Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP DASAR LANJUT USIA

2.1.1. Definisi Lansia

Menurut (WHO,2016), lansia meupakan pria dan wanita yang telah mencapai
usia 60-74 tahun.

Menurut Darmojo (2004) lanjut usia diartikan sebagai fase menurunnya


kemampuan akal dan fisik,yag dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
hidup.hal ini sejalan dengan pendapat Soejono (2000) yang mengataka bahwa pada
tahap lansia,individu mengalami banyakl perubahan baik secara fisik maupun
mental,khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.

Lanjut usia merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh
semua orang yang dikarunia usia panjang. Lanjut usia akan mengalami proses
penuaan , yang merupakan proses terus menerus secara alamiah. (E-Journal
Keperawatan,2018)

2.1.2. Klasifikasi Batasan Lanjut Usia.


a. Menurut WHO batasan lanjut usia meliputi:
1). Middle Age : 45-59 tahun
2). Elderly : 60-70 tahun
3). Old : 75-90 tahun
4). Very Old : Diatas 90 tahun
b. Menurut kementerian kesehatan RI (2015) lanjut usia di kelompokkan
menjadi usia (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih dari 70
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).
c. Menurut Hurlock (1979)
1. Early Old Age (usia 60-70 tahun)
2. Advanced old age (usia >70 tahun)

2.1.3. Ciri-Ciri Lansia


Menurut (Padila,2013) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Sebagian pemicu terjadinya kemunduran pada lansia adalah faktor fisik
dan faktor psikologis. Dampak dari kondisi ini dapat memepengaruhi
psikologis lansia. Sehingga,setiap lansia membutuhkan adaya motivasi.
Motivasi berperan penting dalam kemunduran pada lansia . mereka akan
mengalami kemunduran semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah,sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu
akan lama terjadi.

b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.


Pandangan-pandangan negatif akan lansia dalam masyarakat sosial secara
tidak langsung berdampak pada terbentuknya status kelompok minoritas pada
mereka.

c. Menua membutuhkan perubahan peran


Kemunduran yag terjadi pada lansia berdampak pada perubahan peran
mereka dalam masyarakat sosial ataupun keluarga. Namun demikian,
perubahan peran ini sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan
atas dasar tekanan dari lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.


Prilaku buruk lansia terbentuk karena perlakuan buruk yang mereka
terima. Perlakuan buruk tersebut tidak langsung membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk.

2.1.4. Teori Penuaan


Setiap manusia yag berumur panjang tidak akan dapat menghindar dari
penuaan . Sejatinya penuaan merupakan fenomena alamiah yang tidak dapat di
tolak. Tidak ada satupun faktor yang dapat mencegah proses menua.
Menjadi tua (Menua) adalah suatu keadaan yag terjadi di dalam kehidupan
manusiia . Proses menua merupaka proses sepanjang hidup yang tidak haya
dimulai dari suatu waktu tertentu , tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school , school, remaja,
dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimula baik secara biologis maupun
psikologis.
Memasuki usia tua bayak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan
lemak,rambut memutih,pendengaran berkurang ,penglihatan memburuk,gigi
mulai ompong,aktivitas menjadi lambat,nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh
yang lain juga mengalami kemunduran.
Menurut WHO dan tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2
yang menyebutka bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit,akan tetapo merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif,merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian.
Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan. Teori-teori tentang
penuaan sudah banyak di kemukakan ,namun tidak semuanya bisa diterima.
Teori-teori itu dapat di golongka dalam dua kelompok,yaitu termasuk kelompok
teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori Biologis
Teori yang nerupakan teori biologis adalah sebagai berikut;
1) Teori Jam Genetik
Menurut Hay Ick ,secara genetik sudah terprogram bahwa material
didalam inti sel dikatakan bagauka memliki jam genetis terkai dengan
frekuensi mitosis.teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-
spesies tertentu memiliki harapan hidup (life spain) yang tertentu pula.
Manusia memiliki rentang kehidupan maksiaml 110 tahun, sel-selnya
diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali,setelah itu
mengalami deteriorasi.
b. Teori psikososial
Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebgai berikut:
1. Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus
dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir
merefleksikan kehidupan seseorang dengan pencapaiannya . hasil
akhir ini dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan
keputusasaan adalah kebebasan .

