehingga Alkitab mencatat hal ini, tidak terkecuali juga di dunia
modern. Perceraian, perselingkuhan, dan pengkhianatan sudah sangat
sering kita dengar pemberitaannya melalui media. Disinilah kita
sebagai orang Kristen harus menunjukkan perbedaan tersebut karena
nilai kristiani ada dalam diri kita. Tunjukkan dengan teladan untuk
tidak bercerai dan berzinah, bahkan ketahui juga apa itu poligami
menurut Alkitab.

h)  Kelemahlembutan (gentleness)
Lemah lembut adalah sikap dan perkataan yang membawa kesejukan
dan kedamaian dalam hati orang lain. Saat kita belajar untuk memiliki
kelemahlembutan, maka kita sedang belajar menjadi seseorang yang
kuat.

i)  Penguasaan diri (self-control)


Ketidakmampuan menguasai diri akan menghancurkan hidup kita.
Nilai ini yang harus kita tanamkan dan praktekkan dalam semua area
hidup.
BAB II
TUHAN YANG MAHA ESA

A. Pengertian Tuhan

Dalam Komunitas Besar, Tuhan adalah Pengetahuan. Dalam


Komunitas Besar, Tuhan adalah pengalaman. Dalam Komunitas
Besar, Tuhan adalah komunikasi daripada wawasan yang mendalam
dan pengakuan dari satu ke yang lain, menembus semua kehidupan
wujud.

Namun dalam konsepnya juga terdapat istilah Tritunggal,


yaitu:

1. Allah Bapa
2. Allah Putera
3. Allah Roh Kudus

B. Argumen Bahwa Tuhan itu Ada

Terdapat beberapa pendapat yang menyatakan Tuhan itu ada,


yaitu:

1. Argumentasi kosmologis/kausalitas, yaitu setiap akibat


pasti ada penyebabnya. Alam semesta dan segala isinya
adalah akibat atau hasil. Pastilah ada sesuatu yang
mengakibatkan segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada
sesuatu yang “tidak disebabkan” yang mengakibatkan
segala sesuatu ada. Sesuatu yang “tidak disebabkan” itu
adalah Allah.
2. Argumentasi ontologis, yaitu bukti ini ingin membuktikan
bahwa Tuhan Allah ada, dengan menunjukkan kepada
adanya pengertian tentang Tuhan. Tiap orang memiliki
“Pengertian tentang Tuhan”. Oleh karena tiap orang
memiliki “pengertian tentang Tuhan”, maka Tuhan tentu
ada.
3. Argumentasi teleologis, yaitu Argumentasi teleologis
mengatakan karena alam semesta mempertunjukkan desain
yang begitu luar biasa, pastilah ada seorang desainer Illahi.
Contohnya, kalau saja bumi lebih dekat atau lebih jauh
beberapa ratus mil dari matahari, bumi ini tidak akan
mampu mendukung kehidupan seperti yang ada sekarang
ini. Jikalau unsur-unsur alam di atmosfir kita berbeda
beberapa persen saja dari apa yang ada, semua mahluk
hidup di atas bumi ini akan binasa.
4. Pengalaman religious, yaitu suatu wadah dialog antara
penganut dan sesuatu yang dipercayainya sebagai “Tuhan”.

C. Pernyataan Tuhan

Penyataan Umum dan Khusus Penyataan Allah melalui


ciptaanNya dan melalui sejarah adalah contoh penyataan Allah
secara umum. Demikian juga penyataan Allah melalui suara hati
manusia secara umum, merupakan suatu bentuk penyataan Allah
yang dialami oleh semua orang. Sedangkan penyataan Allah secara
khusus telah terjadi dan akan terjadi. Alkitab merekam penyataan
Allah secara khusus melalui tokoh-tokoh iman dan para nabi.
Klimaks penyataan Allah secara khusus pada manusia, nyata
dalam diri Yesus Kristus. Penyataan Allah melalui Kristus adalah
bentuk rencana penyelamatan Allah bagi umat manusia. Penyataan
Allah secara khusus nampak juga dalam penyataan Roh Kudus.

D. Keberadaan Dan Fungsi Tuhan Yang Maha Esa Menurut


Iman Kristen
1. Keberadaan Tuhan Allah
Iman Kristen adalah termasuk dalam bentuk penyembahan
Theisme, yang mempercayai dan menyembah Tuhan Allah sebagai
pribadi. Menurut teori Kepribadian, keberadaan manusia terdiri
dari empat lapisan, yaitu :
 Lapisan jasmani  →berhubungan dengan material.
 Lapisan perasaan →berhubungan dengan sikap.
 Lapisan pikiran →berhubungan dengan konsep teori.
 Dan lapisan hati-roh →yaitu bahagian diri kita yang kita
pakai di dalam berhubungan dengan hal-hal yang gaib,roh.
Keberadaan  Allah Roh itu adalah bebas, artinya  : Hakekat
dan  keberadaanNya tidak dapat dibatasi oleh pikiran dan
kemaun manusia.

2.  Fungsi Tuhan Allah


Iman Kristen berkata : Tuhan Allah adalah Pencipta
segala-segalanya. Tuhan Allah adalah Pelindung
Kehidupan. Tuhan Allah adalah Penghukum Kehidupan .
Tuhan Allah adalah Pembebas Kehidupan. Allah berfungsi
sebagai pemberi jaminan kehidupan dan kebahagian bagi
setiap orang yang percaya kepadaNya. Manusia
memang  harus berusaha dalam kehidupan tetapi kuasa dan
anugerah Allah yang memberi kebahagiaan sejati.
BAB III
GEREJA

A. Pengertian Ekklesia

“Ekklesia yang berasal dari bahasa Yunani tersebut memiliki pengertian


“perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Ekklesia juga
berarti gereja. Bukan bangunan gerejanya akan tetapi gereja itu sendiri adalah
umat Tuhan. Sebab di perjanjian baru, ekklesia sering merujuk pada umat-
umat Kristus yang  percaya dan beribadah pada-Nya. Setelah Yesus naik ke
sorga, murid-murid dan pengikut-Nya melakukan persekutuan di rumah-
rumah.

” Orang – orang yang di panggil dari gelap masuk kepada terang untuk
mendapatkan berkat “

Gereja dibagi menjadi dua, yaitu :

 Kelihatan : bangunan, tempat orang beribadah


 Tak kelihatan : iman dan kita

B. Sejarah Gereja

PERMULAAN GEREJA 

Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari
kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum
ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam
konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan
orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus. 

Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat.


28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya.
Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea,
Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia). 

1. Gereja Di Palestina 
 Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8) 
 Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain
membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7). 
 Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya
(ps. 8). 

2. Gereja di luar Palestina 

 Petrus membawa Injil ke Roma. 


 Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28). 
 Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18). 
 Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8). 
 Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika
(Kis. 9). 
 Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia
& Eropa). 

C. Tritugas Gereja
Gereja adalah suatu persekutuan umat Kristen yang memiliki fungsi
utama untuk bersaksi tentang Yesus Kristus di dunia. Gereja diambil dari
kata ekklesia yang artinya “dipanggil keluar” untuk memberitakan Firman
Tuhan. Dalam tugasnya, gereja memiliki 3 panggilan di dunia untuk
dipenuhi dan dipertanggungjawabkan kepada Allah, antara lain:
 Koinonia (bersekutu); merupakan tugas pertama gereja
sebagai tempat persekutuan umat Tuhan dengan sikap saling
berbagi dan mengasihi satu sama lain.
 Marturia (bersaksi); merupaka tugas selanjutnya utuk mejadi
saksi karya penyelamatan Allah terhadap manusia berdosa
supaya kabar baik dapat disampaikan kepada semua orang.
 Diakonia (melayani); merupakan tugas gereja untuk melayani
siapapun yang ingin dating kepada Allah. Gereja harus
memberikan teladan untuk melayani, karena Yesus
sebelumnya sudah melayani kita terlebih dahulu.
BAB IV
MANUSIA

A. Ciptaan Tuhan

Tiada yang lebih baik dari makhluk hidup lan selain manusia. Allah
menciptakan manusia segambar dengan Allah. Manusia sebagai martabat citra
Allah berdasarkan kitab Kejadian 1:26-28 dan Kejadian 2:7-8 tampak bahwa
manusia diciptakan oleh Allah pada hari ke-6 dengan bersabda dan bertindak
dalam penciptaannya manusia diciptakan setelah semua yang ada didalam
semesta diciptakan.

Manusia diciptakan Tuhan segambar dengan Allah mempunyai banyak


pandangan dan definisi tentang manusia antara lain makhluk yang berbicara,
makhluk yang memiliki akal budi, makhluk simbolik dan makhluk beretika.
Menurut Filsuf Plato, manusia merupakan animal society yaitu
hewan/binatang/makhluk sosial dan makhluk yang senang bergaul/berkawan
untuk hidup bersama. Status makhluk sosial selalu melekat pada diri manusia.
Manusia tidak bisa bertahan hidup sendiri sejak lahir sampai meninggal dunia.

Manusia diciptakan Allah dengan maksud dan tujuan masing-masing dari


Allah dan diantara tujuannya itu tak lepas dari apa yang harus dilakukan dan
dihindari semasa hidupnya menurut kitab Allah. Manusia diciptakan berbeda-
beda namun memiliki satu tujuan yang sama.

B. Hakekat Manusia

Hakikat manusia dalam pandangan iman Kristen tentunya berpijak pada


Alkitab. Khususnya dalam Kitab Kejadian pasal 1, ayat 26 sampai 27. Perikop ini
berisi pernyataan Allah mengenai penciptaan alam semesta, dan termasuk juga
didalamnya mengenai penciptaan manusia. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah,
menurut rupa dan gambar Allah sendiri. Terdapat beberapa pandangan kristen
tentang hakikat manusia yang dapat diambil dari kitab Kejadian, yaitu:

1. Manusia Dibentuk dan Diciptakan Oleh Allah


Dalam Kejadian 1:26-27; 2:7 dinyatakan bahwa manusia
merupakan ciptaan Allah, bukan jelmaan sebagian dari diri Allah, atau
anak biologis-Nya (baca: asal usul manusia menurut agama kristen).
Manusia adalah hasil karya-Nya. Yang diciptakannya secara unik,
berbeda dengan ciptaan-Nya yang lain. Allah membentuk manusia
dengan tangan-Nya sendiri, dan menghembuskan nafas hidup ke
dalam hidungnya. Manusia dibentuk menurut rencana Allah.
2. Manusia Diciptakan Menurut Gambar dan Rupa Allah
Dalam Kejadian 1:26-27 dinyatakan bahwa Allah menciptakan
manusia menurut gambar dan rupa Allah, baik laki-laki juga
perempuan. Hal ini menyatakan esistensi manusia yang unik dan
dasyat, menunjukkan perbedaan hakiki dan prinsipal antara manusia
dengan ciptaan Allah yang lain, sekaligus juga menunjukkan
terjalinnya hubungan yang intim antara Allah dengan manusia.
Terdapat tiga arti dan makna gambar dan rupa Allah dalam diri
manusia, yaitu:
a. Bahwa manusia adalah milik Allah, bukan manusia.
Allah telah memberi tanda/ simbol pada doro manusia
untuk menunkukkan kepemilikan-Nya.
b. Bahwa manusia mempunyai hubungan timbal balik.
Kasih Allah yang diberikan kepada manusia harus
dibalas dengan cara mengasihi sesama dan
melaksanakan kewajibannya sebagai manusia.
c. Bahwa manusia memiliki kebebasan dan kemerdekaan.
Allah memberikan hukum-hukum-Nya pada manusia,
namun manusia memiliki kebebasan untuk patuh atau
tidak patuh terhadap hukum tersebut.
3. Manusia adalah mandataris Allah
Manusia diciptakan sebagai mandataris Allah, dalam Kejadian
1:28 dikatakan bahwa manusia diberi kuasa atas alam semesta (baca:
tujuan hidup orang kristen). Allah mempercayakan kepada manusia
tugas dan tanggung jawab untuk memperbanyak turunan, memenuhi
dan menaklukan bumi, serta berkuasa atas ikan-ikan dilaut, burung-
burung di udara, serta segala binatang yang merayap di bumi.
Dalam Kejadian 2:15 juga dikatakan bahwa Tuhan
menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman tersebut, dengan kata lain Allah memberi mandat
kepada manusia untuk mengusahakan serta memelihara alam semesta.
4. Manusia adalah makhluk sosial
Dalam kejadian 2:18 Allah menyatakan bahwa tidak baik bagi
manusia untuk seorang diri saja, sehingga Ia menjadikan penolong
bagi manusia, yang sepadan dengannya. Sebelum Hawa diciptakan,
telah banyak ciptaan Tuhan yang lain, seperti hewan dan tumbuhan
yang menemani Adam, namun semuanya tidak sepadan dengannya.
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,
manusia memerlukan manusia lain dalam hidupnya.
5. Kebebasan dan keterbatasan Manusia
Seperti telah disebutkan sebelumnya, manusia merupakan mandataris
Allah. Dalam Kejadian 1:28 dan Kejadian 2:15 dikatakan Tuhan
memerintahkan manusi untuk beranak cucu, memenuhi dan
menaklukan bumi, menguasai alam semesta, mengusahakan serta juga
memeliharanya. Namun manusia juga diberi kebebasan untuk
mengikuti perintah Allah atau tidak.

