Anda di halaman 1dari 29

PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

PAPER

TRANSIENT VISUAL LOSS

Disusun oleh:

Arvind a/l Chelvaray


130100463

Pembimbing:
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha, yang telah
memberikan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis M.Ked(Oph), Sp.M(K)
selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah
ini.
Makalah ini berjudul “Transient Visual Loss” dimana tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan Astigmstisma. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran serta diharapkan
mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan
yang bersifat membangun dan saran – saran yang akhirnya dapat memberikan
manfaat bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 29 Mei 2020

Penulis

i
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1.Latar Belakang................................................................................................1
1.2.Tujuan .............................................................................................................2
1.3.Manfaat ...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1. Anatomi dan Fisiologi Visual Pathway ........................................................3
2.1.1. Retina .................................................................................................3
2.1.2. Nervus Optikus ..................................................................................4
2.1.3. Kiasma Optikum ................................................................................5
2.1.4. Traktus Optikus ..................................................................................5
2.1.5. Badan Genikulatum Lateral ...............................................................5
2.1.6. Radiasio-optik ....................................................................................6
2.1.7. Kortek Visual .....................................................................................6
2.2. Transient Visual Loss ....................................................................................6
2.2.1. Definisi ...............................................................................................6
2.2.2. Epidemiologi ......................................................................................7
2.2.3. Etiologi ...............................................................................................7
2.2.4. Klasifikasi ........................................................................................10
2.2.5. Diagnosis ..........................................................................................15
2.2.6. Diagnosa Banding ............................................................................19
2.2.7. Penatalaksanaan ...............................................................................20
2.2.8. Komplikasi .......................................................................................20
2.2.9. Prognosis ..........................................................................................20
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

ii
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Komponen Visual Pathway ..............................................................3


Gambar 2 Ilustrasi Sirkulasi Anterior ..............................................................9
Gambar 3 Ilustrasi Sirkulasi Posterior ..............................................................9
Gambar 4 Pemeriksaan Konfrontasi ...............................................................16
Gambar 5 Pemeriksaan RAPD ........................................................................17
Gambar 6 Gambaran edema diskus yang pucat .............................................18
Gambar 7 Gambaran emboli dalam cabang arteri retina ...............................18
Gambar 8 Gambaran oklusi arteri retina sentral ............................................19

iii
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

DAFTAR T ABEL

Tabel 1 Kategori kehilangan penglihatan sementara ...................................8


Tabel 2 Temuan pemeriksaan fisik pada monokular .................................12
Tabel 3 Pertanyaan terkait saat aanamnesis ...............................................15
Tabel 4 Diagosa Banding TVL ..................................................................19

iv
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transient visual loss (TVL) adalah kehilangan penglihatan mendadak, baik


parsial atau komplit, pada kedua mata atau sebelah mata yang yang berlangsung
selama beberapa detik atau beberapa menit, namun kurang dari 24 jam. Penyebab
tersering berasal dari kelainan vaskuler yang bersifat sementara ataupun kelainan
pada jalur afferent visual di otak.1,2
Pada orang dewasa, TVL seringkali disebabkan oleh proses iskemik, yang
antara lain disebabkan giant cell arteritis, iskemia serebrovaskular, emboli arteri
retina dan Amaurosis Fugax Syndrome. Transient visual loss dapat merupakan
pertanda adanya gangguan penglihatan serius yang memerlukan investigasi dan
terapi segera, atau dapat juga hanya gejala ringan yang menyertai migren. TVL pada
anak jarang terjadi, dan biasanya menyertai keluhan migraine atau bersamaan
dengan gejala epilepsi.3
Penentuan TVL terjadi monokular atau binokular penting untuk mengetahui
lokasi lesi. Pada kelainan yang monokular, permasalahan sering terjadi di daerah
prekiasma, sementara kelainan binokular kelainan terjadi di daerah kiasma atau
retrokiasma. Persepsi monokular atau binokular sering diragukan dengan
homonymous visual loss. Apabila pasien mengatakan kehilangan pandangan di
daerah temporal hanya pada sebelah mata, pertimbangkan bahwa defisit yang
terjadi adalah transient homonymous hemianopia yang terjadi disebelah mata.1,4
TVL baik monokular atau binokular merupakan sekelompok kelainan
dengan gejala bervariasi. Anamnesa mendalam dan pemeriksaan fisik penting
untuk menentukan lokasi kelainan di jalur visual pathway, menentukan etiologi,
dan jika ada indikasi melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi
dan menyingkirkan diagnosa diferensial. Pada makalah ini akan dibahas mengenai
anatomi dan fisiologi visual pathway, TVL monokular dan binokular, serta
pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa.5

1
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Transient Visual Loss ini
antara lain:
1. Membahas mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, diagnosis, klasifikasi,
diagnose banding, penatalaksanaan, dari Transient Visual Loss.
2. Menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik senior di Departmen Ilmu
Penyakit Mata RS USU Medan.

1.3. Manfaat

Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan


baik bagi penulis maupun pembaca terkait dengan Ektropion, serta dapat menjadi
sumber referensi untuk makalah selanjutnya.

