PAPER
Disusun oleh:
Pembimbing:
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha, yang telah
memberikan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis M.Ked(Oph), Sp.M(K)
selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah
ini.
Makalah ini berjudul “Transient Visual Loss” dimana tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan Astigmstisma. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran serta diharapkan
mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan
yang bersifat membangun dan saran – saran yang akhirnya dapat memberikan
manfaat bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR ISI
ii
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR T ABEL
iv
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Transient Visual Loss ini
antara lain:
1. Membahas mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, diagnosis, klasifikasi,
diagnose banding, penatalaksanaan, dari Transient Visual Loss.
2. Menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik senior di Departmen Ilmu
Penyakit Mata RS USU Medan.
1.3. Manfaat
2
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Retina
Retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata, terletak di antara koroid
dan vitreous. Pada retina terdapat makula di polus posterior yang berguna dalam
penglihatan sentral dan penglihatan warna. Retina meluas dari pinggir nervus
optikus ke ora serrata. Ketebalan retina kira-kira 0,12 mm pada ora serata dan 0,56
mm di sekeliling papil nervus optik.9,11
Lapisan retina pada potongan melintang tersusun dalam sepuluh lapisan
yaitu : epitel pigmen retina, fotoreseptor yaitu sel batang dan kerucut, membrana
limitans eksterna, lapisan nuklear luar, lapisan pleksiform luar, lapisan nuklear
3
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
dalam, lapisan pleksiform dalam, lapisan sel ganglion, lapisan serabut saraf, dan
membrana limitans interna.12,13,14
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama
pembiasan cahaya, hal ini terjadi apabila cahaya melalui perantara yang berbeda
kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, aquous humor, lensa dan
vitreous. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau
cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi
pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga
penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang
melewatinya dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-
tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan yaitu pergerakan bola mata
sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang
dilihat.2,8
4
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
5
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.1.6 Radiasio-optik
Radiasio optik membentang dari badan genikulatum lateral ke arah kortek
visual, yang berlokasi di sebelah medial lobus oksipital, diatas dan di bawah fissura
calcarina. Radiasio optik mengandung akson dari neuron ke tiga visual pathway
yang berasal dari badan genikulatum lateral.16,17
2.2.2 Epidemiologi
Frekuensi gangguan visual sementara pada anak-anak belum diketahui
dengan pasti, tetapi sedikit dipahami. Di seluruh dunia, kehilangan penglihatan
sementara itu jarang ditemukan. Gangguan visual sementara lebih sering terjadi
pada orang dewasa dibandingkan anak-anak. Selain itu, profil etiologi pada orang
dewasa berbeda dengan pada anak-anak.19
Distribusi jenis kelamin secara keseluruhan kehilangan penglihatan
sementara pada anak-anak tidak diketahui. Namun, migrain merupakan penyebab
umum kehilangan penglihatan sementara pada semua umur, lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pada pria. Di Amerika Serikat, prevalensi migrain
selama 1 tahun adalah 14-18% pada wanita dan 6% pada laki-laki, meskipun
6
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
dominasi perempuan tidak terlihat sampai setelah menarche. Pada anak-anak yang
lebih muda dari 7 tahun, anak laki-laki yang terkena migrain hampir sama atau
sedikit lebih sering daripada anak perempuan. Gejala visual yang tidak
bisadijelaskan secara medis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Menurut Griffiths et al, dari mereka yang terkena dampak kehilangan penglihatan
yang tidak bisa dijelaskan ini, 79% adalah perempuan dan 21% adalah laki-laki.19
2.2.3 Etiologi
Kehilangan penglihatan sementara mungkin unilateral atau bilateral dan