2. Teori Stabilitas personal


Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap
bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia bisa jadi
mengindikasikan penyakit otak.
3. Teori sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagi berikut:
a. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia,seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Hal ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia
menurun,sehingga sering terjadi kehilangan ganda meliputi:
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak social
3. Berkurangnya komitmen
b. Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana seorang usia lanjut merasakan
kepuasaan dalam beraktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas aktivitas yang di lakukan.
c. Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut:
d. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut
yang berhubungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan
factor resiko tambahan.
e. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan
negative,dengan intervensi menjadi positif.

2.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


Menurut (Padila,2013) penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan
patofisiologis. Penuaan yang dialami oleh manusia terjadi sesuai dengan kronologis
usia. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Hereditas/Genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan peran
DNA dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik, sel perempuan
ditentukan olkeh satu kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur
kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang daripada laki-laki.
b. Nutrisi/Makanan
Kondisi kurang/berlebihan nutrisi dari keburukan tubuh mengganggu
keseimbangan reaksi kekebalan.
c. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenarnya
tidak benar-benar disebabkan oleh proses menua itu sendiri. Penyakit tersebut
lebih disebabkan oleh faktor luar yang merugiakn,berlangsung tetap dan
berkepanjangan.
d. Pengalaman Hidup
1. Paparan sinar matahari: kulit yang tidak terlindung sinar matahari akan mudah
ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
2. Kurang olahraga: kegiatan olahraga fisik dapat membantu pembentukan otot
dan menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
3. Mengonsumsi alkohol : alkohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil
pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit.
e. Lingkungan
Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan tidak dihindari, namu
dengan lingkunagnyang mendukung secara positif, status sehat tetap dapat
dipertahankan dalam usia lanjut.
f. Stress
Tekanan hidup sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, maupu
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap
proses penuaan.

2.1.6. Perubahan Akibat Proses Menua.

Proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada lansia.


Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan fisik,psikososial, dan kognitif:

a. Perubahan Fisik
1. Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi
lebih kering dan keriput.
2. Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi
lembek dan mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut.
3. Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama pada
bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit
berjalan.
4. Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga
kadang-kadang memakai gigi palsu.
5. Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
menegluarkan kotoran yang menumpuk disekitar mata.
6. Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun,
sehingga tidak sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran.
7. Perubahan pada sistem pernafasan: nafa smenjadi lebih pendek dan
sering tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas
total paru-paru, residu volume paru dan konsumsi oksigen nasal, ini
akan menurunkan fleksibilitas dan elastisitas paru.
Selain gangguan fisik yang bisa terlihat secara langsung,
pertambahan usia sering pula disertai dengan perubahan-perubahan
akibat penyakit kronis, obat-obat yang diminum akibat operasi yang
menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis. Beberapa gangguan
fisik pada bagian dalam tersebut seperti:
1. Perubahan pada sistem saraf otak : umumnya mengalami
penurunan , ukuran, berat, dan fungsi contohnya kortek serebri
mengalami atropi.
2. Perubahan pada sistem kardiovaskuler: terjadi penurunan
elastisitas dari pembuluh darah jantung dan menurunnya cardiac
output.
3. Penyakit kronis missal diabetes mellitus (DM), penyakit
kardiovaskuler , hipertensi, gagl ginjal, kanker, dan masalah yang
berhubungan dengan persendian dan saraf.
b. Perubahan Psikososial.
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan
sebagai berikut:
1) Kehilangan financial (pendapatan berkurang)
2) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih
bekerja dulu.
3) Kehilangan kegiatan/aktivitas.

c. Perubahan Kognitif
Keinginan untuk nerumurr panjang dan ketika meninggal dapat
masuk surga ialah sikap umum lansia yang perlu dipahami oleh perawat.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif :
1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan ( Hereditas)
5. Lingkungan
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan
berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan
kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah didapatkan
sebelumnya.