2
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Visual Pathway


Visual pathway bermula di retina dan berakhir pada area kortikal. Ada tujuh
bagian yang dilewati oleh impuls visual, yaitu retina, nervus optikus, chiasma
optikum, traktus optikus, badan genikulatum lateral, radiasio optik, dan kortex
visual.6,7

Gambar 1 Komponen Visual Pathway8

2.1.1 Retina
Retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata, terletak di antara koroid
dan vitreous. Pada retina terdapat makula di polus posterior yang berguna dalam
penglihatan sentral dan penglihatan warna. Retina meluas dari pinggir nervus
optikus ke ora serrata. Ketebalan retina kira-kira 0,12 mm pada ora serata dan 0,56
mm di sekeliling papil nervus optik.9,11
Lapisan retina pada potongan melintang tersusun dalam sepuluh lapisan
yaitu : epitel pigmen retina, fotoreseptor yaitu sel batang dan kerucut, membrana
limitans eksterna, lapisan nuklear luar, lapisan pleksiform luar, lapisan nuklear

3
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

dalam, lapisan pleksiform dalam, lapisan sel ganglion, lapisan serabut saraf, dan
membrana limitans interna.12,13,14
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama
pembiasan cahaya, hal ini terjadi apabila cahaya melalui perantara yang berbeda
kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, aquous humor, lensa dan
vitreous. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau
cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi
pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga
penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang
melewatinya dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-
tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan yaitu pergerakan bola mata
sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang
dilihat.2,8

2.1.2 Nervus Optikus


Nervus optikus merupakan bagian dari Sistem Saraf Pusat (SSP) yang
memiliki lebih sedikit sel neuron dan terisolasi dari sel lain yang umumnya berada
di otak. Nervus optikus terdiri dari akson sel ganglion retina dan sel glia. Jumlah
akson cenderung tetap, sedangkan jumlah sel glia dan mielin relatif bervariasi di
berbagai tempat dibandingkan akson. Nervus optikus membentang dari retina
melewati foramen sklera posterior hingga ganglion genikulatum lateral di
thalamus.15
Pada manusia, panjang nervus optikus yang terbentang dari belakang bola
mata hingga kiasma optikum adalah sekitar 50 mm dan terdiri dari empat bagian:
1) Bagian intraokuler (head nervus optikus) memiliki panjang sekitar 1 sampai 1.5
mm dengan diameter transversal terhadap sklera sebesar 1,5 mm.
2) Bagian intraorbital dimulai dari bagian posterior permukaan sklera, memiliki
panjang sekitar 30-40 dan diameter 3-4 mm. Bagian ini memiliki sinous course
sehingga tetap memungkinkan gerakan excursi bola mata. Sekitar 8-15 mm
dibelakang bola mata, a.centralis retina berpenetrasi kedalam nervus optikus.

4
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

3) Bagian intrakanalikuler yang memiliki panjang sekitar 5-8 mm terfiksasi erat di


dalam kanalis optikus.
4) Bagian intrakranial memiliki panjang sekitar 10 mm dan bergabung dengan
nervus kontralateral membentuk kiasma optikum. Karena merupakan bagian
dari SSP, bagian intarorbita nervus optikus diselubungi pula oleh lapisan
piamater, araknoid, dan duramater.15

2.1.3 Kiasma Optikum


Kiasma optikum berlokasi di depan hipotalamus, di atas ventrikel tiga,
membentang di daerah circle of Willis, mempunyai lebar 12 mm, panjang 8 mm,
dan tebal 4 mm. Kiasma optikum disuplai oleh cabang kecil arteri serebri anterior
proksimal dan arteri komunikata anterior. Nervus Optikus bertemu di kiasma
optikum yang terletak di anterior hipofise. Di kiasma, serat saraf dari bagian nasal
satu mata bertemu dengan serat saraf dari bagian temporal mata lain, dan kemudian
bersama-sama masuk ke traktus optikus.9,15

2.1.4 Traktus Optikus


Traktus optikus merupakan suatu bundel serat syaraf berbentuk silindris
yang berjalan keluar dari kiasma optikum ke arah posterolateral. Masing-masing
traktus optikus berisi serat saraf dari retina bagian temporal dan retina bagian nasal
dari mata yang berlawanan. Di posterior mata, masing-masing serabut ini berakhir
di badan genikulatum lateral. Serat saraf yang membawa impuls reflek pupil
melewati area nukleus pretektal di midbrain, yang masuk sampai ke daerah
brachuim superior, dan beberapa serat berakhir di colliculus superior.7

2.1.5 Badan Genikulatum Lateral


Merupakan suatu struktur berbentuk oval, yang terletak di bagian posterior
talamus. Masing-masing badan genikulatum terdiri dari enam lapisan saraf grey
matter yang diselingi lapisan white matter yang dibentuk oleh serat optik.
Informasi dari semua sistem sensoris kecuali dari olfaktori, berjalan melewati
thalamus sebelum ditransfer ke kortek serebri, kemudian informasi visual diproses
di BGL selanjutnya di teruskan ke area kortikal yang lebih tinggi.7,16,17

5
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

2.1.6 Radiasio-optik
Radiasio optik membentang dari badan genikulatum lateral ke arah kortek
visual, yang berlokasi di sebelah medial lobus oksipital, diatas dan di bawah fissura
calcarina. Radiasio optik mengandung akson dari neuron ke tiga visual pathway
yang berasal dari badan genikulatum lateral.16,17

