FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2020 Restrain adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien, tujuan dari restrain adalah untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu tersebut dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain, perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan, ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan pasien untuk istirahat, makan, dan minum, permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal, pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik (Videbeck, 2008). