“ MAKALAH AGAMA ”
OLEH :
A. Pengertian Agama
Berbicara tentang agama berarti berbicara tentang Allah. Agama
adalah suatu fenomena yang selalu hadir dalam sejarah umat manusia, bahkan
dapat dikatakan bahwa sejak manusia ada, fenomena agama telah hadir. Bisa
didefinisikan Agama adalah usaha manusia untuk mencari Tuhan, sedangkan
orang beragama adalah selama dibumi, hidupnya tidak akan mengalami kacau
balau dan mempunyai arah dengan hidup yang benar sesuai kehendak Tuhan.
Dalam orang beragama memiliki aspek kedewasaan dalam kehidupan
beragama, meliputi :
1. Dewasa jasmani, artinya dewasa dalam aspek fisik ditandai oleh
bertambahnya tinggi badan dan berat badan. , berat badan juga
otot-otot. Contohnya:
a) Menerima hal-hal tidak bisa diubah dari ciri-ciri fisik yang
ada sejak lahir,
b) Dapat memilih makanan yang memenuhi persyaratan gizi.
c) Memiliki keseimbangan antara bekerja dan istirahat.
2. Dewasa social, artinya individu yang sudah dianggap memiliki
kemapanan dalam berinteraksi sosial dan juga bermasyrakat.
3. Dewasa intelektual, artinya menggunakan akal budi untuk
melakukan penilaian tentang benar tidaknya sesuatu sehingga
terjadi pertimbangan yang matang dalam menghadapi masalah
atau mengambil keputusan. Contohnya:
a) Pola pikir positif, artinya segala inisiatif yang timbul dan
pikiran diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu secara
baik demi suatu kemajuan.
b) Pola pikir positif, artinya tentu kita pernah mendengar
ungkapan positive thinking. Ungkapan tersebut sering
digunakan untuk merujuk pada suatu pemikiran yang selalu
mencari sisi baiknya dalam segala hal. Lawannya adalah
negative thinking, yaitu pola pikir yang selalu melihat
sesuatu dan sisi buruknya.
c) Pola pikir kritis, artinya upaya pendalaman kesadaran serta
kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang
sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah
kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah
tersebut.
d) Pola pikir komprehensif, artinya pola pikir yang terbuka,
tidak eksklusif (tertutup). Di dalamnya ada sikap
menghargai pemikiran orang lain dan mampu
menampungkepelbagaian.
C. Unsur agama
Agama mempunyai unsur, yaitu:
1. Penyembahan
2. Pemisahan yang suci dan magis
3. Kepercayaan akan roh
4. Kepercayaan akan tuhan dan Tuhan
5. Keselamatan
6. Dokma dan ajaran
7. Tempat beribadah
8. Imam
9. Kitab suci
a) Kasih (love)
Kasih adalah buah roh yang pertama dan menjadi hukum utama di
Alkitab (1 Korintus 13:13, Matius 22:37-39). Alkitab menganjurkan
kita untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi
serta mengasihi orang lain seperti diri sendiri. Mengasihi seseorang
berarti mengutamakan orang tersebut.
b) Sukacita (joy)
Sukacita adalah tetap bergembira walaupun situasi tidak
memungkinkan (Habakuk 3:17-19). Kata sukacita dalam bahasa
aslinya adalah chara yang berarti sukacita yang berasal dari dalam,
bukan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Sukacita inilah yang harus
menjadi pegangan bagi kita dalam menjalani hari.
d) Kesabaran (patience)
Dunia modern adalah dunia yang serba cepat. Namun, Firman Tuhan
menyuruh kita untuk memiliki kesabaran. Sabar bukan berarti lamban,
kompromi, apalagi menyerah, namun tenang, tidak tergesa-gesa dan
tahan menghadapi segala sesuatu.
e) Kemurahan (kindness)
Salah satu penyakit dari masyarakat modern adalah cuek. Fenomena
yang paling terlihat adalah saat kita naik kendaraan umum.
Kebanyakan orang akan cuek jika melihat ibu hamil, orang tua,
ataupun orang cacat yang tidak kebagian tempat duduk. Bagaimana
jika kita melihat hal tersebut? Disinilah Tuhan mengajarkan kita
sebagai orang Kristen untuk bermurah hati dengan tidak membeda-
bedakan dan juga tidak menunda kebaikan itu.
f) Kebaikan (goodness)
“Aku akan baik pada dia kalau dia baik padaku”. Kebaikan dengan
pamrih juga menjadi salah satu penyakit masyarakat modern saat ini.