BAB V
ETIKA DAN MORAL KRISTEN

A. Pengertian Etika

Untuk memahami pengertian etika, perlu diketahui akar kata dari etika itu
sendiri. Verkuyl menyatakan bahwa kata etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos, yang artinya kebiasaan, adat. Kata etos dan ethikos lebih berarti
kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati seseorang melaksanakan
sesuatu perbuatan. Istilah etika pertama kali  dalam sejarah yang tertulis
diperkenalkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles melalui karyanya yang
berjudul Etika Nicomachiea. Buku tersebut berisikan tentang ukuran - ukuran
perbuatan. 

Etika bukanlah ilmu pengetahuan alam. Karena itu juga Etika bukanlah
ilmu yang pengetahuan yang bersifat deskriptif, yang hanya menerangkan dan
menguraikan tindakan dan kelakuan manusia, seperti halnya dengan ilmu
bangsa-bangsa( antropologi kultural), yang menguraikan dan membahas adat-
istiadat dan keadaan bangsa-bangsa.

Etika merupakan Ilmu yang mempelajari norma-norma yang mengatur


tingkah laku manusia. Etika berbicara tentang keharusan yang di lakukan oleh
manusia tentang apa yang baik, benar dan tepat. Etika adalah ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan -
perbuatan yang di lakukan oleh manusia untuk dikatakan baik atau buruk,
dengan kata lain aturan ataupun pola - pola dari tingkah laku yang di hasilkan
oleh akal manusia. Karena adanya etika, pergaulan dalam
masyarakat/bermasyarakat akan terlihat baik  dan buruknya. Etika itu bersifat
relatif yaitu dapat berubah - ubah sesuai dengan kemajuan zaman.

Kata ethos yang menjadi etika berarti kebiasaan, baik kebiasaaan individu
maupun kebiasaan masyarakat. Etika tidak hanya berurusan dengan dengan
segi lahiriah seperti kelakuan dan tindakan, tetapi juga berurusan dengan segi
batiniah seperti sikap, motif, karakter atau tabiat.

B. Pengertian moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores, yang merupakan kata jamak
dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia,
moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-
ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana
yang wajar. Abineno (1996) menuliskan bahwa istilah atau kata mos
mempunyai arti yang kira-kira sama dengan Yunani “etos”, yaitu kebiasaan
adat istiadat.

Kata atau istilah ini lebih banyak digunakan oleh Gereja katolik Roma,
kalau dibandingkan dengan Gereja-gereja Protestan. Dalam gereja Katolik
Roma teolog yang menghususkan diri di bidang moral disebut teolog moral.
Dalam gereja-gereja protestan teolog demikian disebut tetikius, maksudnya:
teolog dibidang etika. Kalau kita membaca karya para teolog katolik Roma
kita mendapat kesan, bahwa pada waktu-waktu yang akhir ini istilah atau
pengertian ‘teolog moral” makin lama makin kurang digunakan, diganti
dengan istilah atau pengertian etikus”.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke


manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral
dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral
adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit
adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa
moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan atau adat istiadat masyarakat setempat. Moral
adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan
manusia lainnya. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Kesadaran moral terdapat 3 unsur,
yaitu :

1. Perasaan wajib
2. Rasional
3. Kebebasan
C. Macam – macam Etika Dalam Kristen
Etika dalam Kristen dikelompokkan menjadi 7 jenis, antara lain:

1. Etika Filosofis
Kata filosofis berasal dari Bahasa Yunani “philos” yang
berarti cinta. Etika filosofis adalah pengelompokan perbuatan-
perbuatan yang menyangkut moralitas yang dipandang dari sudut
filsafat. Hubungan antara etika, moral, dan kemanusiaan akan
dianalisa secara mendalam melalui sebuah rasio perbuatan menurut
hukum Kristiani. 

2. Etika Teologis
Kata teologis berasal dari “teologi” yang berarti agama. Jadi, etika
teologis merupakan suatu etika yang dibahas sesuai dengan ajaran
dalam Kristen. Etika ini akan terwujud ketika seseorang
mengetahui tujuan hidup orang Kristen. Tanpa adanya ajaran tersebut,
etika teologis tidak pernah terwujud. Etika teologis ini akan
memandang perbuatan sebagai suatu tindakan yang berhubungan
dengan:
 Perbuatan yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
perintah Tuhan

 Perbuatan tersebut harus diwujudkan dalam tindakan nyata


dalam cinta kasih

 Suatu bentuk penyerahan diri manusia kepada Tuhan, Sang


Pencipta

3. Etika Sosiologis
Etika yang satu ini lebih fokus pada keselamatan dan
kesejahteraan hidup manusia. Secara luas, etika sosiologis ini akan
membahas hubungan seseorang dengan masyarakat dalam
menjalankan hidupnya.

4. Etika Deskriptif
Berfokus pada penilaian terhadap sikap manusia dalam
mencapai apa yang diinginkannya dalam hidup. Pada etika ini, pola
perilaku manusia akan kelihatan saat orang tersebut berusaha
menggapai keinginan namun situasi di sekitar tidak mendukung.
Secara singkat, etika ini berkaitan dengan penghayatan
serta pandangan Iman Kristen terhadap gaya hidup modern.

