Anda di halaman 1dari 13

Mata kuliah : KEPERAWATAN ANAK

Nama dosen : Ns HERTI HAERANI M,KES.

PENGKAJIAN PADA ANAK DENGAN


KESEHATAN MENTAL

Kelompok 2 :

1. SUKMA UMASANGADJI 183145105037


2. AUTIN SAKNOHSIWY 183145105052
3. EMELDAWANTI PATODINGAN 183145105047
4. NUR INDAH CHAIRUNNISA. B 183145105054
5. RIKMES LENCY MOZES 183145105030
6. APANI BOINAW 183145105031
7. RETHAN YOLANDA METANILLA 183145105036
8. RINI ALFIRAINI A1C219032
9. LEGAYATRI SUAT 183145105035
10. DEWISTA ABDULLAH A1C19056

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada allah SWT atas anugrah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah KEPERAWATAN ANAK I.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis
pun menyadari bahw.a kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan,
maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan
semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih
juga dalam pengetahuan kita bersama.

Makassar , 29 April 2020

penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL:...................................................................................................1

KATA PENGANTAR:...............................................................................2

DAFTAR ISI:.............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN:.........................................................................4

A. LATAR BELAKANG:...................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH:..............................................................5
C. TUJUAN PEMBELAJARAN:.......................................................5
BAB II PEMBAHASAN:..........................................................................6

A. DEFENISI:.....................................................................................6
B. ETIOLOGI:....................................................................................6
C. MANIFESTASI KLINIK:.............................................................7
D. PATOFISIOLOGI/PATWHY:......................................................9
E. PENATALAKSANAAN MEDIS:................................................10
BAB III PENUTUP:..................................................................................12

A. KESIMPULAN:............................................................................12
B. SARAN:........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA:...............................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun 2012
terdapat kekerasan pada anak yang mengakibatkan kematian sekitar 95.000 anak-anak
dan remaja di bawah usia 20. Sekitar 6 dari 10 anak antara usia 2 - 14 tahun di seluruh
dunia (hampir satu miliar) mendapatkan hukuman fisik setiap hari dari pengasuhnya dan
3 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia percaya bahwa hukuman fisik diperlukan dan
pantas dalam membangun atau mendidik anak (UNICEF, 2014)
Hasil pemantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari 2011 sampai
2014 kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahunnya. Tahun 2011 terjadi 2.178
kasus kekerasan, 2012 ada 3.512 kasus, 2013 ada 4.311 kasus dan 2014 ada 5.066 kasus.
Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91
persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan
sekolah dan 17.9% di lingkungan masyarakat (Nurul, 2015).
Berdasarkan laporan yang telah ditangani oleh Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Sumatera Selatan dari Januari
hingga Desember, jumlah kasus kekerasan anak pada tahun 2015 meningkat menjadi 25
kasus dari tahun sebelumnya yaitu 13 kasus (Anwar, 2015).Ibu merupakan sekolah paling
utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran untuk memenuhi kebutuhan
mereka dengan berbagai sifat mulia. Semenjak lahir dari rahim seorang Ibu, maka ibulah
yang banyak mewarnai dan mempengaruhi perkembangan pribadi, perilaku dan akhlak
anak. Sejak lahir, anak akan mengamati gerak-gerik ibunya. Dari tingkah laku ibunya
itulah maka anak akan senantiasa melihat dan meniru apa yang dilakukan ibunya dan
akan diterapkan dalam kehidupannya (Mutiah, 2014).
Peranan Ibu menjadi pembimbing dan pendidik anak dari sejak lahir sampai dewasa
khususnya dalam hal beretika dan susila untuk bertingkah laku yang baik, namun
kenyataannya dalam melakukan peran tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar, ibu
selaku orang tua dapat membangkitkan rasa ketidakpastian, kemandirian, dan rasa
bersalah pada anak. Anak yang mempunyai pengalaman kecil menyenangkan dan
tumbuh pada keluarga yang harmonis akan berbeda tumbuh kembangnya dengan anak
yang masa kecilnya penuh dengan penderitaan dan kekerasan (Arwanti, 2009).
Berkembangnya budaya dalam masyarakat kita saat ini menganggap bahwa
proses pembelajaran kepada anak dilakukan dengan kekerasan, agar anak patuh dan
disiplin untuk mencapai skala keberhasilan yang diinginkan orang tua (Soetjiningsih,
1995). Orang tua berlaku kasar dan memberikan hukuman fisik dengan dalih untuk
memberikan pelajaran pada anak-anak mereka. Padahal seharusnya setiap anak berhak
mendapatkan perlindungan dari kekerasan. Orang tua tidak banyak mengetahui bahwa
anak juga mempunyai hak dan kewajiban sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang
Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 4 sampai dengan pasal 19 (Nasrun, 2015)
Kekerasan merupakan tindakan yang disengaja yang mengakibatkan cidera fisik atau
tekanan mental (Carpenito, 2009). Campbell dan Humphrey mendefinisikan kekerasan

