Anda di halaman 1dari 3

RESUM RESTRAIN DAN SEKLUSI

Disusun Oleh :

Amalia Islami 11194561920037


Arya Andika Saputra 11194561920040
Hisni Raudhati 11194561920049
Isnaniah 11194561920052
Puspa Ayu Devira 11194561920059
Syiva Hermawinda 11194561920068

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
Restrain adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien, tujuan dari restrain
adalah untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu tersebut dan
meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk
yang membahayakan diri dan orang lain, perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan
dengan pengobatan, ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan
pasien untuk istirahat, makan, dan minum, permintaan pasien untuk pengendalian perilaku
eksternal, pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik (Videbeck,
2008). Lama restrain mekanik yang dialami pasien ketika berada di Rumah Sakit bervariasi
tergantung dari perkembangan kondisi pasien, restrain akan dilepas oleh perawat ketika
pasien dinilai sudah tidak menunjukkan perilaku kekerasan. Efek samping yang dirasakan
pasien akibat tindakan restrain mekanik, dari segi fisik maupun psikologis. Teknik dan cara
yang tidak tepat pada pengikatan atau restrain mekanik maka dapat menimbulkan
ketidaknyaman pasien secara fisik, sedangkan efek psikologis yang dirasakan pasien adalah
merasa tidak dihargai harkat dan martabatnya sebagai manusia seperti pasien yang lainnya.
Ketika restrain mekanik dilakukan, perawat seyogyanya memenuhi kebutuhan dasar pasien,
seperti: makan minum dan personal hygiene. Selain itu perawat juga secara periodik
mengawasi keamanan dari tindakan restrain yang telah dilakukan dan melakukan penilaian
kapan pasien akan di lepas dari restrain mekaniknya.
American Psychiatric Nurses Association (2014) mengartikulasikan prinsip-prinsip
dasar berikut untuk tindakan panduan mengenai isu pengasingan dan menahan diri
1. Individu memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat, bermartabat, dan dengan
cara yang sesuai dengan tahapan yang aman, menghormati pilihan individu dan
memaksimalkan peran pasien dalam membulatkan tekadnya
2. Seklusi atau restrain tidak perlu dilakukan jika hal tersebut demi kenyamanan staf,
karena keperluan menghukum individu dan memaksa
3. Seklusi atau restrain harus dilakukan hanya dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, dan hanya untuk menjamin keamanan fisik dari individu, pasien lain, atau
anggota staf ketika tindakan lain kurang efektif untuk membatasi perilaku pasien
4. Individu yang ditahan harus diberi kebebasan bergerak maksimum sambil
memastikan keselamatan fisik individu dan orang lain. Jumlah titik pengekangan
yang paling sedikit harus digunakan dan individu harus terus diamati.
5. Seklusi dan restrain serta pelepasan alat pengekang membutuhkan intervensi
pencegahan pada tingkat manajemen individu dan lingkungan menggunakan praktik
yang berbasis bukti (evidence based practice)
6. Rumah sakit maupun organisasi kesehatan jiwa serta kelompok dari ketua komite
keperawatan harus membuat komitmen baik sumber daya manusia yang professional,
waktu kerja, dan memastikan staf cukup terlatih serta kompeten untuk melakukan
proses pengelolaan, manajemen lingkungan, serta teknik seklusi dan restrain yang
tepat
7. Pengawasan dari seklusi dan restrain harus menjadi bagian integral dari upaya
peningkatan kinerja organisasi dan data tersebut harus bersifat terbuka untuk diawasi
oleh badan internal maupun eksternal
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Nurses Associaion (2014). Position Statement: The Use of


Seclusion and Restrain. Approved by the APNA Broard of Directory.

Iswanti, I D, Lestari, P S (2016). Persepsi Klien Perilaku Kekerasan Terhadap


Tindakan Restrain Mekanik di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Jiwa. 4(1): 45-49

Mustaqin, Dwiantoro Luky (2018). Restrain yang efektif untuk mencgah cedera.
Jurnal Keperawatan. 10(1): 19-27

Anda mungkin juga menyukai