2.1.7 Kortek Visual


Kortek visual mempunyai ketebalan sekitar 2mm, terletak didaerah medial
dari lobus oksipital, diantara fissura Calcarina. Kortek visual termasuk dalam area
visuosensory (striate area 17), yang menerima serabut saraf dari radiasio optik, dan
dikelilingi area visuopsychic (peristriate area 18 dan parastriate area 19).16,17

2.2 Transient Visual Loss


2.2.1 Definisi
Transient Visual Loss (TVL) adalah hilangnya fungsi penglihatan secara
tiba-tiba (sebagian atau seluruhnya) pada satu atau kedua mata yang berlangsung
kurang dari 24 jam. Pada orang dewasa, kehilangan penglihatan sementara (TVL)
adalah keluhan yang sering dijumpai yang, dalam banyak kasus, memiliki penyebab
yang dapat diidentifikasi.18

2.2.2 Epidemiologi
Frekuensi gangguan visual sementara pada anak-anak belum diketahui
dengan pasti, tetapi sedikit dipahami. Di seluruh dunia, kehilangan penglihatan
sementara itu jarang ditemukan. Gangguan visual sementara lebih sering terjadi
pada orang dewasa dibandingkan anak-anak. Selain itu, profil etiologi pada orang
dewasa berbeda dengan pada anak-anak.19
Distribusi jenis kelamin secara keseluruhan kehilangan penglihatan
sementara pada anak-anak tidak diketahui. Namun, migrain merupakan penyebab
umum kehilangan penglihatan sementara pada semua umur, lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pada pria. Di Amerika Serikat, prevalensi migrain
selama 1 tahun adalah 14-18% pada wanita dan 6% pada laki-laki, meskipun

6
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

dominasi perempuan tidak terlihat sampai setelah menarche. Pada anak-anak yang
lebih muda dari 7 tahun, anak laki-laki yang terkena migrain hampir sama atau
sedikit lebih sering daripada anak perempuan. Gejala visual yang tidak
bisadijelaskan secara medis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Menurut Griffiths et al, dari mereka yang terkena dampak kehilangan penglihatan
yang tidak bisa dijelaskan ini, 79% adalah perempuan dan 21% adalah laki-laki.19

2.2.3 Etiologi
Kehilangan penglihatan sementara mungkin unilateral atau bilateral dan
dapat berlangsung dari detik hingga jam. Episode sering berasal iskemik, tetapi
kondisi lain harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding (misalnya, mata
kering, migrain). Penyebab hilangnya penglihatan sementara iskemik termasuk
arteritis giant cell, iskemia serebrovaskular, dan emboli arteriolar retina. Beberapa
penulis menyebut kehilangan penglihatan sementara iskemik sebagai sindrom
Amaurosis Fugax, sehingga kehilangan penglihatan sementara bisa menjadi gejala
dari penglihatan serius atau kondisi yang mengancam jiwa, membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan segera, atau mungkin adanya kondisi lain
(misalnya, migrain, mata kering).18,19
TVL tidak selalu dapat dikaitkan dengan Amaurosis Fugax. Karena banyak
pasien datang ke dokter mata dengan TVL sebagai pertanda penyakit
serebrovaskular, penting untuk menyadari potensi terjadinya stroke di kemudian
hari, tetapi tidak mengesampingkan semua TVL menjadi Amaurosis Fugax. Tabel
1 mencantumkan penyebab utama yang perlu dipertimbangkan ketika pasien datang
dengan TVL. Terdapat beberapa penyebab yang kurang umum untuk TVL,
termasuk berbagai kondisi neurologis dan oftalmikus. Kadang-kadang, tidak ada
penyebab yang dapat diidentifikasi, meskipun seringnya karena gangguan
mekanisme pembuluh darah (misalnya, vasospasme).19,20
Salah satu langkah pertama untuk melokalisasi penyebab TVL adalah untuk
menentukan apakah gejalanya bersifat monokular atau binokular. Dari sudut
pandang klinis-anatomi, gangguan visual monokuler berimplikasi pada lesi (atau
mekanisme kehilangan penglihatan) anterior ke kiasma, sedangkan kehilangan

7
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

penglihatan binokular berimplikasi disfungsi pada daerah pasca kiasma dari jalur
visual aferen. Namun, banyak proses patologis yang melibatkan sistem saraf pusat
(SSP), termasuk peningkatan tekanan intrakranial dan demielinisasi dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan monokular atau binokular, tergantung pada
simetri, keparahan, dan luasnya masalah.21

Tabel 1 Kategori kehilangan penglihatan sementara (TVL).18,20


Lokasi Penyebab kehilangan penglihatan sementara
Monokular Vaskular – emboli
Vaskular – trombotik (arteritis giant
cell)
Vaskular – stenosis
Vasospm
Migrain
retina
Ocular – glaucoma sudut tertutup, hifema
Binokular Vaskular
tromboemboli
Epilepsi Oksipital

Migrain kompleks
Monokular atau binokular Papiledem atau penyakit diskus optikus (pengaburan visual
sementara)
Fenomena Uhthoff