4
anak sebagai berikut “Setiap tindakan yang mencelakakan/dapat mencelakakan kesehatan
dan kesejahteraan anak yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab
terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak tersebut” (Yani, 2008).
Terry E. Lawson, psikiater anak membagi kekerasan anak menjadi 4 (empat)
macam, yaitu emotional abuse, Child abuse , physical abuse dan sexual abuse. Child
abuse , terjadi ketika Ibu, mengetahui anaknya meminta perhatian, menyuruh anak itu
untuk “diam” atau “jangan menangis”. Anak mulai berbicara dan ibu terus menggunakan
kekerasan verbal seperti, “kamu bodoh”, “kamu cerewet”, “kamu kurang ajar”, dan
seterusnya (Solihin, 2014).
Emotional abuse (kekerasan emosional) yang biasanya juga lebih sering disebut dengan
kekerasan verbal paling banyak di dapat oleh anak-anak dari orang tua mereka. Bahkan
tanpa disadari, orang tua setiap hari melakukan Child abuse pada anaknya. Bentuk dari
Child abuse itu umumnya dilakukan dalam bentuk mengancam, mengkritik, membentak,
mengucilkan anak, memberi julukan negatif pada anak atau mengejek (Videbeck, 2008).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan pengkajian pada anak dengan kekerasan mental
2. Apa yang di maskud dengan etiologi
3. Apa saja manifestasi klinik
4. Bagaimana patofisiologi /pathwy
5. Bagaimana penatalaksaan keperawatan dan medis

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui defeisi kekerasan pada anak
2. Untuk mengetahui etiologi kekerasan pada anak
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik kekerasan pada anak
4. Untuk mengetahui patofisiologi /pathwy
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Defenisi kekerasan pada anak


Menurut Sutanto (2006), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak
yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak
berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat
penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian. Kekerasan anak lebih bersifat sebagai
bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak.
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang
merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik,
perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.
Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and
Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan
seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang
yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan
dan kesejahteraan anak terancam.

B. Etiologi
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child abuse,
yaitu:
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang memiliki
kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain, atau orang tua tidak
memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka memiliki harapan yang tidak
sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga orang tua terisolasi dari keluarga yang
lain, bisa isolasi sosial atau karena letak rumah yang saling berjauhan dari rumah
lain, sehingga tidak ada orang lain yang dapat memberikan support kepadanya.
2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini dapat
terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak
yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya
anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah (BBLR).
Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa
lama, padahal pada beberapa hari inilah normal bonding akan terjalin.
3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu
berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag sering terjadi
misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya
tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang  lebih besar bila
tidak ada orang lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat
terjadi pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi
maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi pada semua tingkatan

C. Manifestasi klinis

6
Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
1. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang tidak
mendaapat perlakuan salah.
2. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
a. Kecerdasan
1) Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
2) Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga
karena malnutrisi.
3) Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya
stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.
b. Emosi
1) Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif,
atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
2) Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau
bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik
diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh,
kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
c. Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak
dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu
menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
d. Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresif
terhadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan
orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya
sebagai hasil miskinnya konsep diri.
e. Hubungan social
Pada anak sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau
dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka
mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan2
kriminal lainnya.