2.2. TEKANAN DARAH


2.2.1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya dorong darah keseluruh dinding pembuluh darah pada
permukaan yang tertutup. Tekanan darah timbul dari adanya tekanan arteri yaitu tekanan
yang terjadi pada dinding arteri. Tekanan arteri yaitu tekanan yang terjadi pada dinding
arteri. Tekanan arteri terdiri dari tekanan sistolik, tekanan diastolic,tekanan pulsasi,
tekanan arteri rata-rata. Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang
mengalir pada arteri yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya
sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada
saat jantung relaksasi,besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi merupakan refleks
dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya sekitar 40-60 mmHg. Sedangkan
tekanan arteri rata-rata merupakan gabungan dari tekanan pulsasi ditambah dengan
tekanan diastolic. Tekanan darah sesungguhnya ekpresi dari tekanan systole dan tekanan
diastole yang normalnya berkisar 120/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih dari
normal disebut hipertennsi dan jika kurang dari normal disebut hipotensi. (Tarwoto,dkk)

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau arteri darah,tekanan darah
dalam sistem arteri tubuh adalah indicator yang baik tentang kesehatan
kardiovaskuler.aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan.
Darah mengalir dari daerah yanh tekanannya tinggi ke tekanan yang rendah. Kontraksi
jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan
maksimum saat ejaksi terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat ventrikel
relaks,darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolic atau minimum.
Tekanan distolik adalah tekanan minimal yang mendesak dinding arteri setiap waktu.
(M.Clevo Rendi,2013).

Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikatorpenting dalam menilai fungsi


kardiovaskuler. Tekanan maksimum pada dinding arteri yang terjadi ketika bilik kiri ke
jantung menyemprotkan darah melalui klep aortic yang terbuka kedalam aorta disebut
sebagai tekanan sistolik. Pada titik terendah, tekanan yang konsisten terdapat di dinding
arteria. (A.Aziz Alimul H,2004)

2.2.2. Klasifikasi Tekanan Darah

NO Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik


(mmHg)

1 Normal Sistole < 120 dan Diastolik <80

2 Prehipertensi Sistole 120-39 dan Diastolik 80-89

3 Hipertensi derajat I Sistole 140-149 dan Diastolik 90-99

4 Hipertensi derajat II Sistole >160 dan Diastolik >100

2.2.3. Pengaturan Tekanan Darah

Pengaturan tekanan darah dilakukan oleh sistem persarafan dan sistem endokrin.

a. Pengaturan oleh sistem syaraf


Pengaturan oleh sistem persarafan dilakukan melalui aktivitas saraf otonom yaitu
aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis. Perubahan aktivitas saraf simpatis dan
parasimpatis merupakan respon yang dikirim oleh reseftor sensoris dan bagian tubuh.
Ada 3 reseptor penting dalam refleks kardiovaskuler yaitu baroreseptor,stretch reseptor
dan chemoreseptor.
Barareseptor atau pressoreseptor merupakan reseptor yang sensitive terhadap perubahan
tekanan darah arteri,terletak pada arkus aorta dan sinus carotid. Meningkatnya tekanan
arteri akan menstimulasi baroreseptor,kemudian akan menstimulus ke medulla oblongata
dan mengakibatkan peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan arteri.

Stretch cardiopulmonary reseptor,merupakan reseptor yang sensitive terhadap perubahan


regangan,pada refleks status volume sirkulasi. Ketika tekanan darah pada vena cava dan
atrium kanan menurun seperti pada hipovolemia,strecht reseptor akan mengirimkan
sedikit impuls ke susunan saraf pusat. Proses ini akan mengakibatkan respon simpatetik
terutama pada ginjal untuk menahan garam dan air. Perubahan ini juga akan menstimulus
pengeluaran hormon antidiuretik (ADH) yang mempunyai efek menahan air dan garam.
Stretch reseptor terletak pada bagian akhir vena cava dan atrium kanan.

Kemoreseptor terletak pada arkus aorta dan carotid bodi. Reseptor ini sensitive pada
perubahan kimia,terutama pada peningkatan karbondioksida dan penurunan pH darah
arteri,ketika terjadi perubahan maka kemoreseptor akana mengirimkan impuls ke susunan
saraf pusat untuk meningkatkan heart rate.

Peran saraf otonom dalam pengaturan tekanan darah terkaita dengan heart rate ,
kontratilitas otot jantung,konduksi AV node,tahanan pembuluh darah perifer
,aliran balik vena yaitu dengan vasokonstriksi dan vasodilatasi venula dan vena.

b. Pengaturan oleh sistem endokrin


Pengaturan tekanan darah juga dilakukan oleh sistem endokrin melalui peran hormone
tertentu seperti hormone yang di produksi oleh medulla adrenal yaitu epinefrin dan
noreprinefrin. Noreprinefrin berperan sebagai vasokonstriktor atau vasodilatator
tergantung pada reseptor otot polos padapembuluh darah organ.

