Anda di halaman 1dari 4

21-02-2020 1/4 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id

PERAN MULTITASKING TKHI


DIPUBLIKASIKAN PADA : KAMIS, 12 SEPTEMBER 2019 00:00:00, DIBACA : 5.517 KALI

Madinah, 12 September 2019.

Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek, pada suatu kesempatan pernah mengatakan bahwa Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) adalah ujung tombak pelayanan
kesehatan haji. Apa yang diucapkan Menkes ini tidak berlebihan mengingat peran dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh TKHI.

TKHI terdiri atas tiga orang yang profesinya sebagai seorang dokter dan dua orang lagi sebagai perawat. Ketiga orang ini rata-rata harus melayani sekitar 400
jemaah haji dalam setiap kelompok terbang (kloter).

Selama 40 hari mendampingi dan melayani para tamu Allah melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi, tentu banyak pengalaman dan cerita menarik yang dialami
para TKHI. Salah satunya seperti yang dialami oleh dr. Rolandro Gistennang, dokter TKHI asal Lombok, NTB.

1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2/4 21-02-2020

Nyaris tidak ada hari dilewati oleh Rolandro tanpa berinteraksi dengan jemaah haji asal kloter Lombok (LOP) 5. Ia dan dua orang perawat setiap harinya
melakukan layanan kesehatan. Ketiganya secara terjadwal memberikan layanan kesehatan, baik di pos kesehatan maupun visitasi ke jemaah. Ini di luar kegiatan
mereka untuk merujuk jemaah sakit ke fasilitas kesehatan, mengambil kebutuhan perbekalan kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) atau mengawal
jemaah haji dalam proses evakuasi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 2 - Printed @ 21-02-2020 10:02


21-02-2020 3/4 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Di balik kisah keseharian para TKHI dalam menjalankan tugas profesinya, mereka juga membina hubungan kekeluargaan dengan petugas kloter lainnya dan
jemaah haji. Tidak jarang mereka menjadi tempat mencurahkan keluh kesah jemaah atau membantu jemaah berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia.

''Kita para petugas medis, selalu berkutat dengan terapi pengobatan, tapi kita juga tidak lupa bahwa yang kita layani adalah jamaah yang punya hati dan
perasaan. Kita bentuk paradigma kalo antara kita dan jamaah adalah keluarga,'' ujar Rolandra, beberapa waktu lalu sebelum kembali ke Indonesia.

Ikatan kekeluargaan yang terjalin antara TKHI dan jemaah, bisa terlihat ketika jemaah haji yang sedang dirawat di rumah sakit Arab Saudi, begitu gembira
menerima kedatangan anggota TKHI yang menjenguknya.

Bagi jemaah haji, TKHI sudah menjadi bagian dari keluarga mereka. Dalam kondisi sakit dan jauh dari keluarga, kehadiran petugas kloter, khususnya TKHI, yang
memperhatikan mereka, tentu akan membantu proses penyembuhan jemaah haji yang sakit.

Lain lagi dengan kisah dari TKHI Embarkasi LOP. M. Sunarto S. Pataroi, perawat yang bertugas di kloter LOP 6. Ia dan dokter kloter berhasil membuat salah
seorang jemaah haji menghentikan kebiasaan buruknya, merokok. Jemaah haji tersebut terindikasi mengalami sakit kepala hebat selama dua hari akibat perilaku

3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 4/4 21-02-2020

merokoknya. Setelah mendapatkan motivasi dan edukasi kesehatan, jemaah tersebut berniat segera berhenti merokok.

''Rokok ini diserahkan secara sukarela setelah TKHI memberikan edukasi terkait dampak yang dapat muncul akibat merokok terhadap kegiatan ibadah haji,'' ujar
Sunarto.

Pengalaman kedua tenaga kesehatan di kloter ini hanya sebagian kecil dari banyak cerita yang dialami oleh TKHI selama melayani jemaahnya. Di samping
kemampuan teknis medis, TKHI juga dituntut memiliki kemampuan komunikasi dan rasa empati tinggi kepada para jemaah haji Indonesia.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes
melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. (AM).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 4 - Printed @ 21-02-2020 10:02

Anda mungkin juga menyukai