Monokular dan Binokular


Kehilangan penglihatan monokuler terlokalisasi pada masalah sirkulasi
anterior atau prechiasmal sedangkan kehilangan penglihatan binokular menyiratkan
masalah sirkulasi chiasmal, retrochiasmal, atau sirkulasi posterior. Perlu ditekankan
bahwa persepsi visual pasien tentang monokular versus binokular mungkin salah
dalam kehilangan penglihatan homonim. Jika pasien menggambarkan kehilangan
hemianopsia temporal pada satu mata, pertimbangkan defek hemianopsia nasal
pada mata sebelahnya. Gambar 2 menggambarkan sirkulasi anterior dan Gambar 3
menggambarkan sirkulasi posterior.21

8
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

Gambar 2 Ilustrasi sirkulasi anterior di mana darah disuplai ke bagian anterior dari
kedua hemisfer otak dan mata. Darah dibawa dari jantung melalui arteri karotis
interna dan eksterna untuk memasok otak; arteri karotis interna (ICA) bercabang ke
dalam arteri oftalmikus dan selanjutnya ke arteri retina sentral untuk memasok
mata. Arteri karotis eksternal penting untuk sirkulasi kolateral untuk orbit dan otak
ketika ada stenosis ICA yang parah.21

Gambar 3 Ilustrasi sirkulasi posterior di mana darah disuplai ke bagian posterior


belahan otak (termasuk lobus oksipital) serta batang otak dan otak kecil.Secara
tradisional, hal ini disebut sebagai sistem vertebrobasilar: 1) arteri basilar, 2) arteri
vertebralis kiri, dan 3) arteri vertebralis kanan. Arteri serebral posterior juga
termasuk dalam sistem ini.21

9
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

2.2.4 Klasifikasi
Transient Monocular Visual Loss
Penyebab tersering dari Transient Monocular Visual Loss antara lain adalah
penyebab okular, orbital, dan kelainan sistemik.9
A. Okular
Pasien dengan blefarospasme yang tidak dapat membuka matanya dapat
mengalami kehilangan penglihatan sesaat, yang disebabkan irregulariti permukaan
tear film kornea. Pada pemeriksaan slit lamp dapat ditemukan permukaan tear film
dan kornea yang abnormal, dengan tear breakup time memendek dan punctate
keratopathy mengarah ke keratitis sicca, pemeriksaan schirmer dapat
mengkonfirmasi produksi tear film yang inadekuat. Inflamasi atau perdarahan juga
dapat berhubungan dengan penurunan visus.2,4,9
TMVL yang diikuti melihat cahaya terang (sunlight) mengindikasikan
adanya gangguan pada makula, seperti detachment atau age related macula
degeneration atau iskemia okular. Transient visual loss yang diikuti melihat halo
dan nyeri harus selalu dilakukan pemeriksaan gonioskopi untuk mencari
kemungkinan glaukoma sudut tertutup. Kadang, pasien dengan papiledem
mengeluh melihat bayangan abu-abu atau bayangan hitam, yang berlangsung
selama 10 detik, yang sering dipengaruhi perubahan posisi.2,4,9

B. Orbital
Pasien dengan massa di orbital, seperti hemangioma atau meningioma,
dapat mengalami obstruksi penglihatan sementara didaerah tertentu. Obstruksi ini
disebabkan penyumbatan pembuluh darah di posisi tertentu, dan merupakan
petunjuk adanya keterlibatan orbital.9,26

C. Sistemik
Pada TMVL, jika faktor penyebab okular dan orbital telah disingkirkan,
maka penyebab retinovaskular atau kardiovaskular perlu dipertimbangkan.
Amaurosis fugax merupakan jenis TMVL yang disebabkan iskemia atau
insufisiensi vaskular, dengan gejala mendadak, tidak ada rasa nyeri, kehilangan

10
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

penglihatan temporer selama 2-30 menit, diikuti oleh pemulihan sempurna.


Pemeriksaan anatomi mata dapat normal atau ditemukan kelainan di vaskular
retina.2,4

D. Emboli
Emboli yang menjadi penyebab TMVL selalu berjalan didalam pembuluh
darah yang mensuplai nervus optikus, retina atau keduanya, dan kemudian menetap
disana. Emboli dapat diperiksa dengan jelas menggunakan oftalmoskop, sehingga
kemungkinan lokasi emboli tersebut dapat menjadi petunjuk untuk evaluasi pasien
Ada tiga tipe emboli tersering yang ditemukan yaitu colesterol, platelet fibrin dan
kalsium. Penyebab emboli lainnya bervariasi, yaitu cardiac tumor (myxoma), lemak
(fraktur tulang panjang, pakreatitis), sepsis, udara, silikon dan deposit obat
(kortikosteroid). Pembentukan ateroma sering ditemukan di bifurkasio arteri karotis
internal dan eksternal. Ateroma bersifat statis, berkembang menjadi fibrin, ulserasi,
progresif, dan menyebabkan lumen pembuluh darah menjadi sempit dan tersumbat.
Hipertensi, diabetes, hiperkolesterol dan merokok juga merupakan faktor resiko
yang dapat dicegah.(1, 3, 10)