Bahkan, salah satu kebiasaan buruk umat Kristen adalah hanya berbuat
baik pada orang-orang seagama saja. Namun, bukan seperti itu
kebaikan yang Tuhan ajarkan. Tuhan mengajarkan kebaikan tanpa
pamrih yang dapat membuat orang lain merasakan kasih Allah.
g) Kesetiaan (faithfulness)
Amsal 20:6 Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang
setia, siapakah menemukannya? Begitu langkanya orang yang setia
sehingga Alkitab mencatat hal ini, tidak terkecuali juga di dunia
modern. Perceraian, perselingkuhan, dan pengkhianatan sudah sangat
sering kita dengar pemberitaannya melalui media. Disinilah kita
sebagai orang Kristen harus menunjukkan perbedaan tersebut karena
nilai kristiani ada dalam diri kita. Tunjukkan dengan teladan untuk
tidak bercerai dan berzinah, bahkan ketahui juga apa itu poligami
menurut Alkitab.
h) Kelemahlembutan (gentleness)
Lemah lembut adalah sikap dan perkataan yang membawa kesejukan
dan kedamaian dalam hati orang lain. Saat kita belajar untuk memiliki
kelemahlembutan, maka kita sedang belajar menjadi seseorang yang
kuat.
A. Pengertian Tuhan
1. Allah Bapa
2. Allah Putera
3. Allah Roh Kudus
C. Pernyataan Tuhan
A. Pengertian Ekklesia
” Orang – orang yang di panggil dari gelap masuk kepada terang untuk
mendapatkan berkat “
B. Sejarah Gereja
PERMULAAN GEREJA
Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari
kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum
ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam
konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan
orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.
1. Gereja Di Palestina
Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain
membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7).
Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya
(ps. 8).
C. Tritugas Gereja
Gereja adalah suatu persekutuan umat Kristen yang memiliki fungsi
utama untuk bersaksi tentang Yesus Kristus di dunia. Gereja diambil dari
kata ekklesia yang artinya “dipanggil keluar” untuk memberitakan Firman
Tuhan. Dalam tugasnya, gereja memiliki 3 panggilan di dunia untuk
dipenuhi dan dipertanggungjawabkan kepada Allah, antara lain:
Koinonia (bersekutu); merupakan tugas pertama gereja
sebagai tempat persekutuan umat Tuhan dengan sikap saling
berbagi dan mengasihi satu sama lain.
Marturia (bersaksi); merupaka tugas selanjutnya utuk mejadi
saksi karya penyelamatan Allah terhadap manusia berdosa
supaya kabar baik dapat disampaikan kepada semua orang.
Diakonia (melayani); merupakan tugas gereja untuk melayani
siapapun yang ingin dating kepada Allah. Gereja harus
memberikan teladan untuk melayani, karena Yesus
sebelumnya sudah melayani kita terlebih dahulu.
BAB IV
MANUSIA
A. Ciptaan Tuhan
Tiada yang lebih baik dari makhluk hidup lan selain manusia. Allah
menciptakan manusia segambar dengan Allah. Manusia sebagai martabat citra
Allah berdasarkan kitab Kejadian 1:26-28 dan Kejadian 2:7-8 tampak bahwa
manusia diciptakan oleh Allah pada hari ke-6 dengan bersabda dan bertindak
dalam penciptaannya manusia diciptakan setelah semua yang ada didalam
semesta diciptakan.
B. Hakekat Manusia
BAB V
ETIKA DAN MORAL KRISTEN
A. Pengertian Etika
Untuk memahami pengertian etika, perlu diketahui akar kata dari etika itu
sendiri. Verkuyl menyatakan bahwa kata etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos, yang artinya kebiasaan, adat. Kata etos dan ethikos lebih berarti
kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati seseorang melaksanakan
sesuatu perbuatan. Istilah etika pertama kali dalam sejarah yang tertulis
diperkenalkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles melalui karyanya yang
berjudul Etika Nicomachiea. Buku tersebut berisikan tentang ukuran - ukuran
perbuatan.
Etika bukanlah ilmu pengetahuan alam. Karena itu juga Etika bukanlah
ilmu yang pengetahuan yang bersifat deskriptif, yang hanya menerangkan dan
menguraikan tindakan dan kelakuan manusia, seperti halnya dengan ilmu
bangsa-bangsa( antropologi kultural), yang menguraikan dan membahas adat-
istiadat dan keadaan bangsa-bangsa.