5. Etika Normatif
Merupakan usaha untuk menetapkan hasil yang ideal antara pola
dengan perilaku umat Kristiani dalam bertindak di dalam kehidupan
bermasyarakat. Etika ini berupa himbauan yang nantinya akan
mengikat tata kehidupan umat Kristiani. Etika normatif ini dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
 Etika khusus: mengatur kehidupan umat Kristiani secara
khusus, hanya pada bidang-bidang tertentu saja
 Etika umum: mengatur kehidupan yang bersifat universal tanpa
membedakan suku, budaya, kelas sosial, dan situasi pada
kelompok tertentu

6. Etika Deontologis
Merupakan etika yang berlaku secra mutlak di dalam
kehidupan. Etika ini harus dijalankan, tanpa memperhatikan kondisi
dan situasi yang terjadi. Dampak dari etika ini tidak memperhitungkan
keuntungan, namun lebih kepada terciptanya perbuatan baik dalam
kehidupan masyarakat.

7. Etika Teleologis
Etika teleologis ini menjadi tolak ukur tentang baik buruknya
suatu perbuatan. Agar perbuatan baik dapat terwujud, seseorang perlu
mempertimbangkan suatu tindakan sebelum melakukannya. Dalam
etika ini, perbuatan yang memiliki tujuan yang baik akan selalu dinilai
baik.
Adapun hubungan iman dan moralitas dengan melihat
kelakuan seseorang dipengaruhi iman orang tersebut. Untuk
memahami pengaruh iman terhadap kelakuan orang. Terdapat 4 unsur
iman, sebagai berikut :
1. Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang
dianggap penting
2. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah
3. Iman sebagai pengkutsertaan dalam pekerjaan Allah
4. Iman sebagai pendirian tentang apa yang benar dan salah.
BAB IV
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN BUDAYA

A. Pengertian IPTEK dan Budaya


Iptek ( Ilmu pengetahuan Teknologi ) adalah suatu pemahaman tentang suatu
 

pengetahuan yang memiliki fungsi untuk mencari, menyelidiki, dan


menyelesaikan suatu hipotensi, ilmu juga merupakan yang telah terijih
kebenarannya. Misalnya, pengetahuan tentang sikap dan perilaku manusia sebagai
manusia sosial,  kemudian pengetahuaan itu di selidiki  oleh para ahlih
mengunakan metode-metode tertantu, Dan ternyata pengetahuan tersebut memang
benar bahwah manusia itu mahkluk sosial, maka dari itu pengetahuan tersebut di
katakan sebagai ilmuh yaitu ilmuh sosial. Sedangkan pengetahuan adalah
sesuatu yang di ketahui atau disadari seseorang yang didapat dari pengalamannya.
Pengetahuan tidak bisa dikatakan sebagai sebuah ilmuh.
Karena kebenarannya terujih, pengetahuaan muncul dikarenakan seseorang
menemuhkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah di lihatnya. Teknologi
merupakan sesuatu penemuaan melalui proses metode ilmiah untuk mencapai
tujuan yang maksimal. Teknologi juga dapat diartikan sebagai sarana manusia
untuk menyediakan kebutuhan. Dengan demikian Ilmuh Pengetahuan dan
teknologi ( IPTEK ) adalah suatu Ilmuh yang Berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan manusia.
Kebudayaan adalah berasal dari bahasa Sanserkerta yaitu “ Buddayah” yang
merupakan bentuk jamak dari kata “Budhi” yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Pengertian Kebudayaan secara Umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks mencangkup
pengetahuan, seni, keyakinan, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan.

B. IPTEK Dalam Pandangan Iman Kristen


1. Dalam sejarah air bah dengan jelas bahwa Allah memerintahkan Nuh
membuat  kapal untuk  menyelamatkan ia dan keluarganya dari
kebinasaan akibat air bah dan kebobrokan moral dunia pada waktu itu.
Dimensi ruang dalam kapal ataupun bahan telah ditentukan oleh Allah
(Kej 6:14-15).
2. Ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Kel 25:9),
Allah sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang,
dimensi dan bahan untuk kemah suci tersebut (Kel 25:1-27:21). 
Kemudian kita membaca bahwa kemuliaan Allah memenuhi Kemah
Suci tersebut (Kel 40:35).
3. Tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raj 7-8). 
Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah
menghalangi ataupun menutup segala perkembangan IPTEK.  Kita pun
melihat dalam contoh-contoh ini bahwa setiap teknologi selalu di
kaitkan dengan keselamatan dan maksud Allah terhadap manusia dan
dunia.
Akan tetapi di sisi lain, kita akan melihat bahwa Allah juga
menentang setiap penciptan teknologi yang bermotivasikan kebesaran
diri, kelompok, ataupun bangsa.  Beberapa contoh dapat saya
ketengahkan sebagai berikut:
4. Ketika Allah memporak-porandakan Babel (Kej 11:1-9), yang
ditentang bukanlah pendirian kota dan menara Babelnya tapi motivasi
mereka yang mencari nama dan ingin menyamai Allah (Kej 11:4).
5. Kemewahan, gemerlap teknologi di zaman Salomo dapat menyebabkan
dia banyak mengoleksi wanita asing sehingga dia kemudian jatuh
kepada penyembahan berhala (I Raj 11:1-13).
6. Ketika murid-murid menunjuk pada bangunan Bait Suci, Yesus
mengatakan bahwa bangunan tersebut akan diruntuhkan (Mat 24:1-2).
7. Tuhan Yesus juga menentang penyalahgunaan fungsi Bait Suci yang
dibangun selama empat puluh enam tahun menjadi arena komersil
(Yoh 2:16).

C. Perintah Allah Untuk Manusia


Manusia diberikan kebebasan mutlak oleh Tuhan untuk menguasai alam ini
seperti yang tertulis didalam Kejadian 1 : 28.Alat–alat perlangkapan yang
diciptakan hendaknya ditujukan yakni untuk memuji nama Tuhan (1 korintus 10 :
13) Jadi, manusia yang diberi kebebasan mutlak oleh Tuhan harus menguasai
alam ini termasuk teknologi yang diciptakan dengan tujuan yang baik dan yang
terutama untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan.

D. Hubungan Timbal Balik antara Iman dengan IPTEK


Teknologi dapat bertentangan dengan iman, sebagai contohnya:
1. IPTEK dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara,
masalah hidup dan memenuhi harapan manusia. Maka IPTEK dijadikan dewa
dan manusia tidak memerlukan Tuhan
2. Menciptakaan keadaan tak bernorma. Ini telah terbukti dimana teknologi
audio dan visual seperti alat-alat elektronik, telah menciptakan dunia hiburan
yang tak bermoral.
3. Teknologi termasuk alat bukan tujuan, Contoh yang jelas adalah
perkembangan teknik nuklir. Penemuan tenaga atom adalah suatu penemuan
yang hebat. Sama pentingnya dengan penemuan api oleh manusia purba.
Tetapi jika di dalam penggunaan tenaga nuklir itu kita tidak bertanya, “Untuk
apa tenaga itu akan kita pergunakan?” maka tenaga nuklir itu akan menjadi
alat yang dipergunakan manusia untuk menghancurkan diri sendiri.

BAB VII
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama


Kerukunan (dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang
menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan
kepada penghuninya) secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan
dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara
suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu
proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta
kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan
damai serta tenteram. Langkahlangkah untuk mencapai kerukunan seperti
itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan
menghargai sesama, serta cinta-kasih.
Sedangkan kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.
Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam
memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan
dan pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah
harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan
hokum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.
Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah,
Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga
Negara beserta instansi pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan
ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama,
mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan
keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya
diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.
Sesuai dengan tingkatannya Forum Kerukunan Umat Beragama
dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat
konsultatif dengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan
aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi
sebagai bahan kebijakan. Kerukunan antar umat beragama dapat
diwujudkan dengan :
1. Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat
beragama.
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan mematuhi peraturan.
Adapun nilai yang dapat membangun kerukunan, meliputi :
a. Kasih ( Ul. 6:5; Im. 19:18 )
b. Toleransi ( Mat. 10:5; Kis 1:8 )
c. Pluralis ( Kol. 3:14, 1 Kor. 12 : 4-5 )
d. Kebebasan Beragama ( Gal. 5:13; 1 Pet 2:16; Rom. 8:18-25 )
e. Peduli terhadap kaum Miskin ( Luk. 6:20; Yes. 1:10-20 )
f. Rendah hati ( Sam. 2:7; Mat. 11:29 )
g. Mengampuni ( Yoh. 20:23; Mat. 16:19 )
h. Murah hati ( Kel. 33:19; Luk. 1:50 )

B. Pandangan Kerukunan Antar Umat Beragama


Pandangan Agama Kristen mengenai kerukunan antar umat beragama
dapat dilihat dari kasih Yesus yang mengasihi sesama dan bahkan
terhadap musuh (Matius 5:44). Pandangan eksklusif mengenai agama
Kristen tidak boleh mempengaruhi umat untuk membedakan perlakuan
kasih antara Kristen dengan agama lainnya dan tidak menganggapnya
sebagai musuh, melainkan melihat mereka sebagai ‘korban’ dan
membutuhkan berkat dan keselamatan yang sama dengan umat Kristen.
Tuhan Yesus mengajari kita untuk mengasihi sesama manusia yang
tertulis pada Markus 12:29-31.

C. Sikap Hubungan Antar Agama


1. Eksklusif : Hanya mengakui agamanya sebagai agama yang paling
benar dan baik
2. Inklusif : dapat memahami dan menghargai agama lain, tetapi tetap
memandang agamanya sebagai satu – satunya jalan menuju
keslamatan.
3. Pluralis : menerima, menghargai, dan memandang agama lain sebagai
agama yang baik dan bena, serta memiliki jalan keslamatan.
BAB VIII
MASYARAKAT

A. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan orang orang yang dibangun atas
unsur kesamaan.
Hendro Puspito dalam nuku sosiologi agama 1983, membagi
atas 5 unsur kesamaan yang dapat menciptakan kesatuan sosiologis :
1. Kesatuan orang orang yang dibangun atas dasar kesamaan
etnis, meliputi persamaan darh, bahasa, daerah, dan nasib
yang sama.
2. Kesatuan yang dibangun atas dasar persamaan ideologi,
contoh liberalis sosialisme, komunisme, marhenisme, dll.
3. Kesatuan yang dibangun oleh penerimaan system politi
yang sama.
4. Kesatuan atas dasar pragmatis, yaitu persamaan profesi,
hoby, bakat, dan keilmuan.
5. Kesatuan yang dibangun atas dasar keimanan.

B. Peran Agama Dalam Bermasyarakat


Peranan Agama di dalam Masyarakat sangat penting, secara
khusus Agama Kristen hadir di tengah-tengah masyarakat, Allah
umengutus masyarakat Kristen untuk berjuang mewujudkan
masyarakat yang cerdas, sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan
kehendak Allah dan Firman Allah. Umat Tuhan atau masyarakat
Kristiani mengacu pada:
“Ninali Kebenaran, Kemerdekaan yang sesungguhnya,
Kerendahan Hati, Ketulusan hati, kasih yang sempurna,
kepeloporan/kesiapan mengambil prakarsa. Dan bersikap proaktif,
menjunjung tinggi kesamaan/harkat dan martabat, Hidup SEJUTA
(setia, jujur dan taat), keadilan, bersikap empati/setiakawan terhadap
keberhasilan orang lain dan kegagalan orang lain.
Sebagai Masyarakat Kristen yang memegang kebenaran harus
mengetahui secara tepat dan benar bahwa kebenaran yang kita miliki
itu berpedoman pada:
 Kebenaran Tuhan itu bersifat abadi dan universal
 Kebenaran akamik adalah kebenaran yang dapat di kaji ulang
sesuai perkembangan zaman dan sesuai penemuan baru..
 Kebenaran consensus adalah kebenaran hasil kesepakatan bersama
atau sesuai keputusan bersama.

Sebagai Masyarakat yang di utus Tuhan untuk menjalankan


Amanat Allah Pencipta kita, Mari kita perhatikan Amanan yang
pertama di Taman Eden, Bahwa sesungguhnya Allah memberikan
AmanatNya kepada manusia ( Adam dan Hawa) supaya:

“BERANAK CUCULAH, BERTAMBAH BANYAKLAH DAN


PENUHILAH BUMI DAN TAKLUKKANLAH ITU DAN
BERKUASALAH ATAS IKAN-IKAN DI LAUT, BURUNG-BURUNG
DI UDARAH,DAN ATAS SEGALA BINATANG DI BUMI.”

