x-x
Abstract
The development of major industries in the world has never been detached from the metal
bonding process. At first, the metal connection process is only done on similar metals. However siring
technology developments, metal bonding techniques can be performed on different metal types. One of
the different metal bonding techniques of type is brazing.
Brazing is a metal bonding technique with a working temperature below 450 °c, without any
smelting on the parent metal. This bonding technique is very different from welding, where the
phenomenon of capillary attraction occurs between the filler metal and the stem metal so that the filler
metal can fill the gap between the mains metal and the filler metal perfectly. The connection
phenomenon that occurs in this connection technique is the diffusion bond between the 5052
aluminium metal as the parent metal and the aluminium 4047 metal as the filler metal.
Brazing bonding techniques can be applied to complex plates, pipes, and machine components.
This technique is very effective for connecting pipes to complex machine components because brazing
has a strong enough connection but not as strong welding and suitable for large industries.
Abstrak
Perkembangan industri-industri besar di dunia tidak pernah terlepas dari proses penyambungan
logam. Pada awalnya proses penyambungan logam hanya dilakukan pada logam yang sejenis saja.
Namun siring perkembangan teknologi, teknik penyambungan logam dapat dilakukan pada logam yang
berbeda jenis.Salah satu teknik penyambungan logam yang berbeda jenis adalah brazing.
Brazing merupakan teknik penyambungan logam dengan suhu pengerjaan dibawah 450℃ ,
tanpa adanya peleburan pada logam induk. Teknik penyambungan ini sangat berbeda dengan
pengelasan, dimana terjadi fenomena capillary attraction yang terjadi antara logam pengisi dan logam
induk sehingga logam pengisi bisa mengisi celah antara logam induk dan logam pengisi dengan
sempurna. Fenomena penyambungan yang terjadi pada teknik penyambungan ini adalah ikatan difusi
antara logam aluminium 5052 sebagai logam induk dan logam aluminium 4047 sebagai logam pengisi.
Teknik penyambungan brazing dapat diterapkan pada plat, pipa, maupun komponen mesin yang
kompleks.Teknik ini sangat efektif untuk penyambungan pipa hingga komponen mesin yang kompleks
karena brazing memiliki sambungan yang cukup kuat namun tidak sekuat pengelasan dan cocok untuk
industri-industri yang besar.
1. Pendahuluan
Perkembangan industri-industri besar di dunia tidak pernah terlepas dari proses penyambungan logam. Pada
awalnya, teknik penyambungan logam dilakukan pada logam sejenis saja. Namun seiring perkembangan teknologi, teknik
penyambungan logam dapat dilakukan dengan logam yang berbeda jenis. Salah satu metode yang memungkinkan untuk
menyambung logam yang berbeda jenis adalah brazing.
Brazing merupakan teknik penyambungan logam yang dilakukan di atas temperatur 450℃, tanpa adanya
peleburan pada logam induk. Teknik penyambungan ini tentunya sangat berbeda dengan teknik pengelasan, dimana
terjadi penyatuan ikatan antara logam induk dan logam pengisi [6]. Teknik penyambungan brazing memanfaatkan
1|BRAZING
Reynaldi,dkk./Brazing, Vol. xx No. x (Bulanyyyy)Hal. x-x
fenomena capillary attraction yang terjadi pada logam pengisi untuk menyambung kedua logam induk sehingga logam
pengisi dapat masuk ke dalam celah antara kedua logam induk dengan sempurna. Fenomena penyambungan yang terjadi
adalah ikatan difusi antara logam induk dan logam pengisi. Salah satu efek negatif yang muncul akibat kurang baiknya
ikatan difusi antara logam pengisi dan logam induk adalah adanya rongga yang cukup besar sehingga akan menyebabkan
kekuatan sambungan menjadi rendah [5].
Teknik brazing biasa diterapkan pada penyambungan plat, pipa, hingga komponen mesin. Teknik ini sangat efektif
digunakan untuk penyambungan pipa dan komponen mesin karena brazing memiliki sambungan yang cukup kuat dan
menghasilkan bentuk sambungan yang rapi, namun penelitian mengenai fenomena dan karakteristik yang terjadi pada
proses brazing belum banyak mendapat perhatian. Oleh karena itu, kajian teori yang hendak dijadikan sebagai topik tugas
akhir, yaitu kajian fenomena dan karakteristik pada proses brazing.