D. Patofisiologi

7
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perubahan orang tua atau orang
yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik,
perkembangan emosional dan perkembangan secara umum.
Ada beberapa faktor yang menyababkan terjadinya chid abuse yaitu faktor anak, faktor
orang tua,dan faktor lingkungan.
 Faktor anak bisa di karenakan oleh anak tidak di inginkan,anak cacat,retardasi
mental,
 Faktor orang tua yaitu: orang tua pecandu alkohol,narkoba,kelainan
jiwa,depresi/stres,pengalaman penyaniyayaan waktu kecil.
 Faktor lingkungan yaitu : keluarga kurang harmonis,orang tua tidak
bekerja,kemiskinan.
Chid abuse dapat di lakukan oleh orang tua,anggota keluarga dan orang lain akan
menimbulakan tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan luka seperti lecet dan
lebab pada bagian tubuh anak sehingga dapat mengakibatkan nyeri akut pada daerah
luka. Selain itu tindakan chid abuse juga dapat menyebabkan masalah kesehatan
mental dan gangguan psikilogis sehingga anak memeliki resiko prilaku kekerasan
terhadap diri sendiri. Akibat chud abuse, anak biasanya di terlantarkan sehingga dapat
mengakibatkan asupan diet pasa anak tidak cukup sehingga kadar glukosa darah
cenderung renda dan memiliki resikio ketidakstabilan kadar gula darah

8
PATHWAY

Faktor orang tua :


Faktor lingkungan
Faktor anak:
1. pecandu alkihol
1. orang tua
1. anak tidak di
2.narkoba tidak bekerja
inginkan
2. kemiskinan
2. anak catat 3. kelainan jiwa

