TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (WHO,2016), lansia meupakan pria dan wanita yang telah mencapai
usia 60-74 tahun.
Lanjut usia merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh
semua orang yang dikarunia usia panjang. Lanjut usia akan mengalami proses
penuaan , yang merupakan proses terus menerus secara alamiah. (E-Journal
Keperawatan,2018)
a. Perubahan Fisik
1. Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi
lebih kering dan keriput.
2. Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi
lembek dan mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut.
3. Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama pada
bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit
berjalan.
4. Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga
kadang-kadang memakai gigi palsu.
5. Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
menegluarkan kotoran yang menumpuk disekitar mata.
6. Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun,
sehingga tidak sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran.
7. Perubahan pada sistem pernafasan: nafa smenjadi lebih pendek dan
sering tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas
total paru-paru, residu volume paru dan konsumsi oksigen nasal, ini
akan menurunkan fleksibilitas dan elastisitas paru.
Selain gangguan fisik yang bisa terlihat secara langsung,
pertambahan usia sering pula disertai dengan perubahan-perubahan
akibat penyakit kronis, obat-obat yang diminum akibat operasi yang
menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis. Beberapa gangguan
fisik pada bagian dalam tersebut seperti:
1. Perubahan pada sistem saraf otak : umumnya mengalami
penurunan , ukuran, berat, dan fungsi contohnya kortek serebri
mengalami atropi.
2. Perubahan pada sistem kardiovaskuler: terjadi penurunan
elastisitas dari pembuluh darah jantung dan menurunnya cardiac
output.
3. Penyakit kronis missal diabetes mellitus (DM), penyakit
kardiovaskuler , hipertensi, gagl ginjal, kanker, dan masalah yang
berhubungan dengan persendian dan saraf.
b. Perubahan Psikososial.
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan
sebagai berikut:
1) Kehilangan financial (pendapatan berkurang)
2) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih
bekerja dulu.
3) Kehilangan kegiatan/aktivitas.
c. Perubahan Kognitif
Keinginan untuk nerumurr panjang dan ketika meninggal dapat
masuk surga ialah sikap umum lansia yang perlu dipahami oleh perawat.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif :
1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan ( Hereditas)
5. Lingkungan
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan
berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan
kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah didapatkan
sebelumnya.
Tekanan darah adalah daya dorong darah keseluruh dinding pembuluh darah pada
permukaan yang tertutup. Tekanan darah timbul dari adanya tekanan arteri yaitu tekanan
yang terjadi pada dinding arteri. Tekanan arteri yaitu tekanan yang terjadi pada dinding
arteri. Tekanan arteri terdiri dari tekanan sistolik, tekanan diastolic,tekanan pulsasi,
tekanan arteri rata-rata. Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang
mengalir pada arteri yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya
sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada
saat jantung relaksasi,besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi merupakan refleks
dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya sekitar 40-60 mmHg. Sedangkan
tekanan arteri rata-rata merupakan gabungan dari tekanan pulsasi ditambah dengan
tekanan diastolic. Tekanan darah sesungguhnya ekpresi dari tekanan systole dan tekanan
diastole yang normalnya berkisar 120/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih dari
normal disebut hipertennsi dan jika kurang dari normal disebut hipotensi. (Tarwoto,dkk)
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau arteri darah,tekanan darah
dalam sistem arteri tubuh adalah indicator yang baik tentang kesehatan
kardiovaskuler.aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan.
Darah mengalir dari daerah yanh tekanannya tinggi ke tekanan yang rendah. Kontraksi
jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan
maksimum saat ejaksi terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat ventrikel
relaks,darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolic atau minimum.
Tekanan distolik adalah tekanan minimal yang mendesak dinding arteri setiap waktu.
(M.Clevo Rendi,2013).
Pengaturan tekanan darah dilakukan oleh sistem persarafan dan sistem endokrin.
Kemoreseptor terletak pada arkus aorta dan carotid bodi. Reseptor ini sensitive pada
perubahan kimia,terutama pada peningkatan karbondioksida dan penurunan pH darah
arteri,ketika terjadi perubahan maka kemoreseptor akana mengirimkan impuls ke susunan
saraf pusat untuk meningkatkan heart rate.
Peran saraf otonom dalam pengaturan tekanan darah terkaita dengan heart rate ,
kontratilitas otot jantung,konduksi AV node,tahanan pembuluh darah perifer
,aliran balik vena yaitu dengan vasokonstriksi dan vasodilatasi venula dan vena.
Hormone lain yang berperan dalam pengaturan tekanan darah adalah hormone
antidiuretik (ADH) ,mekanisme renin-angio-tensin-aldosteron. Hormone ADH berperan
dalam pengaturan volume darah vaskuler dengan cara meningkatakan reabsorbsi garam
dan air dalam tubulus ginjal. Meningkatnya kadar ADH akan menyebabkan hivopolemia
sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Kadar ADH menurun menyebabkan volume
darah menurun. Dengan demikian ADH sangat berperan dalam pengaturan tekanan
darah.
1. Tolakan perifer
Tolakan perifer merupakan sistem peredaran darah yang memiliki sistem
tekanan tertinggi (arteria) dan sistem tekanan darah terendah (pembuluh kapiler dan
vena),di antara keduanya terdapat arteriola dan pembuluh otot yang sangat halus.