dapat berlangsung dari detik hingga jam. Episode sering berasal iskemik, tetapi
kondisi lain harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding (misalnya, mata
kering, migrain). Penyebab hilangnya penglihatan sementara iskemik termasuk
arteritis giant cell, iskemia serebrovaskular, dan emboli arteriolar retina. Beberapa
penulis menyebut kehilangan penglihatan sementara iskemik sebagai sindrom
Amaurosis Fugax, sehingga kehilangan penglihatan sementara bisa menjadi gejala
dari penglihatan serius atau kondisi yang mengancam jiwa, membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan segera, atau mungkin adanya kondisi lain
(misalnya, migrain, mata kering).18,19
TVL tidak selalu dapat dikaitkan dengan Amaurosis Fugax. Karena banyak
pasien datang ke dokter mata dengan TVL sebagai pertanda penyakit
serebrovaskular, penting untuk menyadari potensi terjadinya stroke di kemudian
hari, tetapi tidak mengesampingkan semua TVL menjadi Amaurosis Fugax. Tabel
1 mencantumkan penyebab utama yang perlu dipertimbangkan ketika pasien datang
dengan TVL. Terdapat beberapa penyebab yang kurang umum untuk TVL,
termasuk berbagai kondisi neurologis dan oftalmikus. Kadang-kadang, tidak ada
penyebab yang dapat diidentifikasi, meskipun seringnya karena gangguan
mekanisme pembuluh darah (misalnya, vasospasme).19,20
Salah satu langkah pertama untuk melokalisasi penyebab TVL adalah untuk
menentukan apakah gejalanya bersifat monokular atau binokular. Dari sudut
pandang klinis-anatomi, gangguan visual monokuler berimplikasi pada lesi (atau
mekanisme kehilangan penglihatan) anterior ke kiasma, sedangkan kehilangan
7
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
penglihatan binokular berimplikasi disfungsi pada daerah pasca kiasma dari jalur
visual aferen. Namun, banyak proses patologis yang melibatkan sistem saraf pusat
(SSP), termasuk peningkatan tekanan intrakranial dan demielinisasi dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan monokular atau binokular, tergantung pada
simetri, keparahan, dan luasnya masalah.21
Migrain kompleks
Monokular atau binokular Papiledem atau penyakit diskus optikus (pengaburan visual
sementara)
Fenomena Uhthoff
8
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
Gambar 2 Ilustrasi sirkulasi anterior di mana darah disuplai ke bagian anterior dari
kedua hemisfer otak dan mata. Darah dibawa dari jantung melalui arteri karotis
interna dan eksterna untuk memasok otak; arteri karotis interna (ICA) bercabang ke
dalam arteri oftalmikus dan selanjutnya ke arteri retina sentral untuk memasok
mata. Arteri karotis eksternal penting untuk sirkulasi kolateral untuk orbit dan otak
ketika ada stenosis ICA yang parah.21
9
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.2.4 Klasifikasi
Transient Monocular Visual Loss
Penyebab tersering dari Transient Monocular Visual Loss antara lain adalah
penyebab okular, orbital, dan kelainan sistemik.9
A. Okular
Pasien dengan blefarospasme yang tidak dapat membuka matanya dapat
mengalami kehilangan penglihatan sesaat, yang disebabkan irregulariti permukaan
tear film kornea. Pada pemeriksaan slit lamp dapat ditemukan permukaan tear film
dan kornea yang abnormal, dengan tear breakup time memendek dan punctate
keratopathy mengarah ke keratitis sicca, pemeriksaan schirmer dapat
mengkonfirmasi produksi tear film yang inadekuat. Inflamasi atau perdarahan juga
dapat berhubungan dengan penurunan visus.2,4,9
TMVL yang diikuti melihat cahaya terang (sunlight) mengindikasikan
adanya gangguan pada makula, seperti detachment atau age related macula
degeneration atau iskemia okular. Transient visual loss yang diikuti melihat halo
dan nyeri harus selalu dilakukan pemeriksaan gonioskopi untuk mencari
kemungkinan glaukoma sudut tertutup. Kadang, pasien dengan papiledem
mengeluh melihat bayangan abu-abu atau bayangan hitam, yang berlangsung
selama 10 detik, yang sering dipengaruhi perubahan posisi.2,4,9
B. Orbital
Pasien dengan massa di orbital, seperti hemangioma atau meningioma,
dapat mengalami obstruksi penglihatan sementara didaerah tertentu. Obstruksi ini
disebabkan penyumbatan pembuluh darah di posisi tertentu, dan merupakan
petunjuk adanya keterlibatan orbital.9,26
C. Sistemik
Pada TMVL, jika faktor penyebab okular dan orbital telah disingkirkan,
maka penyebab retinovaskular atau kardiovaskular perlu dipertimbangkan.