2. Metode Penelitian
Berikut merupakan tahapan penelitian Tugas Akhir “Kaji Metalurgi Proses Brazing Pada Logam Aluminium
Dengan Aluminium”.
2|BRAZING
Reynaldi,dkk./Brazing, Vol. xx No. x (Bulanyyyy)Hal. x-x
2.1. Material
Material yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah lembaran aluminium dengan ketebalan 3 mm, 5
mm, dan 8 mm yang banyak tersedia di pasaran. Filler material yang digunakan untuk brazing adalah kawat Al 4047.
Lembaran aluminium sebagai logam induk dipotong sesuai dengan dimensi uji tarik dengan ukuran 30 mm x 120
mm. Sebelum dilakukan proses brazing, permukaan logam induk dilakukan pembersihan di Laboratorium Proses
Manufaktur menggunakan kertas ampelas. Proses ini dilakukan supaya fenomena capillary attraction dapat terjadi
dengan sempurna sehingga filler mengisi celah dengan sempurna tanpa membentuk rongga mikro.
Gambar
2. Standard
Spesimen
Uji Tarik
2.5. Pengujian
Tarik
Pengujian tarik pada Aluminium hasil proses brazing bertujuan untuk mengetahui nilai kekuatan sambungan
proses brazing. Pengujian tarik dilakukan dengan mesin uji tarik yang ada di Laboratorium Karakterisasi dan Rekayasa
Material.
3|BRAZING
Reynaldi,dkk./Brazing, Vol. xx No. x (Bulanyyyy)Hal. x-x
Pada pengujian tarik dilakukan pengambilan satu spesimen pada setiap ketebalan yang berbeda yaitu 3 mm, 5
mm, dan 8 mm dan hasil dari uji tarik akan menghasilkan sifat mekanik yaitu gaya tarik, tegangan, regangan, dan
kekuatan. Kekuatan yang dihasilkan pada sambungan dengan ketebalan 3 mm memiliki kekuatan maksimum sebesar
4141,54 N sedangkan sambungan dengan ketebalan 5 mm memiliki kekuatan maksimum sebesar 12637,64 N.
Sambungan dengan ketebalan 8 mm memiliki kekuatan maksimum sebesar 7285,43 N. Grafik hasil kekuatan uji tarik
dari masing-masing spesimen ditunjukkan pada Tabel 1. Grafik hasil kekuatan uji tarik dari masing-masing spesimen
ditunjukkan pada Gambar 4. sampai Gambar 5.
Tabel 1. Tabel Hasil Uji Tarik Pada Sambungan Dengan Ketebalan 3, 5, dan 8 mm
3 mm 5 mm 8 mm
4|BRAZING
Reynaldi,dkk./Brazing, Vol. xx No. x (Bulanyyyy)Hal. x-x
Gambar 4.4. Struktur Mikro Pada Bagian Sambungan Brazing Dengan Ketebalan 5 mm Menggunakan Ukuran Lensa
Objektif 10
5|BRAZING
Reynaldi,dkk./Brazing, Vol. xx No. x (Bulanyyyy)Hal. x-x
Gambar 4.5. Struktur Mikro Pada Bagian Sambungan Brazing Dengan Ketebalan 5 mm Menggunakan Ukuran Lensa
Objektif 20
Gambar 4.6. Struktur Mikro Pada Sambungan Brazing Dengan Ketebalan 5 mm Menggunakan Ukuran Lensa Objektif
50
6|BRAZING
Reynaldi,dkk./Brazing, Vol. xx No. x (Bulanyyyy)Hal. x-x
Gambar 4.7. Struktur Mikro Pada Sambungan Brazing Dengan Ketebalan 8 mm Menggunakan Ukuran Lensa Objektif
10
Gambar 4.7. Struktur Mikro Pada Sambungan Brazing Dengan Ketebalan 8 mm Menggunakan Ukuran Lensa Objektif
20
Gambar 4.7. Struktur Mikro Pada Sambungan Brazing Dengan Ketebalan 8 mm Menggunakan Ukuran Lensa Objektif
50
7|BRAZING
Reynaldi,dkk./Brazing, Vol. xx No. x (Bulanyyyy)Hal. x-x
Jika dua logam didekatkan maka akan terjadi difusi atom dari masing-masing logam dan filler. Apabila terdapat
