Anda di halaman 1dari 11

BAB 1.

KONSEP TEORI

Pengertian

Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsihati. Hati adalah salah
satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian teratas dalam rongga abdomen
disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-igaHati menerima
25% dari seluruh cairan yang beredar pada sirkulasi tubuh manusia. Hati merupakan organ
parenkim yang sering menjadi sasaran akibat penyakit sistemik. Hati menjadi organ metabolik
komplek dengan fungsi sintesis dan detoksifikasi. Letak dan ukuran hati dalam sistem sirkulasi,
menjadikannya organ yang sering terlibat pada penyakit sistemik, gangguan sirkulasi, dan
inflamasi ((((Daulay dkk., 2017).
Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan hati yang umumnya disebabkan oleh virus,
yang dewasa ini banyak diderita baik orang dewasa mau pun anak-anak (((((((((Handarko dan
Alamsyah, 2015). Hepatitis merupakan peradangan hepar yang disebabkan oleh banyak hal
namun yang terpenting diantaranya adalah karena infeksi virus yang sampai saat ini telah
diidentifikasi 5 tipe virus hepatitis yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A, B dan C
adalah yang paling banyak ditemukan. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut
(hepatitis A), kronik (hepatitis B dan C) ataupun kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan
C) ((((Kemenkes RI, 2015; Lestari, 2015).

Klasfikasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 jenis
Hepatitis Virus terdiri dari ((((Kemenkes RI, 2015) :

Hepatitis A, disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA)

Virus Hepatitis A (VHA) merupakan serotipe tunggal diseluruh dunia yang sering
menimbulkan infeksi akut dan tidak menyebabkan infeksi kronis serta antibodi yang
terbentuk menghasilkan imunitas atau kekebalan jangka panjang terhadap kemungkinan
infeksi VHA dimasa yang akan datang. Merupakan anenteric non enveloped RNA
picornavirus dengan ukuran RNA 2-7nm dari genus picorna viridae hepatovirus yang dapat
dinonaktifkan dengan cahaya ultraviolet atau pemanasan. Penyebaran virus ini melalui feco
to oral yaitu melalui makanan dan minuman yangterkontaminasi dengan feses penderita
hepatitis A. Beberapa jalur penularan VHA diantaranya melalui air yang terkontamiasi,
makanan yang terkontamiasi oleh tangan yang mengandung virus, ikan yang tidak dimasak
dari air yang telah terkontaminasi, buah-buahan dan sayuran yang dicuci dengan air yang
terkontaminasi, penggunaan obat-obatan injeksi dan non injeksi, aktifitas seksual baik anal
maupun oral. masa inkubasi hepatitis A akut bervariasi antara 14 hari sampai 49 hari, dengan
rata-rata 30 hari ((((Lestari, 2015).

Hepatitis B, disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB

Virus Hepatitis B (VHB) merupakan double stranded DNA a42nm dari klass
Hepadnaviridae. Masa Inkubasi infeksi hepatitis B adalah 45-180 hari (rata-rata 60-90 hari).
Onset penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang tergantung usia penderita.
Sebagian infeksi akut VHB pada orang dewasa menghasilkan penyembuhan yang sempurna
dengan pengeluaran HBsAg dari darah dan produksi anti HBs yang dapat memberikan
imunitas untuk infeksi berikutnya. Secara umum penularan VHB melalui antara lain kontak
seksual yang tidak aman baik pervaginal ataupun anal dengan penderita dengan HbsAg
positif, melalui oral seks dengan penderita HbsAg positif yaitu melalui saliva yang sama
infeksiusnya dengan cairan alat genital, kontak darah dengan penderita HbsAg positif seperti;
jarum suntik, tranfusi darah, transmisi Ibu-anak baik selama kehamilan, saat persalinan
maupun waktu menyusui. Transmisi dapat diturunkan dengan memberikan vaksinasi, dimana
bayi yang dilahirkan dari ibu yang infeksius diberikan imunoglobulin dalam 24 jam pertama
sebelum disusui. Hanya bayi yang dapat vaksinasi yang boleh disusui oleh ibu yang
infeksius.