Kata ethos yang menjadi etika berarti kebiasaan, baik kebiasaaan individu
maupun kebiasaan masyarakat. Etika tidak hanya berurusan dengan dengan
segi lahiriah seperti kelakuan dan tindakan, tetapi juga berurusan dengan segi
batiniah seperti sikap, motif, karakter atau tabiat.
B. Pengertian moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores, yang merupakan kata jamak
dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia,
moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-
ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana
yang wajar. Abineno (1996) menuliskan bahwa istilah atau kata mos
mempunyai arti yang kira-kira sama dengan Yunani “etos”, yaitu kebiasaan
adat istiadat.
Kata atau istilah ini lebih banyak digunakan oleh Gereja katolik Roma,
kalau dibandingkan dengan Gereja-gereja Protestan. Dalam gereja Katolik
Roma teolog yang menghususkan diri di bidang moral disebut teolog moral.
Dalam gereja-gereja protestan teolog demikian disebut tetikius, maksudnya:
teolog dibidang etika. Kalau kita membaca karya para teolog katolik Roma
kita mendapat kesan, bahwa pada waktu-waktu yang akhir ini istilah atau
pengertian ‘teolog moral” makin lama makin kurang digunakan, diganti
dengan istilah atau pengertian etikus”.
1. Perasaan wajib
2. Rasional
3. Kebebasan
C. Macam – macam Etika Dalam Kristen
Etika dalam Kristen dikelompokkan menjadi 7 jenis, antara lain:
1. Etika Filosofis
Kata filosofis berasal dari Bahasa Yunani “philos” yang
berarti cinta. Etika filosofis adalah pengelompokan perbuatan-
perbuatan yang menyangkut moralitas yang dipandang dari sudut
filsafat. Hubungan antara etika, moral, dan kemanusiaan akan
dianalisa secara mendalam melalui sebuah rasio perbuatan menurut
hukum Kristiani.
2. Etika Teologis
Kata teologis berasal dari “teologi” yang berarti agama. Jadi, etika
teologis merupakan suatu etika yang dibahas sesuai dengan ajaran
dalam Kristen. Etika ini akan terwujud ketika seseorang
mengetahui tujuan hidup orang Kristen. Tanpa adanya ajaran tersebut,
etika teologis tidak pernah terwujud. Etika teologis ini akan
memandang perbuatan sebagai suatu tindakan yang berhubungan
dengan:
Perbuatan yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
perintah Tuhan
3. Etika Sosiologis
Etika yang satu ini lebih fokus pada keselamatan dan
kesejahteraan hidup manusia. Secara luas, etika sosiologis ini akan
membahas hubungan seseorang dengan masyarakat dalam
menjalankan hidupnya.
4. Etika Deskriptif
Berfokus pada penilaian terhadap sikap manusia dalam
mencapai apa yang diinginkannya dalam hidup. Pada etika ini, pola
perilaku manusia akan kelihatan saat orang tersebut berusaha
menggapai keinginan namun situasi di sekitar tidak mendukung.
Secara singkat, etika ini berkaitan dengan penghayatan
serta pandangan Iman Kristen terhadap gaya hidup modern.
5. Etika Normatif
Merupakan usaha untuk menetapkan hasil yang ideal antara pola
dengan perilaku umat Kristiani dalam bertindak di dalam kehidupan
bermasyarakat. Etika ini berupa himbauan yang nantinya akan
mengikat tata kehidupan umat Kristiani. Etika normatif ini dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
Etika khusus: mengatur kehidupan umat Kristiani secara
khusus, hanya pada bidang-bidang tertentu saja
Etika umum: mengatur kehidupan yang bersifat universal tanpa
membedakan suku, budaya, kelas sosial, dan situasi pada
kelompok tertentu
6. Etika Deontologis
Merupakan etika yang berlaku secra mutlak di dalam
kehidupan. Etika ini harus dijalankan, tanpa memperhatikan kondisi
dan situasi yang terjadi. Dampak dari etika ini tidak memperhitungkan
keuntungan, namun lebih kepada terciptanya perbuatan baik dalam
kehidupan masyarakat.
7. Etika Teleologis
Etika teleologis ini menjadi tolak ukur tentang baik buruknya
suatu perbuatan. Agar perbuatan baik dapat terwujud, seseorang perlu
mempertimbangkan suatu tindakan sebelum melakukannya. Dalam
etika ini, perbuatan yang memiliki tujuan yang baik akan selalu dinilai
baik.