Hormone lain yang berperan dalam pengaturan tekanan darah adalah hormone
antidiuretik (ADH) ,mekanisme renin-angio-tensin-aldosteron. Hormone ADH berperan
dalam pengaturan volume darah vaskuler dengan cara meningkatakan reabsorbsi garam
dan air dalam tubulus ginjal. Meningkatnya kadar ADH akan menyebabkan hivopolemia
sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Kadar ADH menurun menyebabkan volume
darah menurun. Dengan demikian ADH sangat berperan dalam pengaturan tekanan
darah.

2.2.3.Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Perubahan tekanan darah dapat di pengaruhi oleh beberapa factor,antara lain:

1. Tolakan perifer
Tolakan perifer merupakan sistem peredaran darah yang memiliki sistem
tekanan tertinggi (arteria) dan sistem tekanan darah terendah (pembuluh kapiler dan
vena),di antara keduanya terdapat arteriola dan pembuluh otot yang sangat halus.
Apabila menguncup,arteriola akan menjadi kecil,dan darah yang mengali melalui
pembuluh kapiler akan berkurang. Kemudian, dalam kondisi berlawanan,dinding
arteriola kendur dan memperbesar jumlah darah yang masuk ke arteriola. Proses
penyempitan pembuluh darah yang melebihi normal dapat mengakibatkan tekanan
darah meninggi.( A.Aziz Alimul H,2004)
Sirkulasi darah masuk melalui jaringan dari arteri,arteriole, kapiler,venula dan
vena. Arteri dan arteriole disokong oleh otot polos yang mampu berkontraksi dan
relaksasi sehingga dapat merubah lumen pembuluh darah. Pembuluh lumen ini baik
vasokntriksi atau vasodilatasi mempengaruhi aliran darah. Ketika orga tubuh
membutuhkan lebih banyak darah maka terjadi vasokontriksi perifer dan menurunkan
suplay darah. Normalnya arteri dan arteriole dipertahankan sebagian kontriksi untuk
mempertahankan aliran darah. Tahanan perifer vaskuler adalah keadaan tahanan
pembuluh darah yang ditentukan oleh adanya aliran darah,tonus otot vaskuler dan
diameter pembuluh darah. Makin kecil diameter pembuluh darah makin besar tahanan
perifernya. (Tarwoto,dkk)
2. Gerakan memompa oleh jantung
Semakin banyak darah yang di pompa ke dalam arteria menyebabkan arteria
akan lebih menggelembung dan mengakibatkan bertambahnya tekaknan
darah,demikian sebaliknya (A.Aziz Alimul H,2004).
3. Volume Darah
Volume darah dalam sistem sirkulasi sangat mempengaruhi tekanan darah. Pada
laki-laki dewasa volume darah sekitar 5 liter dan normalnya volume darah
dipertahankan dalam keadaan konstan. Jika volume darah tinggi maka tekanan dalam
pembuluh darah meningkat . pada keadaan volume darah menurun misalnya Karena
perdarahan atau dehidrasi maka tekanan darah akan menurun.
4. Viskositas/Kekentalan darah.
Keadaan kekentalan darah diukur dengan hematokrit yaitu persentase sel darah
merah dalam darah . Ketika hematokrit meningkat dan aliran darah menurun maka
tekanan arteri akan meningkat dan jantung akan bekerja lebih kuat untuk mendorong
darah ke sistem sirkulasi.
5. Elastisitas
Normalnya dinding arteri elastis dan dapat berkembang maupun menguncup.
Pada keadaan arteriosklerosos,arteri menjadi kurang elastic dan menyebabkan aliran
darah menjadi lebih lambat serta tekanannya menjadi lebih tinggi.
6. Posisi Tubuh
Tekanan bisa bervariasi bahkan pada orang yang sama misalnya pada saat
olahraga. Olahraga akan menyebabkan tekanan darah meningkat untuk waktu yang
singkat dan akan kembali normal ketika berhenti berolahraga. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda yaitu pada waktu pagi hari tekanan darah lebih rendah daripada
saat malam hari karena adanya perbedaan tekanan darah sistolik selama 2 jam
pertama setelah bangun tidur dikurangi tekanan darah sistolik terendah dalam sehari.
Selain itu,faktor yang mempengaruhi perbedaan tekanan darah adalah posisi tubuh
dimana perubahan tekanan darah pada posisi tubuh dipengaruhi oleh faktor gravitasi.
Sikap atau posisi dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah
diantaranya posisi duduk,berbaring,dan berdiri. Sikap atau posisi duduk membuat
tekanan darah cenderung stabil (Guyton & Hall,2002). Pada posisi berbaring gaya
gravitasi pada peredaran darah lebih rendah,karena arah peredaran darah tersebut
horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa
(Istiqomah,2009). Sedangkan pada posisi berdiri pengukukuran tekanan darah lebih
tinggi dikarenakan pada posisi berdiri tekanan darah dipengaruhi oleh gaya gravitasi
dan otot yang sedang berkontraksi.