Hepatitis C, disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC) adalah penyakit infeksi yang bisa tak
terdeteksi pada seseorang selama puluhan tahun dan perlahan-lahan tapi pasti merusak organ
hati. Cara penularan terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya
15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien
hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi. Biasanya orang-
orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit
ini, karena memang tidak ada gejala- gejala khusus. Beberapa orang berpikir bahwa mereka
hanya terserang flu. Pencegahan hepatitis C dengan menghindari faktor resiko karena sampai
saat ini belum tersedianya vaksin untuk hepatitis C.
Hepatitis D, disebabkan oleh Virus Hepatitis D (VHD)

Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian melalui
hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari
yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita hemovilia
dan resipien konsentrat faktor pembekuan. Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis
B. Karena memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya
penderita hepatitis B yang beresiko terkena hepatitis D. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B
kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi
hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati. Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut
dengan gejala baru atau berulang dan sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai
carrier hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang akan terlindungi jika telah
diberikan imunisasi hepatitis B.

Hepatitis E, disebabkan oleh Virus Hepatitis E (VHE)

Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum
terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu,
sampai icterus. Penularan melalui fecal oral seperti hepatitis A. Pengobatannya belum ada
pengobatan antivirus. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama
kebersihan makanan dan minuman. Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.

Berdasarakan cara penularannya, Hepatitis virus dibagi menjadi :

Hepatitis Virus yang penularannya melalui fecal oral untuk Hepatitis A dan Hepatitis E;

Hepatitis Virus yang penularannya melalui parenteral untuk Hepatitis B, Hepatitis C, dan
Hepatitis D
Etiologi

Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan hati yang dapat
disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi parasit, protozoa, bakteri dan virus), gangguan
metabolisme, obat-obatan, alkohol yang menyebabkan kerusakan pada sel hati manusia
((((Betharina dkk., 2017).
Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

Infeksi virus.
Type A Type B Type C Type D Type E

Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-


transmisi melalui seksual, jarang perinatal, oral
orang lain perinatal seksual, memerlukan
orang ke koinfeksi
orang, dengan type B
perinatal

Keparah-an Tak Parah Menyebar Peningkatan Sama


ikterik luas, dapat insiden kronis dengan D
dan berkem-bang dan gagal hepar
asimto- sampai kronis akut
matik

Sumber Darah, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah,


virus feces, semen, melalui darah feces,
saliva sekresi saliva
vagina

Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darahdan terbawa sampai ke
hati. Di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel
hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). Akibat kerusakan ini makaterjadi
penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga
timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). Salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir
toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka
hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai
penetral racun.
Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat menghasilkan H2O2
yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2
juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini
biasanya terjadi pada alkoholik. Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas
sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba atau palpasi hati.
Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik (pewarnaan kuning yang tampak pada sklera
dan kulit yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin) mulai nampak
Albumin merupakan salah satu protein yang dihasilkan oleh hati. Kerusakan pada sel-sel
hati yang berkepanjangan dapat menyebabkan terganggunya fungsi hati dalam mensintesis
protein penting salah satunya adalah albumin. Jika gangguan fungsi sintesis berlangsung lama,
maka kadar protein plasma akan menurun, hal ini ditunjukkan dengan terjadinya penurunan
albumin serum. Terdapat beberapa fungsi dari albumin bagi tubuh yaitu untuk mempertahankan
tekanan onkotik plasma, membantu metabolisme dan transportasi senyawa dalam tubuh terutama
substansi lipofilik, anti inflamasi, keseimbangan asam basa, dan mempertahankan integritas
mikrovaskular. Pada penurunan albumin yang signifikan dapat terjadi perubahan bagi tubuh
salah satunya penimbunan cairan di jaringan intertisial akibat dari penurunan fungsi albumin
dalam mempertahankan tekanan onkotik plasma yang dapat dilihat sebagai edema jaringan
hingga asites.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupunjumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati, selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tanda dan Gejala

Hepatitis A

Masa Tunas. Lamanya viremia (masa dimana virus berada di dalam aliran darah) pada hepatitis
A 2-4 Minggu.

Fase pra-ikterik/prodromal. Keluhan umumnya tidak spesifik, dapat berlangsung 2-7 hari,
gambaran sangat bervariasi secara individual seperti ikterik, urin berwarna gelap, lelah/lemas,
hilang nafsu makan, nyeri & rasa tidak enak di perut, tinja berwarna pucat, mual dan muntah,
demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada sendi, pegal-pegal pada otot, diare
dan rasa tidak enak di tenggorokan. Dengan keluhan yang beraneka ragam ini sering
menimbulkan kekeliruan pada waktu mendiagnosis, sering diduga sebagai penderita influenza,
gastritis maupun arthritis.