Adapun hubungan iman dan moralitas dengan melihat
kelakuan seseorang dipengaruhi iman orang tersebut. Untuk
memahami pengaruh iman terhadap kelakuan orang. Terdapat 4 unsur
iman, sebagai berikut :
1. Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang
dianggap penting
2. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah
3. Iman sebagai pengkutsertaan dalam pekerjaan Allah
4. Iman sebagai pendirian tentang apa yang benar dan salah.
BAB IV
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN BUDAYA
BAB VII
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
A. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan orang orang yang dibangun atas
unsur kesamaan.
Hendro Puspito dalam nuku sosiologi agama 1983, membagi
atas 5 unsur kesamaan yang dapat menciptakan kesatuan sosiologis :
1. Kesatuan orang orang yang dibangun atas dasar kesamaan
etnis, meliputi persamaan darh, bahasa, daerah, dan nasib
yang sama.
2. Kesatuan yang dibangun atas dasar persamaan ideologi,
contoh liberalis sosialisme, komunisme, marhenisme, dll.
3. Kesatuan yang dibangun oleh penerimaan system politi
yang sama.
4. Kesatuan atas dasar pragmatis, yaitu persamaan profesi,
hoby, bakat, dan keilmuan.
5. Kesatuan yang dibangun atas dasar keimanan.
Dari amanat ini kita menyadari bahwa Allah mengutus kita semua
umatnya supaya beranak cucu dan Anak Cucu kita itu harus memiliki
kemampuan untuk menaklukkan dunia ini artinya mengatur,
memajukan dunia di mana ia berada serta semua makluk hidup dapat
dikuasa sehingga bukan makluk hidup yang menguasai kita. Jadi
untuk memenuhi Amanat Tuhan ini Miliki kebenaran Tuhan,
Kebenaran Akademik dan Kenaran Konsensus.
A. Pengertian Politik
Dalam dunia politik dan hukum, sikap gereja yang perlu dkembangkan
adalah sikap positif, kritis, dan kreatif. Positif artinya memandang dunia
politik sebagai bidang pengabdiandan pelayanan panggilan dari Tuhan serta
karena itu berasal dari pandangan positif ketika kita memberikan kontribusi
sesuai iman Kristen. Kritis artinya tidak ragu-ragu memberI kritik jika
penguasa berbuat kesalahan, menyimpang dari hukum dan prinsip-prinsip
yang berlaku. Kritik yang sesuai dengan etika Kristen adalah kritik yang
konstruktif dan membangun, santun, dan memperdayakan, bukan kritik yang
destruktif dan menjatuhkan, fulgar, dan menarik kesalahan. Kreatif artinya
berusaha memberikan terobosan atau alternatiFe baru di tengahkebuntuan
terhadap politik. Kita harus mampu berkomunikasi terbuka dan dialogis, tidak
alergi terhadap perubahan. Menurut Alkitab, politik adalah suatu upaya dan
proses sadar untuk memahami danmemaknai realitas politik dari Cara
pandang dan pola pikir Alkitab.
C. Etika Politik
Arena politik merupakan ruang yang sangat memungkinkan bagi
pemberlakuan syalom Kerajaan Allah, tetapi sekaligus juga menjadi wilayah
yang sangat terbuka bagi terjadinya pemberontakan terhadap Allah.
Absolutisme yang merupakan prerogative Allah semata dan tidak terbagi
terhadap siapapun, ternyata dalam sejarah bisa ditarik dan diambil paksa oleh
manusia. Namun, selalu ada konsekuensi dari sikap pemberontakan itu, yang
selalu merugikan pihak manusia, termasuk orang-orang yang saleh.
Etika politik sesungguhnya berbicara pada tataran nilai tentang Negara
dan proses-proses yang manusiawi di dalamnya. Kesadaran tentang
keberdosaan manusia dan kecenderungannya untuk menjadi ilah, membuka
kesadaran perlunya batas-batas etis menyangkut proses dan perilaku politik
dalam suatu negara. Karena itu politik tidak bisa dibiarkan berjalan begitu
saja, hanya sekadar diurus orang-orang tertentu atau diserahkan kepada para
politisi semata.
Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat, terutama kelompok-
kelompok kepentingan, termasuk lembaga keagamaan, merupakan kekuatan
tersendiri untuk mempengaruhi kebijakan publik atau keluarnya suatu
peraturan. Lembaga-lembaga yang ada itu dapat mendengar dan menyalurkan
pelbagai keprihatinan dan aspirasi yang ada di tengah-tengah sekelompok
masyarakat untuk menekan penguasa memberi perhatian atau mengeluarkan
kebijakan pada tuntutan masyarakat tersebut.
