Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan
RIZKY INTAN PRATIWI
1115022
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG 2019 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan tekanan darah atau hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama pada kematian global dan diperkirakan telah menyebabkan 9,7 juta kematian dan 7% merupakan beban penyakit. Prevalensi peningkatan tekanan darah atau hipertensi pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas sekitar 22% pada tahun 2014. Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan negara lainnya yaitu sebesar 21,3% , pada pria 21,9% dan pada wanita sebesar 20,4% (World Bank Income Group, WHO., 2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, menyebutkan penyakit tidak menular terdiri dari asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker, diabetes melitus (DM), hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronis, batu ginjal, dan penyakit sendi/rematik. Prevalensi hipertensi di Indonesia secara keseluruhan meningkat dari tahun 2013 sebesar 25,8 % menjadi 34,1% pada tahun 2018 berdasarkan pengukuran tekanan darah dan pada prevalensi hipertensi menurut provinsi pada tahun 2018 Jawa Barat berada pada posisi kedua dengan nilai 42,8% , rata-rata prevalensi di wilayah Jawa Barat pada umur ≥18 tahun yang didapat melalui kuesioner yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan meningkat dari 10,5% menjadi 11,1% pada tahun 2018, dan yang didiagnosis tenaga kesehatan atau yang sedang minum obat meningkat sebesar 11,2% pada tahun 2018 dari 10,6% pada tahun 2013, dan prevalensi menurut kabupaten atau kota di wilayah Bandung Barat bedasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 12,7% dan 12,8% dan berdasarkan pengukuran sebesar 32%. Prevalensi menurut karakteristik umur cenderung meningkat dengan bertambahnya umur (13,2 – 69,5%) dan cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah atau belum pernah sekolah
1 2
(51,6%) dan kelompok tidak bekerja (39,7%) (Kementrian Kesehatan RI,
Riskesdas Provinsi Jawa Barat, 2018). Kemudian dari hasil studi dokumentasi di Puskesmas Padalarang diperoleh data laporan kunjungan yang mengalami hipertensi terhitung bulan Januari sampai Maret di tahun 2019 sebanyak 759 kasus pada rentang usia 45 sampai 59 tahun. Hipertensi adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum terjadi pada orang tua dan karena usia lanjut yang lebih mungkin mengalami komplikasi sekunder dampai kenaikan tekanan kronis (Black & Hawks, 2009). World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 menyatakan bahwa hipertensi adalah ketika seseorang mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. The Eight Joint Committe (JNC 8) menyatakan hipertensi terjadi jika tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg pada usia ≥ 60 tahun. Bila melihat definisi tersebut maka hipertensi merupakan suatu penyakit kardiovaskular yang umum terjadi pada orang tua dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg untuk usia ≤ 60 dan sistolik ≥ 150 mmHg untuk usia ≥ 60 tahun dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan konsep analisis kemampuan individu untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai tujuan, harapan, standar dan perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut (Adam, 2006; dalam Nursalam, 2016). Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi akan kemampuan, keterbatasan, gejala dan kemampuan psikososial dalam hidup pada konteks budaya dan system nilai sesuai fungsi dan perannya (WHOQoL, 1998). Kualitas hidup dapat diartikan sebagai usaha membawa penilaian untuk memperoleh kesehatan terkait dengan keadaan kesehatan yang mengukur kepuasan pasien dan manfaat fisiologis, menjadi suatu konsep yang menggabungkan kedua faktor yakni faktor fisik dan mental (Nursalam, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Poluan, Kalesaran dan Ratag (2017) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan hipertensi dengan kualitas hidup, 3
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 57,9% responden yang