Fase Ikterik. Fase ini pada awalnya disadari oleh penderita, biasanya setelah demam turun
penderita menyadari bahwa urinnya berwarna kuning pekat seperti air teh ataupun tanpa disadari,
tinja berwarna pucat, orang lain yang melihat sclera mata dan kulitnya berwarna kekuning-
kuningan. Pada fase ini kuningnya akan meningkat, menetap, kemudian menurun secara
perlahan-lahan, hal ini bisa berlangsung sekitar 10-14 hari. Pada stadium ini gejala klinis sudah
mulai berkurang dan pasien merasa lebih baik. Pada usia lebih tua dapat terjadi gejala kolestasis
dengan kuning yang nyata dan bisa berlangsung lama dan

Fase penyembuhan. Fase penyembuhan dimulai dengan menghilangkan sisa gejala tersebut
diatas, ikterus mulai menghilang, penderita merasa segar kembali walau mungkin masih terasa
cepat capai
Umumnya, masa penyembuhan sempurna secara klinis dan biokimia memerlukan waktu
sekitar 6 bulan.
Hepatitis B
Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B sangat bervariasi. Namun pada stadium
prodromal sering ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual
kadang disertai dengan muntah, lemah, lesu, pusing, sakit perut terutama disekeliling atau
disekitar hati, urine berwarna gelap, kulit dan mata berwarna kuning (jaundice), nyeri sendi
dan otot, kadang- kadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu, gatal-
gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam, adapaun deman
akan semubuh dalam waktu 2 minggu.

Hepatitis C

Gejala yang biasa dirasakan antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut
atau hilangnya selera makan.

Hepatitis D

Fase ikterik (1-7 minggu) kelemahan, mual disertai BAB dgn warna pucat, urine berwarna
gelap, ikterik (+), serum Bilirubin mengalami peningkatan

Hepaitis E

Fase Prodromal (Pre Ikterik). Timbul 1 minggu sebelum ikterus. Manifestasi klinis: malaise,
anoreksia, sakit kepala, demam, athralgia, arthritis, ruam kulit, dyscomfort perut kanan atas,
lemah

Fase Ikterik: Berlangsung 2-4 minggu. Manifestasi klinis: jaundice / ikterik, demam, pruritus,
nafsu makan masih menurun, dark color urine, clay color stool, hepatomegali (kadang),
splenomegali

Fase Penyembuhan: Pada kasus yang tidak mengalami komplikasi dimulai 1-2 minggu setelah
fase ikterus Berlangsung selama 2-6 minggu. Manifestasi klinis: Keluhan mudah lelah, True
feces color, Ikterus berkurang, Splenomegali mengecil, hepatomegali normal dalam beberapa
minggu kemudian

Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


Untuk mendeteksi adanya hepatitis dapat dilakukan serangkaian pemeriksaan berupa tes
biokimia hati, tes serologi dan pencitraan ((((Betharina dkk., 2017).
Pada pemeriksaan tes biokimia hati yang sering dipakai adalah alanin amino transferase (ALT)
yang dulu disebut serum glutamine piruvat transaminase (SGPT) dan aspartat amino
transferase (AST) yang dulu bernama serum glutamine oxaloasetat transaminase (SGOT),
glutamil transpeptidase, bilirubin dan juga protein (albumin, globulin, dan fibrinogen). Enzim
gama glutamil transpeptidase (gama-GT) dan alkali fosfatase dapat digunakan sebagai penanda
obstruksi pada canaliculi jaringan hati. Jika ada obstruksi maka kadarnya akan meningkat Protein
serum termasuk dalam panel tes diagnostik penyakit hati. Tujuan tes protein serum adalah untuk
melihat defisiensi protein penyakit hati. Fungsi protein plasma diantaranya mempertahankan
tekanan osmotik plasma. Pemeriksaan Bilirubin serum menyatakan hasil di atas 2,5 mg/100 ml
(bila diatas 200 mg/ml prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
Pemeriksaan tes serologi yang sering dilakukan pada penderita hepatitis adalah pemeriksaan
HBsAg dan anti HCV. Pemeriksaan HBsAg sendiri sebagai penegak diagnosis hepatitis B yang
sangat sensitif untuk menyatakan adanya antigen hepatitis B. Pendekatan paling baik untuk
mendiagnosa hepatitis C sendiri adalah tes anti HCV.
Pemeriksaan ultrasonography (USG) juga dapat dilakukan. Pada pemeriksaan USG belum
dapat terlihat perubahan ekostruktur hepar dalam tingkat rendah karena kerusakan hepatosit
ataupun peradangan belum dapat terlihat dari pemeriksaan USG, perubahan tersebut akan terlihat
apabila proses peradangan berlanjut dan menimbulkan kerusakan. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut, untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan serologi dan ultrasonografi memiliki keuntungan dan juga kekurangan masing
masing dalam mendeteksi kelainan hati.Hepatitis kronis dapat menyebabkan sirosis hati yang
merupakan tingkat terakhir dari banyaknya penyakit hepatitis, sehingga menentukan perbedaan
antara penyakit hati kronis dan sirosis sangatlah penting.
Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada kasus Hepatitis antara lain ((((Kemenkes RI, 2015) :