Keterlibatan politik secara kritis (critical engagement) dari lembaga-
lembaga atau kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat akan
menjadi sarana dan alat yang sangat efektif untuk mengontrol segala tingkah
pongah penguasa dan dengan itu batas-batas etis kekuasaan yang layak tetap
terjaga. Upaya-upaya melakukan kritik, menekan pemerintah dan melakukan
kontrol, jika dilakukan secara berkesinambungan dan terhormat, jelas akan
membiasakan suatu bangsa atau negara hidup dalam keseimbangan yang
terukur. Juga, pemerintah akan dididik untuk tunduk pada yang seharusnya.
Perubahan-perubahan yang dilakukan penguasa terhadap kebijakannya
yang salah atas desakan masyarakat merupakan pendidikan politik yang
paling baik. Dengan itu akan lahir kebiasaan-kebiasaan yang positif, yang
pada akhirnya akan berujung pada suatu karakter politik yang terbuka dan
mau berubah ke arah yang lebih baik dan maju. Kebiasaan-kebiasaan baik
yang berjalan dalam pemerintahan itu, akan menjadi etika politik suatu
bangsa.
Nilai dalam etika politik, meliputi :
Kebebasan
Merdeka
Tulus hati
Kerendahan hati
Jujur
Kasih
Kesetaraan
Keadilan
Kebangsaan
Kesetiaan
Empati
BAB X
HUKUM
A. Pengertian Hukum
Sedangkan dalam Perjanjian Baru kata Hukum itu sama dengan kata
“nomos” (bhs Yunani) yang diterjemahkan sebagai “pemakaian, kebiasaan
hukum”, pengertian dari kedua perjanjian ini akan mendekati makna yang
sama dalam pengertiannya secara luas, karena Allahlah yang telah
memberikan petunjuk dan nilai menurut FirmanNya dalam Alkitab. 2
Timotius 3:15 “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal
Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau
kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus. Perintah Perjanjian
Baru adalah kita harus hidup dalam iman dan kasih. Perintah baru adalah
kasih, dan apapun yang dilakukan diluar kasih adalah dosa. Jadi kita akan
menemukan bahwa perintah Allah dalam Perjanjian Baru adalah bahwa
kita harus berjalan di dalam kasih, karena dengan demikian kita akan
menggenapi hukum Taurat. Orang yang mengasihi tidak mencuri, orang
yang mengasihi tidak melakukan perzinahan. Orang yang mengasihi tidak
berdusta, orang yang mengasihi tidak membunuh. Dia yang mengasihi
telah memenuhi hukum Taurat (Roma 13:8-10).
B. Ciri-ciri Hukum
Hukum memiliki ciri-ciri yang bersifat khusus, yaitu:
1. Hukum adalah aturan perbuatan-perbuatan manusia
Menurut Plato, undang-undang yang tertulis harus dibuat
supaya ada yang memerintah antara warga negara dan untuk
membuat mereka menjadi penduduk yang baik dan saleh,
sehingga dengan cara yang demikian ketertiban akan terjamin.
Kemudian pada abad pertengahan, Thomas Aquino
mengembangkannya lebih jauh bahwa tertib alam masih selalu
dianggap sebagai norma untuk kehidupan manusia, namun
motifnya berubah. Alam tidak lagi dianggap suci atau sacral,
tetapi dipandang sebagai ciptaan Allah. Dengan mematuhi
ketertiban alam, maka orang akan tunduk kepada kehendak
Allah. Dengan demikian, manusia melakukan kebajikan
keadilan. Kalau manusia melanggar kehendak Allah, maka
akan mendapatkan hukuman karena keadilan Allah.
Kemudian pada abad XIX, pendapat tersebut dilepas
sebagai konsekwensi dari kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan. Hukum ditentukan oleh sejarah. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa tatanan hukum adalah hukum positif
yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah adalah sumber
hukum. Sistem hukum tidak diberikan kepada kita, melainkan
diserahkan untuk kita kerjakan.
Dalam arti harafiah, hukum memiliki arti yang sama dengan Wahyu
yang disampaikan Allah kepada bangsa Israel untuk mengatur tingkah
lakunya. Oleh sebab itu ‘hukum’ tidak bisa dipisahkan dengan kehendak
Allah karena hanya Tuhan Allah lah yang memberi nilai yang penuh
melalui Firman-Nya yang ajaib.