2.2.4. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Tekanan darah

Menurut ( A.Aziz Muzamil,2004) pemeriksaan tekanan darah dapat


dilakukan dengan dua metode,yaitu:

1. Metode langsung, merupakan metode yang menggunakan kanula atau jarum


yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan
manometer dan metode ini merupakan cara yang paling tepat menentukan
tekanan darah tetapi memerluka persyaratan dan keahlian khusus.
2. Metode tidak langsung,merupakan metode yang mengguankan
sphygmanometer (tensimeter) . pengukiran ini menggunakan dua cara,yaitu:
a. Cara palpasi yang mengukur tekanan sistolik.
b. Cara auskultasi,dapat mengukur tekanan sistolik dan diastoli. Cara ini
memerlukan stetoskop.
Alat dan bahan:
1. Sphygmanometer yang terdiri atas:
a. Manometer air raksa+klep penutup dan pembuka
b. Manchet udara
c. Selang karet
d. Pompa udara dari karet+ sekrup pembuka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital

Prosedur kerja:

Cara palpasi:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukuir tekanan darah dengan kedudukan volar.
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang manchet pada lengan kanan atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra.
8. Pompakan udara kedalam manchet sampai denyut nadi artei radialis tidak
teraba.
9. Pompakan terus setinggi manometer 20 mmHgg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba.
10. Palpasikan pada daerah denyut nadi arteri dan keluarkan udara dalam machete
seacara pelan-pelan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada
pompa udara yang berlawanan dengan arah jarumjam.
11. Catat hingga mmHg pada manometer di mana arteri pertama berdenyut
kembali.
12. Nilai pertama menunjukkan sistolik secara palpasi.
13. Cuci tangan
14. Catat hasil

Cara Auskultasi

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darah dengan kedudukan volar.
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang manchet pada lengan kanan atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun normal)
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra.
8. Pompakan udara ke dalam manchet sampai denyut nadi arteri radialis tidak
teraba engan diatas rata-rata tekanan normal.
9. Letakkan auskultasi pada arteri brachialis dan dengarkan
10. Keluarkan udara dalam manchet secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11. Catat hingga mmHg pada manometer di mana arteri pertama berdenyut
kembali
12. Catat tinggi mmHg pada manometer.
a. Fase korotkoff I
Menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
b. Fase korotkoff IV/V
Menunjukkan besarnya tekanan diastolic secara auskultasi
13. Cuci tangan
14. Catat hasil

2.3. Penelitian Terdahulu


Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Arwani (2005) yaitu, analisis perbedaan hasil pengukuran
tekanan darah antara lengan kanan dengan kiri pada penderita hipertensi.
Bahwa dari 31 responden yang diteliti rata-rata selisih pengukuran tekanan
darah pada lengan kanan > 10 mmHg. Penelitian oleh Fardli (2011) yaitu,
perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang
normal pada pasien stroke. Bahwa dari 19 responden , didapatkan kesimpulan
tidak ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan
yang normal pada pasien stroke, sistolik dengan nilai p= 0,8566 (>0,05), dan
tekanan diastolik p = 0,791 (>0,05)
2.4. Kerangka Konsep

Perbedaan Hasil
Pengukuran Darah sistolik
pada lansia dengan posisi
duduk dan berbaring

Usia Aktivitas Tekanan Darah

Anda mungkin juga menyukai