E. Vaskulitis
TMVL pada pasien usia tua (selalu diatas 50 tahun) dapat disebabkan Giant
Cell Arteritis, oleh karena itu pemeriksaan diagnostik harus mencakup pemeriksaan
sedimentasi westergen dan C-reaktif protein. Pada anamnesa pasien harus di
tanyakan apakah ada keluhan sakit kepala, rambut rontok, penurunan berat badan
penurunan nafsu makan, nyeri sendi proksimal. Gejala koroidal hipoperfusi atau
perubahan pada pemeriksaan fluorescein angiography dapat merupakan petunjuk
adanya vaskulitis. Namun walaupun telah dilakukan pengobatan dini dengan
kortikosteroid, Giant Cell Areritis yang didahului dengan TMVL kadang-kadang
dapat berkembang menjadi kehilangan penglihatan permanen.1,8

11
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

F. Hipoperfusi
Hipoperfusi dapat menyebabkan TMVL pada beberapa situasi. Pertama
pada pasien dengan penyakit oklusi sistem vena retina. Beberapa pasien dengan
oklusi vena retina sentral mengeluhkan gangguan penglihatan selama beberapa
detik hingga beberapa menit, dan kemudian kembali ke visus normal.9
Kondisi kedua adalah penurunan penglihatan perifer, pasien dapat
mengalami kehilangan penglihatan selama 1-2 menit. Keluhan TMVL dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi dari duduk ke berdiri. Hipoperfusi juga dapat
disebabkan aritmia kardiak atau stenosis pembuluh darah besar yang berat. Kondisi
ketiga pasien dengan TMVL yang disebabkan hipoperfusi adalah sindrom iskemik
okular, dengan karakteristik hipotensi, iskemik retinopati dengan tekanan arteri
retina yang rendah, perfusi yang tidak baik dan retinopati area mid perifer.9

Tabel 2 Temuan pemeriksaan fisik yang spesifik pada kehilangan penglihatan


monokular.19
Pemeriksaan Alat bantu Hasil
fisik
Tajam Aplikasi skrining penglihatan Kesalahan refrakter
penglihatan (misal snellen chart) dikoreksi dengan
Menggunakan lensa koreksi pemeriksaan tajam
penglihatan
Lapangan Penilaian monokular Pemeriksaan Skotoma: area diskrit
pandang lapang pandang konfrontasi gangguan penglihatan yang
menggunakan pergerakan jari di dikelilingi oleh penglihatan
semua kuadran yang utuh; skotoma positif
Pemeriksaan lapang sentral (melihat sesuatu yang tidak
menggunakan Amsler grid ada) mungkin merupakan
tanda kerusakan retina;
skotoma negatif dapat

12
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

mengindikasikan disfungsi
saraf optik

Pemeriksaan Menggunakan objek berwarna Desaturasi


warna merah warna unilateral: disfungsi
saraf optic
Pemeriksaan Pemeriksaan untuk ukuran, Defek pupil aferen:
pupil bentuk, kesimetrisan disfungsi saraf optic
Pemeriksaan swinging light test
Reflex fundus Dilakukan dengan oftalmoskop Hilangnya reflex: lokalisasi
dengan jarak 1 meter dari pasien ke media dan kemungkinan
ablasi retina
Segmen Menggunakan oftalmoskop Makula cherry red: iskemi
posterior retina dari oklusi arteri
retina sentral.
Plak Hollenhorst: emboli
kolesterol menandakan
penyakit aterosklerotik
pada lengkung karotis atau
aorta

Transient Binocular Visual Loss


Penyebab tersering transient binocular vision loss antara lain migren, massa
di oksipital (tumor, malformasi arterio-vena), iskemia oksipital (emboli, vaskulitis,
hipoperfusi), dan kejang oksipital.27,28

A. Migren
Penyebab tersering transient binocular vision loss adalah defek homonymus
hemianopsia yang disebabkan oleh migren. Kadang-kadang kejadian ini dapat
berlanjut menjadi defek lapangan pandang yang progresif dan diklasifikasikan
sebagai komplikasi migren.27,2

13
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

B. Massa di oksipital
Pada pasien dengan keluhan sakit kepala episodik dan visual loss, jika
serangan selalu terjadi pada sisi yang sama atau jika keluhan visual diikuti oleh
onset sakit kepala, harus dicurigai adanya suatu lesi di kepala, yang biasanya adalah
malformasi arterio-vena oksipital atau tumor. Pasien sebaiknya dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan MRI kepala dengan kontras dan jika memungkinkan
melakukan angiografi kepala.17,27,28

C. Iskemia oksipital
Biasanya saat pasien dengan migren beranjak dewasa intensitas sakit kepala
akan berkurang atau sakit kepala terjadi setelah gejala visual. Dilema untuk
menegakkan diagnosa terjadi jika jika pasien yang mengalami migren untuk
pertama kalinya adalah orang dewasa. Membedakan antara vasospasme migren dan
insufisiensi vertebrobasilar sulit. Pasien harus melakukan beberapa pemeriksaan
seperti MRI dan MRA untuk mengevaluasi sirkulsi kepala, jika hasilnya negatif,
maka biasanya prognosis adalah baik.3,27
Transient reccurent bilateral visual blurring merupakan gejala tersering
dari insuf vertebrobasilar. Sistem vertebrobasilar yang terdiri dari arteri serebral
posterior, vertebral dan basilar mensuplai area kortex oksipital, brainstem dan
serebelum. Pasien dengan insufisiensi vertebrobasilar biasanya akan menunjukkan
gejala oftalmologi, yaitu keluhan gangguan visual dan keluhan okular motor.3,9

D. Kejang Oksipital
Kejang oksipital biasanya menghasilkan sebuah fenomena visual, seperti
penglihatan berwarna, cahaya berputar-putar, yang biasanya terjadi selama 1-2
menit. Pada orang dewasa, kejang oksipital biasanya menunjukkan adanya
struktural lesi seperti tumor, trauma, atau malformasi arteri-vena, sementara pada
anak-anak, kejang biasanya merupakan proses yang jinak. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan antaralain elektroensefalogram (EEG), dan pengobatan yang
diberikan adalah terapi antikonvulsi.7,16
2.2.5 Diagnosis

14
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

Anamnesis adalah elemen paling penting dari pemeriksaan neuro-oftalmik.


