Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PRINSIP, PROSEDUR DAN BENTUK-BENTUK EVALUASI

A. Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan


Evaluasi pada dasarnya memiliki beberapa prinsip. Betapa
baiknya prosedur evaluasi diikuti dan dijalankan, ditunjang dengan
sempurnanya teknik evaluasi yang dilaksanakan, maka jika tidak
dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya, maka hasil evaluasi
akan jauh dari harapan. Karenanya, agar evaluasi dapat terlaksana
dengan baik, maka dalam pelaksanaannya harus senantiasa berpegang
pada prinsip-prinsip berikut:
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pembeljaran bagi masyrakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski
dilkukan dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas
suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk
memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah
program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula
sebaliknya.
6. evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah
revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu
pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan
teknik yang aplicable.

9
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud
dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai
hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.

B. Prosedur Melaksanakan Evaluasi Pendidikan


Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan
secara sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan
3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosedur yang
dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut, maka dikhawatirkan
hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu
menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses
pembelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi
pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak
dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa
yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument,
indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
2. Pengumpulan
Pengumpulan data (tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya
sesuai dengan tujuan)
3. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)

4. Pengolahan data
Pengolahan data (memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau
kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non

10
statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah
dengan manual atau dengan software (misal: SAS, SPSS).
5. Penafsiran data
Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri
dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa?
Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?)
interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan
tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat.
Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir
alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

C. Bentuk-bentuk Evaluasi Pendidikan


Secara umum bentuk-bentuk evaluasi yang dapat diterapkan
dalam pendidikan sebagai berikut:
1. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran
yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh
informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai.
Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of
the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for
purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai
seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada

11
pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is
done to monitor student progress over period of time.
Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi
ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam
Standar Ketuntasan Minimal (SKM) dengan mengacu pada
Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh guru
sebelumnya. KD yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu
pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat
kematangan siswa. Artinya KD dirumuskan dengan
memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang
wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai
dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja
yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk
selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut
dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka
akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan
kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok
bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan
melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang
memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu
materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari
topik yang telah dibahas.
2. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih
dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui

12
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke
unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai
penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu,
yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan
dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu
bidang studi.
3. Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang
ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.
Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik
pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada
tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam
hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai
oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk
mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum
dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan
secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada
tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.

Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan


Tes Sumatif
Ditinjau dari Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif
Fungsinya 1. mengelompokka Umpan balik bagiMemberi tanda telah
n siswasiswa, guru maupunmengikuti suatu
berdasarkan program untukprogram, dan
kemampuannya menilai pelaksanaanmenentukan posisi
2. menentukan suatu unit program kemampuan siswa
kesulitan belajar dibandingkan
yang dialami dengan anggota
kelompoknya

13
cara memilih 1. Memilih tiap-Mengukur semuaMengukur tujuan
tujuan yang tiap tujuan instruksionalinstruksional umum
dievaluasi keterampilan khusus
prasarat
2. memilih tujuan
setiap program
pembelajaran
secara
berimbang
3. memilih yang
berhubungan
dengan tingkah
laku fisik,
mental dan
perasaan
Skoring (cara menggunakan menggunakan menggunakan
menyekor) standar mutlak danstandar mutlak standar relatif
relatif

14

Anda mungkin juga menyukai