Amaurosis fugax merupakan jenis TMVL yang disebabkan iskemia atau
insufisiensi vaskular, dengan gejala mendadak, tidak ada rasa nyeri, kehilangan
10
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
D. Emboli
Emboli yang menjadi penyebab TMVL selalu berjalan didalam pembuluh
darah yang mensuplai nervus optikus, retina atau keduanya, dan kemudian menetap
disana. Emboli dapat diperiksa dengan jelas menggunakan oftalmoskop, sehingga
kemungkinan lokasi emboli tersebut dapat menjadi petunjuk untuk evaluasi pasien
Ada tiga tipe emboli tersering yang ditemukan yaitu colesterol, platelet fibrin dan
kalsium. Penyebab emboli lainnya bervariasi, yaitu cardiac tumor (myxoma), lemak
(fraktur tulang panjang, pakreatitis), sepsis, udara, silikon dan deposit obat
(kortikosteroid). Pembentukan ateroma sering ditemukan di bifurkasio arteri karotis
internal dan eksternal. Ateroma bersifat statis, berkembang menjadi fibrin, ulserasi,
progresif, dan menyebabkan lumen pembuluh darah menjadi sempit dan tersumbat.
Hipertensi, diabetes, hiperkolesterol dan merokok juga merupakan faktor resiko
yang dapat dicegah.(1, 3, 10)
E. Vaskulitis
TMVL pada pasien usia tua (selalu diatas 50 tahun) dapat disebabkan Giant
Cell Arteritis, oleh karena itu pemeriksaan diagnostik harus mencakup pemeriksaan
sedimentasi westergen dan C-reaktif protein. Pada anamnesa pasien harus di
tanyakan apakah ada keluhan sakit kepala, rambut rontok, penurunan berat badan
penurunan nafsu makan, nyeri sendi proksimal. Gejala koroidal hipoperfusi atau
perubahan pada pemeriksaan fluorescein angiography dapat merupakan petunjuk
adanya vaskulitis. Namun walaupun telah dilakukan pengobatan dini dengan
kortikosteroid, Giant Cell Areritis yang didahului dengan TMVL kadang-kadang
dapat berkembang menjadi kehilangan penglihatan permanen.1,8
11
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
F. Hipoperfusi
Hipoperfusi dapat menyebabkan TMVL pada beberapa situasi. Pertama
pada pasien dengan penyakit oklusi sistem vena retina. Beberapa pasien dengan
oklusi vena retina sentral mengeluhkan gangguan penglihatan selama beberapa
detik hingga beberapa menit, dan kemudian kembali ke visus normal.9
Kondisi kedua adalah penurunan penglihatan perifer, pasien dapat
mengalami kehilangan penglihatan selama 1-2 menit. Keluhan TMVL dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi dari duduk ke berdiri. Hipoperfusi juga dapat
disebabkan aritmia kardiak atau stenosis pembuluh darah besar yang berat. Kondisi
ketiga pasien dengan TMVL yang disebabkan hipoperfusi adalah sindrom iskemik
okular, dengan karakteristik hipotensi, iskemik retinopati dengan tekanan arteri
retina yang rendah, perfusi yang tidak baik dan retinopati area mid perifer.9
12
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
mengindikasikan disfungsi
saraf optik
A. Migren
Penyebab tersering transient binocular vision loss adalah defek homonymus
hemianopsia yang disebabkan oleh migren. Kadang-kadang kejadian ini dapat
berlanjut menjadi defek lapangan pandang yang progresif dan diklasifikasikan
sebagai komplikasi migren.27,2
13
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
B. Massa di oksipital
Pada pasien dengan keluhan sakit kepala episodik dan visual loss, jika
serangan selalu terjadi pada sisi yang sama atau jika keluhan visual diikuti oleh
onset sakit kepala, harus dicurigai adanya suatu lesi di kepala, yang biasanya adalah
malformasi arterio-vena oksipital atau tumor. Pasien sebaiknya dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan MRI kepala dengan kontras dan jika memungkinkan
melakukan angiografi kepala.17,27,28
C. Iskemia oksipital
Biasanya saat pasien dengan migren beranjak dewasa intensitas sakit kepala
akan berkurang atau sakit kepala terjadi setelah gejala visual. Dilema untuk
menegakkan diagnosa terjadi jika jika pasien yang mengalami migren untuk
pertama kalinya adalah orang dewasa. Membedakan antara vasospasme migren dan
insufisiensi vertebrobasilar sulit. Pasien harus melakukan beberapa pemeriksaan
seperti MRI dan MRA untuk mengevaluasi sirkulsi kepala, jika hasilnya negatif,
maka biasanya prognosis adalah baik.3,27
Transient reccurent bilateral visual blurring merupakan gejala tersering