tidak menderita hipertensi memiliki kualitas hidup baik dibandingkan dengan responden yang menderita hipertensi. Penelitan yang dilakukan Xu Xianglong, Rao Yunshuang, Shi Zumin, Liu Lingli, Chen Cheng, Zhao Yong (2016) diperoleh hasil responden dengan hipertensi memiliki skor yang lebih rendah pada fungsi fisik, peran fisik, peran fisik, kesehatan umum, vitalitas dan fungsi sosial. Kesehatan umum seseorang memiliki pengaruh besar terjadinya ansietas. Ansietas dapat mempengaruhi beberapa gangguan fisik seperti gangguan kardiovaskuler yang salah satunya adalah hipertensi (Stuart, 2014). Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang positif dimana seseorang dapat bertanggung jawab, menampilkan kesadaran diri, bebas dari rasa khawatir, dan dapat mengatasi ketegangan biasa dalam kehidupannya sehari-hari, dapat berinteraksi dengan baik dimasyarakat, dapat diterima dalam suatu kelompok, mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari luar dan dapat menikmati hidup (Shives, 2008). Data statistik dari Uni Eropa terdapat 27% populasi orang dewasa dengan rentang usia 18-65 tahun mengalami setidaknya satu dari serangkaian gangguan mental pada tahun sebelumnya termasuk masalah yang timbul dari penggunaan narkoba, depresi, kecemasan, dan gangguan makan (WHO, 2014). Ansietas adalah keadaan emosi yang tidak menyenangkan, melibatkan rasa takut yang subjektif, rasa tidak nyaman pada tubuh, dan gejala fisik. Ansietas lebih sering terjadi pada wanita usia paruh baya dan orang lanjut usia (Katona, 2012). Ansietas atau kecemasan merupakan respon yang terjadi pada stres psikologis, yang dimana stress merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi (Videbeck, S. 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Kaldie (2014) mengenai hubungan kecemasan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Poris Plawad Kota Tanggerang didapatkan hasil 81,1% pasien hipertensi mengalami kecemasan berat. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ilham, Oktariani, dan Priambodo (2016) diperoleh hasil 80% pasien hipertensi mengalami kecemasan. Mengingat prevalensi pasien hipertensi semakin meningkat oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang 4
“Hubungan Ansietas Dengan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas
Padalarang 2019”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena yang ada bahwa seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia, maka masalah bagi penderita hipertensi salah satunya adalah ansietas. Serta didukung dengan sedikitnya penelitian mengenai ansietas yang dapat mempengaruhi pada kualitas hidup, dan ansietas juga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit dimana tekanan darah di atas normal. Tanda gejala pada hipertensi adalah sakit kepala terus-menerus, kelelahan, pusing, berdebar-debar, sesak, pandangan kabur dan mimisan. Faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi salah satunya adalah stres, stres dapat menciptakan banyak stresor dan respon stres adalah ansietas atau kecemasan. Kualitas hidup merupakan persepsi akan kemampuan psikososial dalam hidup pada konteks budaya dan sistem nilai sesuai fungsi dan perannnya. Kualitas hidup meliputi lima aspek yaitu kesehatan dan fungsi, psikologis, sosial ekonomi, spiritual, keluarga. Kecemasan adalah perasaan takut yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak pasti, terasing dan rasa tidak nyaman. Kecemasan pada penyakit hipertensi dapat berdampak pada kualitas hidup.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan penelitian yaitu “Apakah ada hubungan ansietas dengan kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Padalarang?”.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan ansietas dengan kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Padalarang. 5
1.4.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi ansietas pada pasien hipertensi di Puskesmas Padalarang. 2. Mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Padalarang. 3. Menganalisis hubungan ansietas dengan kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Padalarang.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencaanaan penelitian. Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan ansietas dengan kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Padalarang.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan ilmu dan pengetahuan tambahan dalam bidang keperawatan dan dalam penelitian-penelitian selanjutnya terutama mengenai hubungan ansietas dengan kualitas hidup pasien hipertensi, serta sebagai sarana untuk melatih diri dalam pelakukan penelitian dan menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. 1.6.2 Manfaat Praktis a. Bagi Perawat Perawat dapat berperan sebagai pemberi layanan (Caregiver) sehingga perawat dapat membantu membangun suatu komunitas sehat yang aman dan memiliki unsur yang memungkinkan 6
masyarakat untuk mencapai dan mempertahankan kualitas dan
fungsi hidup yang tinggi. b. Bagi Pasien Hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat dijadikan media informasi memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai adanya hubungan antara ansietas dengan kualitas hidup.