Dari amanat ini kita menyadari bahwa Allah mengutus kita semua
umatnya supaya beranak cucu dan Anak Cucu kita itu harus memiliki
kemampuan untuk menaklukkan dunia ini artinya mengatur,
memajukan dunia di mana ia berada serta semua makluk hidup dapat
dikuasa sehingga bukan makluk hidup yang menguasai kita. Jadi
untuk memenuhi Amanat Tuhan ini Miliki kebenaran Tuhan,
Kebenaran Akademik dan Kenaran Konsensus.

 Nilai kekristenan dalam bermasyarakat terpanggil untuk


memelihara serta bertanggung jawab dalam :
1. Pelayanan ( Diakonia ) [ Mat. 20:23-25; Yoh. 15:14-17 ]
2. Pengawasan social ( Luk. 17:5; Fil. 1:9-10 )
3. Persaudaraan ( Kis. 2:42; 2 Kor. 1:7 )

 Dampak positif dan negative dalam pengaruh lingkungan


social :
Dampak positif, meliputi :
1. Saling mengasihi ( Yoh. 13:12 )
2. Memberi hormaat ( Rm. 12:10 )
3. Saling mengampuni ( Ef. 4:32 )
4. Saling mendoakan ( Yak. 3:16 )
5. Tolong – menolong ( Gal. 6:2 )

Dampak negative, meliputi :


1. Kesenjangan social
2. Pacaran bebas
3. Korupsi
4. Membunuh
5. Penggunaan obat terlarang, dll.

 Pandangan Kristen terhadap konflik, meliputi :


1. Berpegang Teguh dalam Firman Tuhan ( Mzm. 119:103 )
2. Teguh dalam iman dan kebenaran ( 1 Kor. 16:13 )
3. Mana yang suci dan tidak ( Im. 10:10 )
4. Mampu membedakan kehendak Allah atau bukan ( Rm.
12:2 )
5. Karunia membedakan bermacam – macam Roh ( 1 Kor.
12:10 )
BAB IX
POLITIK

A. Pengertian Politik
Dalam dunia politik dan hukum, sikap gereja yang perlu dkembangkan
adalah sikap positif, kritis, dan kreatif. Positif artinya memandang dunia
politik sebagai bidang pengabdiandan pelayanan panggilan dari Tuhan serta
karena itu berasal dari pandangan positif ketika kita memberikan kontribusi
sesuai iman Kristen. Kritis artinya tidak ragu-ragu memberI kritik jika
penguasa berbuat kesalahan, menyimpang dari hukum dan prinsip-prinsip
yang berlaku. Kritik yang sesuai dengan etika Kristen adalah kritik yang
konstruktif dan membangun, santun, dan memperdayakan, bukan kritik yang
destruktif dan menjatuhkan, fulgar, dan menarik kesalahan. Kreatif artinya
berusaha memberikan terobosan atau alternatiFe baru di tengahkebuntuan
terhadap politik. Kita harus mampu berkomunikasi terbuka dan dialogis, tidak
alergi terhadap perubahan. Menurut Alkitab, politik adalah suatu upaya dan
proses sadar untuk memahami danmemaknai realitas politik dari Cara
pandang dan pola pikir Alkitab.

B. Sikap Kekristenan Terhadap Politik Sesuai Alkitab


1. kehendak Allah meliputi dan mengambil alih setiap aspek dalam kehidupan
kita. Kehendak Dia-lah yang harus diutamakan di atas segala sesuatu dan
semua orang (Mat 6:33).
2. Rencana dan tujuan Allah itu pasti dan kehendak-Nya tidak bisa diganggu
gugat. Apapun yang Allah rencanakan, Dia akan melaksanakannya. Tidak ada
satupun pemerintahan yang dapat menghalangi kehendak-Nya (Dan 4:34-35).
3. Dialah yang “memecat raja dan mengangkat raja” (Dan 2:21) karena “Yang
Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya” (Dan 4:17).
4. Meskipun orang-orang jahat menyalahgunakan kekuasaan politik mereka,
yang memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal yang jahat, namun Allah
memakainya untuk kebaikan, karena Dia turut bekerja “dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28).
5. Sudah dipastikan bahwa tanggung jawab kita kepada pemerintah adalah untuk
menaati hukum dan menjadi warga negara yang baik (Rom 13:1-2).
6. Allah telah menetapkan semua otoritas. Dia melakukannya untuk kepentingan
kita, “dan menghormati orang-orang yang berbuat baik” (1 Ptr 2:13-15).
Paulus berkata di surat Roma 13:1-8 bahwa merupakan tanggung jawab
pemerintah untuk berkuasa dengan penuh otoritas atas kita semua – semoga
demi kebaikan kita – dengan memungut pajak, dan memelihara
kedamaian. Hal ini mengajarkan tentang manfaat berdoa bagi orang
kristen untuk menjadikan tujuan hidup orang kristen.
7. Mereka berpegang kepada ajaran Paulus untuk menaati otoritas pemerintah,
bahkan menghormati, menghargai dan berdoa untuk mereka (Rom 13:1-8).
8. Harus dapat memahami bahwa sebagai orang yang harus percaya, adanya
harapan mereka harus terletak pada perlindungan yang akan disediakan oleh
Allah sendiri. Tidak melebihi dari batasan-batasan yang diatur dalam terjun di
dunia politik, harus tetap pada ajaranNya demi mencerminkan karakter
Kristen sejati.
9. Sebagai orang Kristen, kita diberikan amanat untuk mengabarkan Injil Kristus
dan berkhotbah untuk menegur dosa di jaman ini. Sebuah budaya hanya bisa
berubah jika hati para individunya telah diubahkan oleh Kristus.