dari insuf vertebrobasilar. Sistem vertebrobasilar yang terdiri dari arteri serebral
posterior, vertebral dan basilar mensuplai area kortex oksipital, brainstem dan
serebelum. Pasien dengan insufisiensi vertebrobasilar biasanya akan menunjukkan
gejala oftalmologi, yaitu keluhan gangguan visual dan keluhan okular motor.3,9
D. Kejang Oksipital
Kejang oksipital biasanya menghasilkan sebuah fenomena visual, seperti
penglihatan berwarna, cahaya berputar-putar, yang biasanya terjadi selama 1-2
menit. Pada orang dewasa, kejang oksipital biasanya menunjukkan adanya
struktural lesi seperti tumor, trauma, atau malformasi arteri-vena, sementara pada
anak-anak, kejang biasanya merupakan proses yang jinak. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan antaralain elektroensefalogram (EEG), dan pengobatan yang
diberikan adalah terapi antikonvulsi.7,16
2.2.5 Diagnosis
14
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
15
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
ii. Inspeksi
Inspeksi pada wajah dan mata penting untuk melihat adakah ptosis,
proptosis, injeksi atau kemosis (edema konjungtiva). Pemeriksaan tajam
penglihatan harus dilakukan untuk menilai penglihatan yang ada (termasuk riwayat
penggunaan kacamata).23
iii. Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapang pandang untuk konfrontasi sangat penting khususnya
dalam kasus-kasus di mana riwayat kehilangan penglihatan yang disebabkan
gangguan di retina atau neurologis.23
16
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
17
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
vi. Funduskopi
Fundoskopi harus dilakukan setelah dilatasi jika pemeriksaan pupil
normal dan tidak dicurigai adanya trauma atau glaukoma akut sudut
tertutup. Sebelum memeriksa segmen posterior, reflex fundus harus dinilai
di setiap mata, untuk menyingkirkan kemungkinan kekeruhan media
refrakta seperti katarak atau perdarahan vitreous, atau keadaan patologi
intraokular seperti ablasio retina.23
Gambar 6 Gambaran edema diskus yang pucat pada arterits giant cell neuropati
optik iskemik anterior.23
18
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
19
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan kehilangan penglihatan sementara tergantung pada
penyebabnya. Jika suatu kejadian iskemik diduga, maka pasien harus dirujuk ke
dokter untuk penyelidikan atas faktor risiko kardiovaskular dan serebrovaskular.
Beberapa pasien mendapatkan keuntugan dari terapi antitrombotik atau operasi
karotid. Jika kehilangan penglihatan sementara adalah monocular, maka sistem
karotis harus diselidiki, biasanya dengan cara USG Doppler karotis.29
Investigasi lain mungkin termasuk echocardiography, hitung darah lengkap
(untuk menyingkirkan anemia), dan penanda inflamasi ketika arteritis sel raksasa
dicurigai. Neuroimaging penting bagi mengesampingkan patologi intrakranial yang
mempengaruhi jalur visual, terutama pada pasien dengan gangguan binocular. Pada
kasus dengan diagnosis yang tidak pasti, tindak lanjut perawatan yang adekuat
sangat penting. Anak-anak dengan gangguan penglihatan sementara yang tidak bisa
dijelaskan harus dimonitor secara seksama.29
2.2.8 Komplikasi
Meskipun transient visual loss adalah suatu kondisi yang cepat berlalu yang
menyebabkan gejala-gejala berlangsung dari beberapa menit hingga satu jam, itu
sering merupakan indikator yang harus diperhatikan dari kondisi medis yang
mendasarinya. Ini termasuk peningkatan risiko strok, yang bisa mematikan. Jika
seseorang mengabaikan tanda-tanda ini, mereka berisiko mengalami komplikasi
yang lebih parah.21
2.2.9 Prognosis
Transient Visual Loss adalah gejala yang tidak boleh diremehkan karena
dapat menunjukkan kemungkinan seseorang akan mengalami strok. Jika seseorang
itu mengalami episode singkat kebutaan sementara, mereka harus segera
berkonsultasi dokter. Dalam kasus TVL, semakin cepat suatu kondisi dirawat,
semakin kecil kemungkinan komplikasi parah akan terjadi.21
20
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 3
KESIMPULAN
21
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Gregory L. Skuta LBC, Jayne S. Weiss. The Patient With Transient Visual
Loss. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2011-2012. p.