perbedaan laju difusi yang terlalu besar maka resiko untuk terjadi cacat akan semakin besar. Jika terdapat perbedaan
laju difusi yang besar maka akan menghasilkan perpindahan massa diantara permukaan kedua logam. Rongga-rongga
mikro ini disebabkan oleh perpindahan massa yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Dari hasil pengamatan pada daerah sambungan, terlihat jelas bahwa pada sambungan dengan ketebalan 5 mm
terdapat rongga mikro pada bagian terluar sambungan. Terlihat pula pada sambungan dengan ketebalan 5 mm, daerah
antar muka lebih tebal dibandingkan dengan daerah antar muka pada sambungan dengan ketebalan 8 mm dan juga
dengan daerah antar muka pada sambungan dengan ketebalan 3 mm. Faktor yang meyebabkan ini adalah konsentarsi
panas yang terjadi pada lembaran dengan ketebalan 5 mm lebih besar dibandingkan dengan pada lembaran 8 mm dan 3
mm karena panas yang dihasilkan lebih mudah merambat pada media yang lebih tipis sehingga laju difusi pada
sambungan dengan ketebalan 5 mm lebih cepat dibandingkan dengan sambungan dengan ketebalan 8 mm dan 3 mm.
Karena peningkatan temperatur menyebabkan laju difusi yang semakin meningkat sehingga peningkatan temperatur
meningkat sangat cepat begitu pula dengan laju difusi. Oleh karena itu, pada sambungan brazing dengan ketebalan 5
mm memiliki daerah antar muka yang lebih lebar dibandingkan dengan sambungan dengan ketebalan 5 mm.
Dari hasil pengamatan pada hasil sambungan dengan ketebalan 8 mm yang diamati dengan lensa objektif 50,
mempunyai cacat yaitu adanya rongga yang terbentuk di bagian sambungan, itu terjadi akibat perbedaan laju difusi
yang cukup besar antara atom Al dengan atom filler sehingga proses difusi yang terjadi antara atom Al dengan atom
filler ini tidak sempurna, ini yang menyebabkan timbulnya rongga mikro pada hasil sambungan brazing.
3. Simpulan
Berdasarkan eksperimenn yang telah dilakukan dan analisis terhadap data yang telah didapatkan dari penelitian
Kaji Metalurgi Proses Brazing pada Logam Aluminium dengan Aluminium dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fenomena yang terjadi pada proses brazing merupaka proses difusi antara atom aluminium 5052 dengan atom
filler yaitu aluminium 4047 pada daerah antar muka.
2. Aplikasi proses brazing yang paling tepat dilakukan pada lembaran aluminium dengan ketebalan 5 mm
menggunakan filler aluminium 4047, yang menunjukan ikatan antar muka yang tinggi sehingga terjadi proses
difusi yang tepat, dapat dinyatakan dengan kekuatan tarik maksimal yaitu 12637,64 N.
3. Pengamatan struktur mikro membuktikan bahwa pada sambungan dengan ketebalan aluminium 8 mm
memiliki rongga mikro yang menyebabkan penurunan kekuatan tarik sambungan.
Daftar Pustaka
[1] Eka, V.S., (2018): Strategi Indonesia MenghadapiIndustri 4.0, Jurnal Info Singkat Pusat Penelitian DPR RI, Vol. 10,
pp. 19-24, Jakarta.
[2] Spong, M., Hutchinson, S., dan Vidya, M., (2004): Robot Dynamics and Control, 2nd ed, Wiley India Private Ltd.,
New Delhi.
[3] Pan, Z., Polden, J., Nathan, L., (2010): Recent Progress on Programming Methods for Industrial Robots, ISR
ROBOTIK, Germany.
8|BRAZING