C. Etika Politik
Arena politik merupakan ruang yang sangat memungkinkan bagi
pemberlakuan syalom Kerajaan Allah, tetapi sekaligus juga menjadi wilayah
yang sangat terbuka bagi terjadinya pemberontakan terhadap Allah.
Absolutisme yang merupakan prerogative Allah semata dan tidak terbagi
terhadap siapapun, ternyata dalam sejarah bisa ditarik dan diambil paksa oleh
manusia. Namun, selalu ada konsekuensi dari sikap pemberontakan itu, yang
selalu merugikan pihak manusia, termasuk orang-orang yang saleh.
Etika politik sesungguhnya berbicara pada tataran nilai tentang Negara
dan proses-proses yang manusiawi di dalamnya. Kesadaran tentang
keberdosaan manusia dan kecenderungannya untuk menjadi ilah, membuka
kesadaran perlunya batas-batas etis menyangkut proses dan perilaku politik
dalam suatu negara. Karena itu politik tidak bisa dibiarkan berjalan begitu
saja, hanya sekadar diurus orang-orang tertentu atau diserahkan kepada para
politisi semata.
Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat, terutama kelompok-
kelompok kepentingan, termasuk lembaga keagamaan, merupakan kekuatan
tersendiri untuk mempengaruhi kebijakan publik atau keluarnya suatu
peraturan. Lembaga-lembaga yang ada itu dapat mendengar dan menyalurkan
pelbagai keprihatinan dan aspirasi yang ada di tengah-tengah sekelompok
masyarakat untuk menekan penguasa memberi perhatian atau mengeluarkan
kebijakan pada tuntutan masyarakat tersebut.
Keterlibatan politik secara kritis (critical engagement) dari lembaga-
lembaga atau kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat akan
menjadi sarana dan alat yang sangat efektif untuk mengontrol segala tingkah
pongah penguasa dan dengan itu batas-batas etis kekuasaan yang layak tetap
terjaga. Upaya-upaya melakukan kritik, menekan pemerintah dan melakukan
kontrol, jika dilakukan secara berkesinambungan dan terhormat, jelas akan
membiasakan suatu bangsa atau negara hidup dalam keseimbangan yang
terukur. Juga, pemerintah akan dididik untuk tunduk pada yang seharusnya.
Perubahan-perubahan yang dilakukan penguasa terhadap kebijakannya
yang salah atas desakan masyarakat merupakan pendidikan politik yang
paling baik. Dengan itu akan lahir kebiasaan-kebiasaan yang positif, yang
pada akhirnya akan berujung pada suatu karakter politik yang terbuka dan
mau berubah ke arah yang lebih baik dan maju. Kebiasaan-kebiasaan baik
yang berjalan dalam pemerintahan itu, akan menjadi etika politik suatu
bangsa.
Nilai dalam etika politik, meliputi :
 Kebebasan
 Merdeka
 Tulus hati
 Kerendahan hati
 Jujur
 Kasih
 Kesetaraan
 Keadilan
 Kebangsaan
 Kesetiaan
 Empati

BAB X
HUKUM

A. Pengertian Hukum

Dalam Perjanjian Lama kata Hukum merupakan terjemahan dari


“tora” (bhs Ibrani) yang artinya “taurat” atau “torat”. Alkitab
menyebutkan banyak nama untuk mendeskripsikan Hukum
Kristus,     namun hanya mempunyai 1 perintah yaitu”mengasihi|”. “Sebab
seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Galatia 5:14) Hukum Kristus
adalah satu-satunya hukum yang membawa kita ke dalam
kemerdekaan. Dalam Kitab PL kita mengenal ada 10 hukum taurat Kristus
(Keluaran 20:1-17).

Sedangkan dalam Perjanjian Baru kata Hukum itu sama dengan kata
“nomos” (bhs Yunani) yang diterjemahkan sebagai “pemakaian, kebiasaan
hukum”, pengertian dari kedua perjanjian ini akan mendekati makna yang
sama dalam pengertiannya secara luas, karena Allahlah yang telah
memberikan petunjuk dan nilai menurut FirmanNya dalam Alkitab. 2
Timotius 3:15 “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal
Kitab Suci  yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau
kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus. Perintah Perjanjian
Baru adalah kita harus hidup dalam iman dan kasih. Perintah baru adalah
kasih, dan apapun yang dilakukan diluar kasih adalah dosa. Jadi kita akan
menemukan bahwa perintah Allah dalam Perjanjian Baru adalah bahwa
kita harus berjalan di dalam kasih, karena dengan demikian kita akan
menggenapi hukum Taurat. Orang yang mengasihi tidak mencuri, orang
yang mengasihi tidak melakukan perzinahan. Orang yang mengasihi tidak
berdusta, orang yang mengasihi tidak membunuh. Dia yang mengasihi
telah memenuhi hukum Taurat (Roma 13:8-10).

B. Ciri-ciri Hukum
Hukum memiliki ciri-ciri yang bersifat khusus, yaitu:
1. Hukum adalah aturan perbuatan-perbuatan manusia
Menurut Plato, undang-undang yang tertulis harus dibuat
supaya ada yang memerintah antara warga negara dan untuk
membuat mereka menjadi penduduk yang baik dan saleh,
sehingga dengan cara yang demikian ketertiban akan terjamin.
Kemudian pada abad pertengahan, Thomas Aquino
mengembangkannya lebih jauh bahwa tertib alam masih selalu
dianggap sebagai norma untuk kehidupan manusia, namun
motifnya berubah. Alam tidak lagi dianggap suci atau sacral,
tetapi dipandang sebagai ciptaan Allah. Dengan mematuhi
ketertiban alam, maka orang akan  tunduk kepada kehendak
Allah. Dengan demikian, manusia melakukan kebajikan
keadilan. Kalau manusia melanggar kehendak Allah, maka
akan mendapatkan hukuman karena keadilan Allah.
Kemudian pada abad  XIX, pendapat tersebut dilepas
sebagai konsekwensi dari kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan. Hukum ditentukan oleh sejarah. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa tatanan hukum adalah hukum positif
yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah adalah sumber
hukum. Sistem hukum tidak diberikan kepada kita, melainkan
diserahkan untuk kita kerjakan.

2.  Hukum itu bukan hanya dalam keputusan, melainkan juga


dalam realisasi.
Menurut Prof. Padmo Wahyono, hukum yang berlaku
bagi suatu negara mencerminkan perpaduan antara sikap dan
pendapat pimpinan dalam sebuah pemerintahan Negara, dan
keinginan masyarakat luas mengenai hukum tersebut,
bagaimana cara masyarakat luas memahami dan melaksanakan
prinsip-prinsip negara berdasarkan hukum, tidak dapat di
lepaskan dari tingkat pengetahuannya mengenai hukum atau
pendidikan hukumnya. Hukum akan sungguh-sungguh
merupakan hukum apabila apa yang benar-benar oleh kita
sebagai anggota masyarakat dikehendaki kemudian diterima,
apabila anggota masyarakat dapat betul-betul berfikir seperti
yang telah dirumuskan dalam undang-undang dan terutama
juga hal itu telah benar-benar menjadi sebuah realitas hidup
dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat.