173-186.
2. Grant T. Liu NJV, Steven L. Galetta. Transient Visual Loss. Neuro-
Ophthalmology, Diagnosis and Management. Philadelphia: Saunders; 2010.
p. 363-374.
3. Tatham AJ. Transient Loss of Vision. . www.medscapecom/public. 2015
4. Amick A, Caplan LR. Transient monocular visual loss. Comprehensive
ophthalmology update. 2007;8(2):91-8; discussion 99-100.
5. Syndee Givre GPVS. Amaurosis fugax (transient monocular or binocular
visual loss). http://www.uptodate.com/; 2014.
6. Amar Agarwal AA. Visual Pathway. Manual of NeuroOpthalmology.
India: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2008. p. 73-103.
7. Khurana A. Neuro-ophthalmology Comprehensive Opthalmology. India:
New Age Publisher; 2007. p. 287-312.
8. Ulrich Schifer HW, William Hart. Functional Anatomy of Human Visual
Pathway. Clinical Neuro-Opthalmology. New York: Springer; 2007. p. 19.
9. Skuta GL CL. The Eye Fundamental and Principles of Ophthalmology.
Singapore: American Academy Ophthalmology,; 2011-2012. 67-78
10. Lang GK. n, :Edition textbook atlas. Ophtalmology pocket. Germany: Appl
Aprinta Druk; 2006. p. 305-310.
11. Loius B, Christopher J, George A. Fundamentals and Principles of
Ophtalmology ; The Eye. 2017-2018. p. 68-72
12. JM M. Ocular Embryology and Anatomy. Retina. 4th ed. Philadelpia:
Elservier Mosby 2006. 7-10
13. Lorenzo C. MBBS BS. Visual pathway [Internet]. Kenhub; 2020 Available
from: https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/the-visual-pathway
14. Crick RP KP. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Singapore: Word
Scientific Publishing; 2003. 15-19
22
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
15. Monkhouse S. The Optic Nerve. Cranial Nerve, Functional Anatomy. New
York: Cambridge University Press; 2006. p. 115-20.
16. Kansky JJ. Neuropothalmology. In: Edward R, editor. Clinical
Opthalmology. USA: Elsevier; 2007. p. 785-836.
17. Remington LA. Visual Pathway. Clinical Anatomy of the Visual System.
USA: Elsevier; 2012. p. 230-40.
18. American Academy of Ophtalmology . The Patient with Transient Visual
Loss. In: Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA, eds. Basic and Clinical
Science Course 2016-2017. Volume 14. San Fransisco: Amer Academy Of
Ophthalmo,2016. p: 229-244.
19. Tatham AJ, Lee AG, Nguyen H, Kini A, Al Othman BAM, Law SK, Lawton
AW etal. Transient Vision Loss (TVL). 2018
https://emedicine.medscape.com/article/1435495-overview
20. Pula JH, Kwan K, Yuen CA, Kattah JC. Update on the evaluation of
transient vision loss. Clinical Ophthalmology. 2016; 297–303.
21. Porzukowiak TR. Transient Visual Loss. 2018
https://www.aaopt.org/docs/2018/2018-handouts/no/v1ses_no-
11.pdf?sfvrsn=7f7864c4_4 –
22. Chung H, Burton JM, Costello. Transient vision loss: a neuro- ophtalmic
approach to localizing the diagnosis. Expert Review of Ophtalmology.
3(13): 2018. 171-185.
23. Wu Z and Medeiros FA. Recent developments in visual field testing for
glaucoma. Curr Opin Ophthalmol.29(2): 2018. 141-146.
24. Chang DS, Xu L, Boland MV, Friedman DS. Accuracy of Pupil Assessment
for the Detection of Glaucoma: A Systematic Review and Meta-analysis.
Ophthalmology. 120(11): 2013. 217-225.
25. Vodopivec I, Cestari DM, Rizzo III JF: Managementof Transient
Monocular Vision Loss and Retinal Artery Occlusions.Seminars in
Ophthalmology. 32(1): 2017. 1-9.
26. Chan JW. Ischemic Optic Neuropathies. Optic Nerve Disorders. USA:
Springer; 2007. p. 30-60.
23
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
24