Tabel 3 merangkum pertanyaan untuk diajukan pada pasien yang datang dengan
TVL.7
Tabel 3. Pertanyaan terkait saat anamnesis.21

Pertanyaan terkait saat anamnesis


Monokular vs Binokular
Usia
Onset
Durasi
Pola kehilangan penglihatan
Pola pemulihan
Tatapan mata
Didahului dengan paparan cahaya atau fotostres
Gejala terkait

Meskipun pasien melaporkan pemulihan fungsi visual, pemeriksaan


menyeluruh sangat penting untuk mengesampingkan penyebab okular dan orbital
dari kehilangan visual sementara, untuk menilai fungsi visual aferen, dan untuk
mencari petunjuk retinovaskular seperti emboli, cotton-wool spots, atenuasi
vaskular, atau perdarahan untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan
harus mencakup pengujian tajam penglihatan, penglihatan warna, dan RAPD, serta
pemeriksaan segmen posterior.18,22
i. Tekanan Darah
Pasien dengan tekanan darah sistemik rendah cenderung mengalami
hipotensi ortostatik dan TVL karena hipoperfusi melalui sirkulasi arteri mata atau
otak. Sebaliknya, hipertensi sistemik merupakan etiologi vaskular kehilangan
penglihatan karena iskemia retina atau sindrom ensefalopati reversibel posterior
(PRES) yang juga dikenal sebagai ensefalopati hipertensi dan sindrom
leukoensefalopati posterior. Penyebab PRES yang paling umum adalah
peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba pada pasien hipertensi kronis.22

15
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

ii. Inspeksi
Inspeksi pada wajah dan mata penting untuk melihat adakah ptosis,
proptosis, injeksi atau kemosis (edema konjungtiva). Pemeriksaan tajam
penglihatan harus dilakukan untuk menilai penglihatan yang ada (termasuk riwayat
penggunaan kacamata).23
iii. Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapang pandang untuk konfrontasi sangat penting khususnya
dalam kasus-kasus di mana riwayat kehilangan penglihatan yang disebabkan
gangguan di retina atau neurologis.23

Gambar 4 Pemeriksaan Konfrontasi23


iv. Penilaian Pupil
Salah satu bagian terpenting dari pemeriksaan mata adalah penilaian pupil.
Refleks pupil yang normal membutuhkan fungsi normal dari nervus okulomotorius
dan nervus optikus. Untuk alasan ini, respons pupil direk dan indirek harus dinilai
pada setiap mata. Defisit saraf optik halus dapat dideteksi dengan pemeriksaan
RAPD. Pemeriksaan bentuk dan ukuran pupil juga sangat penting karena hal ini
mungkin menunjukkan trauma, kelumpuhan saraf optik atau sindrom Horner.23
Langkah pemeriksaan RAPD adalah seperti berikut:
1. Gelapkan ruangan
2. Minta pasien untuk melihat jauh (misal melihat ke huruf Snellen paling atas)
3. Arahkan cahaya terang dengan cepat (<1 detik) antara kedua mata, luangkan
2 detik pada tiap mata
4. Bandingkan konstriksi dan dilatasi awal pupil

16
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

5. Menyinari mata normal akan menghasilkan konstriksi pupil bilateral


6. Ayunkan sinar menyeberang ke mata abnormal akan menghasilkan dilatasi
pupil bilateral.23

Gambar 5 Pemeriksaan RAPD25


v. Penglihatan Warna
Gangguan penglihatan warna adalah salah satu gangguan
penglihatan yang paling umum dan dapat dibagi menjadi bentuk kongenital
dan didapat. Defisiensi penglihatan warna bawaan mempengaruhi sebanyak
8% pria dan 0,5% wanita (perbedaan dalam prevalensi mencerminkan fakta
bahwa bentuk paling umum dari defisiensi penglihatan warna bawaan
diwariskan dalam cara resesif terkait-X).24
Pemeriksaan lengkap fungsi saraf optik juga membutuhkan
penilaian desaturasi warna merah, kontras sensitivitas dan pemeriksaan
penglihatan warna Ishihara. Penilaian desaturasi warna merah dapat
dilakukan menggunakan pin atau tutup botol bewarna merah. Pasien ditanya
apakah intensitas warna merah sama di setiap mata. Mata yang dipengaruhi
oleh beberapa bentuk neuropati saraf optic akan merasakan warna merah
kusam atau tidak merah sama sekali.23,24