3. Hukum itu mewajibkan


Menurut golongan Neopotisme, hukum itu betul-betul
telah menjadi hukum karena kewajiban instansi yang
kompeten. Hans Kelsen berpendapat bahwa kewajiban yudiris
merupakan sebuah kategori yang lepas dari realitas social.
Hukum positif mengandaikan kemungkinan paksaan, hukum
bertitik tolak dari ide bahwa ada orang-orang yang tidak taat
terhadap perintah yang diberikan kepada mereka secara sah.
Hal itu mengandung makna bahwa hukum itu dilakukan
dengan pertolongan paksaan yaitu paksaan yang diatur dalam
Negara untuk dilakukan dalam kehidupan. Apabila hukum
telah terbentuk sesuai dengan undang-undang dasar, maka
setiap warga Negara berkewajiban untuk menaatinya agar
tercapai kebaikan bersama dan pemerintah adalah menjadi
orang yang paling bertanggungjawab dalam mengawasinya.
Berdasarkan pada uraian-uraian diatas, maka dapat
dikatakan bahwa hukum adalah berkaitan dengan hak dan
kewajiban manusia. Manusia yang hidup menutut hukum
adalah manusia yang menyadari apa yang menjadi hak dan
kewajibannya didalam kehidupannya. Taat akan hukum Allah
adalah merupakan bagian dari adanya kesadaran terhadap
realitas kehidupan, karena hukum bertujuan untuk:
 Melindungi seluruh manusia dari segala macam
kepentingan yang telah dirumuskan dalam bentuk
kaidah dan norma yang berlaku,
 Memajukan kesejahteraan umum. Kersejahteraan
umum akan tercapai apabila hukum telah terlaksana
dengan baik dan benar,
 Mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepatuhan terhadap
hukum akan melahirkan peluang bagi setiap orang
untuk memperoleh kesempatan mencerdaskan
kehidupan.
 Menertibkan kehidupan. Kehidupan tanpa ketertiban
maka kehidupan akan menjadi kacau.

C. Hukum Dalam Pandangan Kristen

Dalam PL (Perjanjian Lama) kata “Hukum” adalah merupakan


terjemahan dari kata”tora” (Bahasa Ibrani) yang kita kenal sebagai
“taurat” atau “torat” yang diterjemahkan dalam kitab mazmur terjemahan
baru dengan “undang-undang” secara harafiahnya, kata tora berarti :
mengajar, menunjukkan. Apabila bangsa Israel berhadapan dengan suatu
putusan yang penting, maka dimintalah “tora” dengan perantaraan seorang
nabi atau iman. Tora dalam hal ini adalah petunjuk-petunjuk Ilahi atau
keputusan Ilahi (1 Samuel 23:29). Dan juga dapat diartikan sebagai
seluruh petunjuk dan keputusan yang diberikan oleh Tuhan kepada
umatNya bangsa Israel. Untuk selanjutnya kata tora dipakai untuk
menyebutkan segenap Pentateukh. Tora dipandang sebagai suatu anugerah
kasih setia Tuhan, sebagai tanda bukti bahwa ia memelihara umatNya.

Dalam arti harafiah, hukum memiliki arti yang sama dengan Wahyu
yang disampaikan Allah kepada bangsa Israel untuk mengatur tingkah
lakunya. Oleh sebab itu ‘hukum’ tidak bisa dipisahkan dengan kehendak
Allah karena hanya Tuhan Allah lah yang memberi nilai yang penuh
melalui Firman-Nya yang ajaib.

D. Tugas dan Peranan Kristen Terhadap Hukum

Orang Kristen mempunyai tugas dan peranan yang harus dilakukan


dalam kehidupan terhadap hukum, antara lain :

1. Menjauhi perbuatan – perbuatan yang melanggar hokum


Sebagai warga Negara yang baik yang telah
diselamatkan oleh Kristus kita harus menjauhi perbuatan yang
melanggar hukum, karena hukum itu juga bersumber dari
Allah dan Allahlah yang telah mengaruniakan pengertian
kepada manusia untuk bisa memahami peraturan itu. Kita
harus mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat, namun kita juga berhak untuk
menyuarakan suara kita jika keputusan atau kebijakan
pemerintah tidak sesuai dan menyimpang. Perbuatan yang
marak terjadi di Negara kita saat ini adalah pembunuhan,
korupsi dan tindakan – tindakan yang tidak terpuji lainnya.
Firman Tuhan berkata “Celakalah orang yang mengambil laba
yang tidak halal untuk keperluan rumahnya” (Habakuk 2:6,9).

2. Harus mampu bertindak kritis


Kita sebagai orang Kristen harus mampu bertindak
kritis dan tidak ikut – ikutan dengan orang lain serta tidak
mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang
jelas – jelas telah bertentangan dengan hukum, malah
sebaliknya marilah kita saling mengingatkan, menguatkan satu
sama lain. Firman Tuhan berkata “ dan dengan lemah lembut
dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin
Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat
dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran ”
(2 Timotius 2:25).
3.  Menabur terus yang baik atau menjadi teladan dalam
mematuhi hokum
Dalam berbuat hendaklah kita bisa menjadi teladan
dalam melaksanakan hukum, tetapi sebelum kita bisa menjadi
teladan, terlebih dahulu kita menjadi pelaku hukum dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Kita juga
harus menghormati pemerintah yang sudah menjadi pilihan
Allah dan menjadi wakil Allah didunia karena mereka adalah
hamba Allah, Roma 13:2 “ Sebab itu barang siapa melawan
pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang
melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya ”.

E. Hubungan Hukum dengan Perintah Allah


Perintah Tuhan dan hukum, keduanya sama - sama harus
ditaati dan dijalankan. Hukum dan perintah Tuhan sama mempunyai
sanksi bagi yang melanggarnya. Perintah Tuhan Allah adalah sesuatu
yang harus dijalankan dan ditaati oleh seluruh umat manusia yang
mempunyai suatu patokan pada Hukum Taurat sehingga manusia tidak
dapat merubah perintah Tuhan Allah.
Hukum yang dibuat oleh suatu negara harus dapat dijalankan
dan ditaati oleh seluruh warganya dimana hukum dapat dibuat oleh
suatu lembaga perundang – undangan dalam negara dan disahkan oleh
suatu pemerintahan dan hukum ini dapat diubah sewaktu – waktu
sesuai dengan kondisi masyarakat dan perubahan yang terjadi pada
setiap zaman dan masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai