Anda di halaman 1dari 8

BAB I

KONSEP EVALUASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan


Secara etimologis, kata ‘evaluasi’ berasal dari bahasa Inggris
evaluation, yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan
Hasan Shadily: 1983). Dalam bahasa Arab, kata ‘evaluasi’ dikenal
dengan istilah al-taqdir (Sudijono, 2006: 1), dan dalam bahasa
Indonesia diartikan “penilaian”. Akar katanya adalah value, dalam
bahasa Arab al-qimah, dalam bahasa Indonesia berarti nilai.
Evaluasi secara umum merupakan suatu proses pengumpulan
serta pemprosesan data dan informasi yang akan digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan, pengelolaan dan pengembangan suatu
program (BAN PT, 2008: 3).
Bloom et.all (1971) mendefinisikan evaluation, as we see it, is the
systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changes
are taking place in the learners as well as to determine the amount or degree
of change in individual student. Artinya, evaluasi, sebagaimana kita
lihat, adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk
menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam
diri siswa dan menetapkan sejauhmana tingkat perubahan dalam
pribadi siswa.
Menurut Stufflebeam, et. al. (1971) mendefinisikan evaluasi
sebagai evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing
useful information for judging decision alternatives. Artinya, evaluasi
merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif
keputusan.

1
Berangkat dari pengertian evaluasi tersebut, maka evaluasi
pendidikan (educational evaluation) sebagaimana diungkapkan oleh
Sudijono (2006: 1) adalah penilaian dalam bidang pendidikan atau
penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan memberikan rumusan
evaluasi pendidikan sebagai berikut:
Evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan

Melihat gambaran tersebut, evaluasi pendidikan pada dasarnya


bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental,
melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara
terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas. Atas
dasar inilah, maka evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi
siswa/peserta pendidik, pengajar maupun sekolah. Dengan adanya
evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan
yang telah digapai selama mengikuti pendidikan.
Pada kondisi di mana siswa mendapatkan nilai yang
memuaskan, maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus,
motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi
dimana hasil yang dicapai tidak mernuaskan maka siswa akan
berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat
diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa
tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan
sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.

2
B. Perbedaan Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian
Istilah evaluasi harus dibedakan pengertiannya dengan
pengukuran (measurement) dan penilian (assesessment), meskipun
ketiganya oleh banyak kalangan cenderung disamakan. Pengukuran
(measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu
kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran
bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari
hasil pengukuran menjadi suatu nilai.
Istilah”penilaian” merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian
“pengukuran” lebih mengacu pada kegiatan membandingkan suatu
hal dengan satuan ukuran tertentu, sehingga sifatnya menjadi
kuantitatif (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2009:
1).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan mendefinisikan penilaian
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Rooijackers Ad misalnya, mendefinisikan evaluasi sebagai
"setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai". Secara khusus
evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai
berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan. Menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan
evaluasi sebagai a systematic process of determining the extent to which
instructional objective are achieved by pupils.
Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran
dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses
yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga
berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan

3
dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi
merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas
secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang
lebih luas daripada pengukuran dan testing.

Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk.


Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa
evaluation as the process of determining to what extent the educational
objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam
(1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa
evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful
information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan
Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value
compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti
evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh
dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran
sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut
aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan tes maupun nontes.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Suharsimi
Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan
evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif, sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga

4
dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan
bahwa measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior.
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai
suatu objek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan
bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek dengan
menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang,
Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H.
Lindeman (1967) the assignment of one or a set of numbers to each of a set
of person or objects according to certain established rules.
Guna mempermudah pemahaman, perbedaan evaluasi
pengukuran dan penilaian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Evaluasi Pengukuran Penilaian
1. Kegiatan 1. Mengukur adalah 1. Menilai adalah
mengukur sekaligus membandingkan mengambil suatu
menilai sesuatu dengan satu keputusan terhadap
ukuran tertentu. sesuatu dengan ukuran
2. Pengkuran bersifat baik dan buruk.
kualitatif 2. Penilaian lebih
bersifat kualitatif

Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa sesungguhnya


evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek
dengan menampilkan hubungan sebab akibat di antara faktor yang
mempengaruhi objek tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Pendidikan


Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses
yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki
3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output.

Input Tranformasi Output

5
Umpan Balik

Untuk mempermudah memahami tujuan evaluasi sebagaimana


digambarkan dalam diagram tersebut, maka istilah input dapat
diibaratkan dengan bahan baku, transformasi diibaratkan dengan
mesin, sedangkan input diibaratkan dengan produknya (hasil).
Input atau bahan baku yang dimasukkan dalam transformasi
adalah calon siswa yang telah dinilai kemampuannya dan siap
menjalani proses pembelajaran. Oleh karena itu, bahan baku (siswa) ini
harus dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan
mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan
diberikan kepada siswa.
Transformasi diibaratkan sebagai mesin adalah segala unsur
yang terkait dengan proses pembelajaran. Dalam prakteknya mesin
pemproses dan mengolah bahan baku menjadi produk. Unsur-unsur
yang berperan dalam proses pengolahan bahan baku (siswa) adalah
guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang
dan sistem administrasi. Produk (output) adalah capaian yang
dihasilkan dari proses pembelajaran.

Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah:


1. Perbaikan sistem
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan
Evaluasi adalah bentuk kegiatan yang biasa terjadi dalam dunia
pendidikan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Bagi siswa

6
Evaluasi bagi siswa dapat digunakan untuk mengetahui
sejauhmana siswa dapat mengetahui keberhasilan mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa
dari pekerjaan menilai ini memiliki dua kemungkinan. Pertama,
memuaskan jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan
menyenangkan, sehingga pada kesempatan yang lain siswa juga
ingin memperolehnya. Sehubungan dengan hal ini, maka siswa
akan memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat,
dan pada kesempatan lain juga memperoleh hasil yang lebih
memuaskan dari yang diperoleh sebelumnya. Kedua, tidak
memuaskan jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia
akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi, dan
menuntuntnya untuk giat belajar lagi. Namun demikian, keadaan
sebaliknya juga dapat terjadi. Siswa justru menjadi lemah
kemauannya, putus asa dengan hasil yang diterimanya.
2. Bagi guru
Bagi guru, evaluasi memiliki beberapa manfaat. Pertama,
dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat
mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan
pelajarannya, karena sudah berhasil menguasai bahan maupun
mnengetahui siswa-siswa yang belum berhasil. Jika guru
mengetahui sebab akibatnya, maka ia akan memberikan perhatian
yang memusatkan dan memberikan perlakuan yang teliti, sehingga
keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan. Kedua, guru akan
mengetahui keberhasilan penyampaian materi yang diajarkan,
apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa atau belum,
sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan
datang tidak perlu diadakan perubahan. Ketiga, guru akan
mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau

7
belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh hasil (nilai) yang
jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan
oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila
demikian, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari
metode lain dalam mengajar
3. Bagi sekolah
Evaluasi memiliki manfaat bagi sekolah. Pertama, evaluasi
dapat digunakan untuk mengetahui berhasil tidaknya kondisi
belajar yang diciptakan oleh sekolah. Dengan pengertian lain,
evaluasi digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pendidikan, sehingga hasilnya juga digunakan untuk mengetahui
kualitas suatu sekolah. Kedua, informasi dari guru tentang tepat
tidaknya kurikulum untuk sekolah dapat dijadikan sebagai
masukan dan bahan pertimbangan oleh sekolah untuk
merumusakan perencanaan kebijakan sekolah di masa-masa
mendatang. Ketiga, informasi hasil penilaian yang diperoleh oleh
sekolah dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui
standar nilai yang diperoleh oleh siswa.

Anda mungkin juga menyukai