17
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

vi. Funduskopi
Fundoskopi harus dilakukan setelah dilatasi jika pemeriksaan pupil
normal dan tidak dicurigai adanya trauma atau glaukoma akut sudut
tertutup. Sebelum memeriksa segmen posterior, reflex fundus harus dinilai
di setiap mata, untuk menyingkirkan kemungkinan kekeruhan media
refrakta seperti katarak atau perdarahan vitreous, atau keadaan patologi
intraokular seperti ablasio retina.23

Gambar 6 Gambaran edema diskus yang pucat pada arterits giant cell neuropati
optik iskemik anterior.23

Gambar 7 Gambaran emboli dalam cabang arteri retina (panah).23

18
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

Gambar 8 Gambaran oklusi arteri retina sentral 23


2.2.6 Diagnosa Banding
Diagnosa banding TVL berdasarkan ganggguan sirkulasi, okuler dan neurologis
adalah seberti berikut:

Tabel 4 Diagnosa banding TVL berdasarkan gangguan sirkulasi, okuler dan


neurologis19
Gangguan sirkulasi Gangguan okuler Gangguan Neurologis
Emboli Dry eye syndrome Optik Neuritis
Emboli carotid Keratitis Papiledema
Emboli Cardiac Bhleparitis Multiple sclerosis
IV drug use Iritis Tumor Intrakranial
Hipoperfusi Intermitten closure Psychogenic
glaucoma
Gangguan koagulasi Optic disc drusen Migraine
Arteritis Vitreous detachment SLE
Stenosis carotid Retinal Break
Stenosis arteri Orbital Tumor
optalmik
Gagal jantung atau Intraoccular hemorrhage
aritmia
Peningkatan viskositas Angiospasme/Vasospasm
darah

19
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan kehilangan penglihatan sementara tergantung pada
penyebabnya. Jika suatu kejadian iskemik diduga, maka pasien harus dirujuk ke
dokter untuk penyelidikan atas faktor risiko kardiovaskular dan serebrovaskular.
Beberapa pasien mendapatkan keuntugan dari terapi antitrombotik atau operasi
karotid. Jika kehilangan penglihatan sementara adalah monocular, maka sistem
karotis harus diselidiki, biasanya dengan cara USG Doppler karotis.29
Investigasi lain mungkin termasuk echocardiography, hitung darah lengkap
(untuk menyingkirkan anemia), dan penanda inflamasi ketika arteritis sel raksasa
dicurigai. Neuroimaging penting bagi mengesampingkan patologi intrakranial yang
mempengaruhi jalur visual, terutama pada pasien dengan gangguan binocular. Pada
kasus dengan diagnosis yang tidak pasti, tindak lanjut perawatan yang adekuat
sangat penting. Anak-anak dengan gangguan penglihatan sementara yang tidak bisa
dijelaskan harus dimonitor secara seksama.29

2.2.8 Komplikasi
Meskipun transient visual loss adalah suatu kondisi yang cepat berlalu yang
menyebabkan gejala-gejala berlangsung dari beberapa menit hingga satu jam, itu
sering merupakan indikator yang harus diperhatikan dari kondisi medis yang
mendasarinya. Ini termasuk peningkatan risiko strok, yang bisa mematikan. Jika
seseorang mengabaikan tanda-tanda ini, mereka berisiko mengalami komplikasi
yang lebih parah.21

2.2.9 Prognosis
Transient Visual Loss adalah gejala yang tidak boleh diremehkan karena
dapat menunjukkan kemungkinan seseorang akan mengalami strok. Jika seseorang
itu mengalami episode singkat kebutaan sementara, mereka harus segera
berkonsultasi dokter. Dalam kasus TVL, semakin cepat suatu kondisi dirawat,
semakin kecil kemungkinan komplikasi parah akan terjadi.21

20
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 3
KESIMPULAN

Transient Vision Loss (TVL) adalah hilangnya fungsi penglihatan secara


tiba-tiba (sebagian atau seluruhnya) pada satu atau kedua mata yang berlangsung
kurang dari 24 jam. Penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan Transient
Monoculer Vision Loss (TMVL) adalah iskemia retina akibat penyakit arteri
karotis.18
TMVL atau binokular dapat disebabkan oleh berbagai kelainan dan atau
memiliki implikasi neurologis atau oftalmologis yang merugikan jika tidak dikelola
secara dini. Salah satu langkah pertama untuk melokalisasi penyebab TVL adalah
untuk menentukan apakah gejalanya bersifat monokular atau binokular. Kehilangan
penglihatan sementara didefinisikan sebagai kehilangan penglihatan monokular
atau binokular sementara yang tiba-tiba. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
suplai darah ke sistem penglihatan aferen, karena oklusi atau stenosis arteri primer
(misalnya, ateroma), oklusi arteri sekunder sebagai akibat emboli dari pusat yang
jauh [misalnya, arteri karotis internal (ICA), lengkung aorta, atau jantung],
vasospasme (misalnya, migrain), atau hipoperfusi sistemik (misalnya, aritmia,
hipotensi, atau hiperviskositas).19,20
Hilangnya penglihatan monokular sementara atau kebutaan adalah istilah
yang berkonotasi kehilangan penglihatan sementara pada satu mata yang
disebabkan oleh penurunan perfusi vaskular mata atau, lebih jarang, saraf optik.21
Pengobatan transient visual loss tergantung pada penyebabnya. Penting
untuk menentukan apakah TVL binokular atau monokular. Karena pasien sering
gagal untuk mengetahui tanda-tanda defisit monokular. Hilangnya penglihatan
binokular transien (kortikal) mungkin memiliki penyebab yang sama seperti
kehilangan penglihatan monokular sementara (misalnya, tromboemboli, migrain)
atau memiliki penyebab lain, termasuk kejang epilepsi dari korteks oksipital.22