3. retardasi mental 4.depresi/stres

5.pengalaman
penganiyan waktu kecil

Child abuse

penelantaran Kekerasan
1. masalah kesehatan
mental

2.gangguan psikologis
Asupan diet tidak Luka akibat kekerasan
cukup

Resiko prilaku kekerasan


Nyeri akut
Resiko tidakstabilan terhadap diri sendiri
glucosa darah

9
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Adapun tata cara pemeriksaan terhadap korban kekerasan terhadap anak meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan persetujuan/penolakan untuk dilakukan pemeriksaan medis (informed
consent/informed refusal) untuk menjelaskan kepada anak maupun orang tua tentang
maksud, tujuan, proses dan lama pemeriksaan.
2. Anamnesis baik autoanamnesis maupun alloanamnesis dan bila perlu menggunakan
alat bantu seperti boneka, alat tulis dan alat gambar. Anamnesa terhadap anak yang
diduga sebagai korban dan pengantar sebaiknya dilakukan terpisah. Menilai adanya
kemungkinan ketidaksesuaian yang muncul antara penuturan orang tua/pengantar dan
anak dengan temuan medis.
3. Pemeriksaan fisik memeriksa keadaan umum meliputi kesadaran dan tanda vital,
memperhatikan apakah ada luka lama dan baru yang sesuai dengan urutan peristiwa
kekerasan yang dialami. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya memar/jejas
pada daerah yang tidak lazim terkena kecelakaan seperti pipi, lengan atas, paha,
bokong dan genital; perlukaan multipel dengan berbagai tingkat penyembuhan,
memiliki gambaran atau pola luka sesuai jari tangan, tali atau kabel, kepalan, ikat
pinggang bahkan gigi orang dewasa; patah tulang pada anak usia dibawah tiga tahun,
patah tulang baru dan lama yang ditemukan bersamaan, patah tulang ganda, patah
tulang bentuk spiral pada tulang panjang lengan dan tungkai, patah tulang kepala,
rahang dan hidung serta patahnya gigi; luka bakar seperti bekas sundutan rokok, luka
bakar pada angan, kaki atau bokong akibat kontak bagian-bagian tubuh tersebut
dengan benda panas, dan bentuknya sesuai dengan benda panas yang digunakan;
cedera pada kepala seperti hematoma subkutan atau subdural, bercak/area kebotakan
akibat tertariknya rambut, baik yang baru atau berulang; dislokasi sendi bahu atau
pinggul. Pada kasus kekerasan seksual, perlu diperhatikan adanya tanda-tanda
perlawanan seperti pakaian yang robek, bercak darah pada pakaian dalam, gigitan,
cakaran, ekimosis, hematoma, serta diperiksa adanya tanda-tanda persetubuhan serta
perlu diperiksa adanya luka di daerah sekitar paha, vulva dan perineum.
4. Pemeriksaan status mental perlu dilakukan karena dampak dari kekerasan dapat
menimbulkan distres serta gejala-gejala paska trauma. Gejala yang muncul antara lain
ketakutan, siaga berlebihan (mudah kaget, curiga), panik dan berduka (perasaan sedih
terus menerus).
5. Pemeriksaan penunjang dapat meliputi pemeriksan Rontgen dan USG, pemeriksaan
laboratorium darah dan urin rutin. Pada kasus kekerasan seksual dapat ditambah
pemeriksaan penapisan (screening) penyakit menular seksual, test kehamilan,
pemeriksaan mikroskopis sperma serta pemeriksaan toksikologi.

10
Pada kasus kekerasan terhadap anak dapat dilakukan rujukan yang berupa :
1. Rujukan medis : dilakukan dari puskesmas ke Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD), Rumah Sakit Umum Pusat atau Rumah Sakit Bhayangkara
2. 2. Rujukan non medis dilakukan untuk memperoleh bantuan pendampingan
psikososial dan bantuan hukum antara lain ke Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Unit Pelayanan Perempuan dan
Anak (UPPA), rumah aman/shelter atau Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA) atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Penanganan rujukan
non medis di rumah sakit dilakukan melalui pelayanan terpadu atau one stop
service atau Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) atau Pusat Krisis Terpadu.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Emotional abuse (kekerasan emosional) yang biasanya juga lebih sering disebut
dengan kekerasan verbal paling banyak di dapat oleh anak-anak dari orang tua mereka.
Bahkan tanpa disadari, orang tua setiap hari melakukan Child abuse pada anaknya.
Bentuk dari Child abuse itu umumnya dilakukan dalam bentuk mengancam, mengkritik,
membentak, mengucilkan anak, memberi julukan negatif pada anak atau mengejek.

Kekerasan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun
psikologis. Namun, Child abuse biasanya tidak berdampak secara fisik kepada anak,
tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan.

B. Saran

Pentingnya peran orangtua khususnya peran ibu dalam membimbing dan


mendidik anak sejak lahir sampai dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk
bertingkah laku yang baik. Peran ibu selaku orang tua bertanggungjawab menjaga dan
memperhatikan kebutuhan anak, mengelola kehidupan rumah tangga, memikirkan
keadaan ekonomi dan makanan anak-anaknya, memberi teladan akhlak, serta
mencurahkan kasih sayang bagi kebahagian dan tumbuh kembang anak

12
DAFTAR PUSTAKA

https://202.137.25.13/ejurnal/pdf/manuskripAlurpelaporanKTA.pdf
https://www.scribd.com/doc/114432373/Askep-kekerasan-pada-anak-child-abuse
https://www.scribd.com/document/361818937/PATHWAY-Child-Abuse

13

Anda mungkin juga menyukai