Apabila menguncup,arteriola akan menjadi kecil,dan darah yang mengali melalui
pembuluh kapiler akan berkurang. Kemudian, dalam kondisi berlawanan,dinding
arteriola kendur dan memperbesar jumlah darah yang masuk ke arteriola. Proses
penyempitan pembuluh darah yang melebihi normal dapat mengakibatkan tekanan
darah meninggi.( A.Aziz Alimul H,2004)
Sirkulasi darah masuk melalui jaringan dari arteri,arteriole, kapiler,venula dan
vena. Arteri dan arteriole disokong oleh otot polos yang mampu berkontraksi dan
relaksasi sehingga dapat merubah lumen pembuluh darah. Pembuluh lumen ini baik
vasokntriksi atau vasodilatasi mempengaruhi aliran darah. Ketika orga tubuh
membutuhkan lebih banyak darah maka terjadi vasokontriksi perifer dan menurunkan
suplay darah. Normalnya arteri dan arteriole dipertahankan sebagian kontriksi untuk
mempertahankan aliran darah. Tahanan perifer vaskuler adalah keadaan tahanan
pembuluh darah yang ditentukan oleh adanya aliran darah,tonus otot vaskuler dan
diameter pembuluh darah. Makin kecil diameter pembuluh darah makin besar tahanan
perifernya. (Tarwoto,dkk)
2. Gerakan memompa oleh jantung
Semakin banyak darah yang di pompa ke dalam arteria menyebabkan arteria
akan lebih menggelembung dan mengakibatkan bertambahnya tekaknan
darah,demikian sebaliknya (A.Aziz Alimul H,2004).
3. Volume Darah
Volume darah dalam sistem sirkulasi sangat mempengaruhi tekanan darah. Pada
laki-laki dewasa volume darah sekitar 5 liter dan normalnya volume darah
dipertahankan dalam keadaan konstan. Jika volume darah tinggi maka tekanan dalam
pembuluh darah meningkat . pada keadaan volume darah menurun misalnya Karena
perdarahan atau dehidrasi maka tekanan darah akan menurun.
4. Viskositas/Kekentalan darah.
Keadaan kekentalan darah diukur dengan hematokrit yaitu persentase sel darah
merah dalam darah . Ketika hematokrit meningkat dan aliran darah menurun maka
tekanan arteri akan meningkat dan jantung akan bekerja lebih kuat untuk mendorong
darah ke sistem sirkulasi.
5. Elastisitas
Normalnya dinding arteri elastis dan dapat berkembang maupun menguncup.
Pada keadaan arteriosklerosos,arteri menjadi kurang elastic dan menyebabkan aliran
darah menjadi lebih lambat serta tekanannya menjadi lebih tinggi.
6. Posisi Tubuh
Tekanan bisa bervariasi bahkan pada orang yang sama misalnya pada saat
olahraga. Olahraga akan menyebabkan tekanan darah meningkat untuk waktu yang
singkat dan akan kembali normal ketika berhenti berolahraga. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda yaitu pada waktu pagi hari tekanan darah lebih rendah daripada
saat malam hari karena adanya perbedaan tekanan darah sistolik selama 2 jam
pertama setelah bangun tidur dikurangi tekanan darah sistolik terendah dalam sehari.
Selain itu,faktor yang mempengaruhi perbedaan tekanan darah adalah posisi tubuh
dimana perubahan tekanan darah pada posisi tubuh dipengaruhi oleh faktor gravitasi.
Sikap atau posisi dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah
diantaranya posisi duduk,berbaring,dan berdiri. Sikap atau posisi duduk membuat
tekanan darah cenderung stabil (Guyton & Hall,2002). Pada posisi berbaring gaya
gravitasi pada peredaran darah lebih rendah,karena arah peredaran darah tersebut
horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa
(Istiqomah,2009). Sedangkan pada posisi berdiri pengukukuran tekanan darah lebih
tinggi dikarenakan pada posisi berdiri tekanan darah dipengaruhi oleh gaya gravitasi
dan otot yang sedang berkontraksi.
Prosedur kerja:
Cara palpasi:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukuir tekanan darah dengan kedudukan volar.
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang manchet pada lengan kanan atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra.
8. Pompakan udara kedalam manchet sampai denyut nadi artei radialis tidak
teraba.
9. Pompakan terus setinggi manometer 20 mmHgg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba.
10. Palpasikan pada daerah denyut nadi arteri dan keluarkan udara dalam machete
seacara pelan-pelan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada
pompa udara yang berlawanan dengan arah jarumjam.
11. Catat hingga mmHg pada manometer di mana arteri pertama berdenyut
kembali.
12. Nilai pertama menunjukkan sistolik secara palpasi.
13. Cuci tangan
14. Catat hasil
Cara Auskultasi
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darah dengan kedudukan volar.
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang manchet pada lengan kanan atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun normal)
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra.
8. Pompakan udara ke dalam manchet sampai denyut nadi arteri radialis tidak
teraba engan diatas rata-rata tekanan normal.
9. Letakkan auskultasi pada arteri brachialis dan dengarkan
10. Keluarkan udara dalam manchet secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11. Catat hingga mmHg pada manometer di mana arteri pertama berdenyut
kembali
12. Catat tinggi mmHg pada manometer.
a. Fase korotkoff I
Menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
b. Fase korotkoff IV/V
Menunjukkan besarnya tekanan diastolic secara auskultasi
13. Cuci tangan
14. Catat hasil
Perbedaan Hasil
Pengukuran Darah sistolik
pada lansia dengan posisi
duduk dan berbaring