Hepatitis A
Penanganan Hepatitis A pada penderita, adalah :
pengobatan, tidak spesifik, utamanya meningkatkan daya tahan tubuh (istirahat dan makan
makanan yang hygienis dan bergizi), rawat inap hanya diperlukan bila penderita tidak dapat
makan dan minum serta dehidrasi berat;
Isolasi tidak diperlukan;
Selain dilakukan pengobatan terhadap kasus Hepatitis A, perlu didukung penanganan
terhadap perilaku dan lingkungan, seperti:
disinfeksi serentak terhadap bekas cairan tubuh dari penderita;
imunisasi pasif pada orang yang terpajan cairan tubuh penderita;
Hepatitis B
Penanganan pada Ibu hamil
bila hasil pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi reaktif, maka pasien dirujuk ke rumah
sakit yang telah mampu melakukan tatalaksana Hepatitis B dan C terdekat.
penanganan selanjutnya sesuai SOP rumah sakit rujukan
pembiayaan secara mandiri, atau menggunakan BPJS atau asuransi lainnya.
hasil pemeriksaan, penanganan dan rekomendasi tim ahli di rumah sakit rujukan dikirim ke
puskesmas yang merujuk untuk umpan balik (feedback).
bila hasil deteksi dini hepatitis B di puskesmas nonreaktif, maka ibu hamil tersebut dianjurkan
pemeriksaan anti-HBs untuk mengetahui ada tidaknya antibodi.
bila hasil pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs non- reakif, maka dianjurkan vaksinasi hepatitis B
sebanyak 3 kali secara mandiri.
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif
bayi yang dilahirkan dari ibu yang hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan
Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan
sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran, diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya
sesuai jadwal program imunisasi nasional.
setelah bayi berusia di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi
tersebut.
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B non-reaktif. Bayi yang dilahirkan
dari ibu dengan hepatitis B non-reaktif, maka diberikan vitamin K dan HB 0 sesegera mungkin
(dianjurkan agar diberikan kurang dari 24 jam) setelah kelahiran, diikuti vaksinasi hepatitis
Bberikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional.
Penanganan kasus terpajan Hepatitis B
Selain penanganan kasus yang ditemukan pada deteksi dini Hepatitis B, maka penanganan kasus
yang ditemukan dapat juga dilakukan pada saat orang terpajan virus Hepatitis B, yaitu mereka
yang mengalami inokulasi langsung atau kontak mukosa langsung dengan cairan tubuh penderita
Hepatitis B, maka profilaksis yang digunakan adalah HBIG single dose 0,06 mL/kg BB, yang
diberikan sesegera mungkin. Penderita lalu harus menerima imunisasi Hepatitis B, dimulai dari
minggu pertama setelah pajanan. Bila pajanan yang terjadi adalah kontak seksual, maka
pemberian dosis HBIG 0,06 mL/kg BB harus diberikan sebelum 14 hari setelah pajanan, dan
diikuti dengan imunisasi. Pemberian vaksin Hepatitis B dan HBIG bisa dilakukan pada waktu
bersamaan, namun di lokasi injeksi yang berbeda
Pengobatan Hepatitis B
Pada pasien hepatitis B kronik yang baru terdiagnosis, beberapa pemeriksaan perlu dilakukan
sebelum langkah terapi dipertimbangkan. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
apabila diperlukan.
Sembilan puluh lima persen pasien hepatitis akut dewasa akan mengalami resolusi dan
serokonversi spontan tanpa terapi antiviral. Maka, pada kondisi ini terapi umumnya bersifat tidak
spesifik, utamanya meningkatkan daya tahan tubuh (istirahat dan makan makanan yang bergizi).
Rawat inap hanya diperlukan bila pasien tidak dapat makan dan minum serta terjadi dehidrasi
berat. Pada pasien dengan hepatitis akut fulminan, pemberian antiviral seperti lamivudin bisa
memperpendek fase simtomatik dan mempercepat perbaikan klinis dan biokimia,namun tidak
mencegah perkembangan hepatitis B akut menjadi hepatitis B kronik.

Anda mungkin juga menyukai