21
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Gregory L. Skuta LBC, Jayne S. Weiss. The Patient With Transient Visual
Loss. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2011-2012. p.
173-186.
2. Grant T. Liu NJV, Steven L. Galetta. Transient Visual Loss. Neuro-
Ophthalmology, Diagnosis and Management. Philadelphia: Saunders; 2010.
p. 363-374.
3. Tatham AJ. Transient Loss of Vision. . www.medscapecom/public. 2015
4. Amick A, Caplan LR. Transient monocular visual loss. Comprehensive
ophthalmology update. 2007;8(2):91-8; discussion 99-100.
5. Syndee Givre GPVS. Amaurosis fugax (transient monocular or binocular
visual loss). http://www.uptodate.com/; 2014.
6. Amar Agarwal AA. Visual Pathway. Manual of NeuroOpthalmology.
India: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2008. p. 73-103.
7. Khurana A. Neuro-ophthalmology Comprehensive Opthalmology. India:
New Age Publisher; 2007. p. 287-312.
8. Ulrich Schifer HW, William Hart. Functional Anatomy of Human Visual
Pathway. Clinical Neuro-Opthalmology. New York: Springer; 2007. p. 19.
9. Skuta GL CL. The Eye Fundamental and Principles of Ophthalmology.
Singapore: American Academy Ophthalmology,; 2011-2012. 67-78
10. Lang GK. n, :Edition textbook atlas. Ophtalmology pocket. Germany: Appl
Aprinta Druk; 2006. p. 305-310.
11. Loius B, Christopher J, George A. Fundamentals and Principles of
Ophtalmology ; The Eye. 2017-2018. p. 68-72
12. JM M. Ocular Embryology and Anatomy. Retina. 4th ed. Philadelpia:
Elservier Mosby 2006. 7-10
13. Lorenzo C. MBBS BS. Visual pathway [Internet]. Kenhub; 2020 Available
from: https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/the-visual-pathway
14. Crick RP KP. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Singapore: Word
Scientific Publishing; 2003. 15-19

22
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

15. Monkhouse S. The Optic Nerve. Cranial Nerve, Functional Anatomy. New
York: Cambridge University Press; 2006. p. 115-20.
16. Kansky JJ. Neuropothalmology. In: Edward R, editor. Clinical
Opthalmology. USA: Elsevier; 2007. p. 785-836.
17. Remington LA. Visual Pathway. Clinical Anatomy of the Visual System.
USA: Elsevier; 2012. p. 230-40.
18. American Academy of Ophtalmology . The Patient with Transient Visual
Loss. In: Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA, eds. Basic and Clinical
Science Course 2016-2017. Volume 14. San Fransisco: Amer Academy Of
Ophthalmo,2016. p: 229-244.
19. Tatham AJ, Lee AG, Nguyen H, Kini A, Al Othman BAM, Law SK, Lawton
AW etal. Transient Vision Loss (TVL). 2018
https://emedicine.medscape.com/article/1435495-overview
20. Pula JH, Kwan K, Yuen CA, Kattah JC. Update on the evaluation of
transient vision loss. Clinical Ophthalmology. 2016; 297–303.
21. Porzukowiak TR. Transient Visual Loss. 2018
https://www.aaopt.org/docs/2018/2018-handouts/no/v1ses_no-
11.pdf?sfvrsn=7f7864c4_4 –
22. Chung H, Burton JM, Costello. Transient vision loss: a neuro- ophtalmic
approach to localizing the diagnosis. Expert Review of Ophtalmology.
3(13): 2018. 171-185.
23. Wu Z and Medeiros FA. Recent developments in visual field testing for
glaucoma. Curr Opin Ophthalmol.29(2): 2018. 141-146.
24. Chang DS, Xu L, Boland MV, Friedman DS. Accuracy of Pupil Assessment
for the Detection of Glaucoma: A Systematic Review and Meta-analysis.
Ophthalmology. 120(11): 2013. 217-225.
25. Vodopivec I, Cestari DM, Rizzo III JF: Managementof Transient
Monocular Vision Loss and Retinal Artery Occlusions.Seminars in
Ophthalmology. 32(1): 2017. 1-9.
26. Chan JW. Ischemic Optic Neuropathies. Optic Nerve Disorders. USA:
Springer; 2007. p. 30-60.

23
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN

27. Asbury V. Neuro-Opthalmology. In: Paul Riordan-Eva JPW, editor.


General Ophthalmology London: Lange; 2007. 154-167
28. Gerhard K. Lang M. Disorders of the Visual Pathway. Ophthalmology, A
Pocket Textbook Atlas. New York: Thieme; 2006. p. 404-408.
29. Caplan LR, Hertzer NR. The management of transient monocular visual
loss. J Neuroophthalmol. 2005;25(4):304‐312.

24

Anda mungkin juga menyukai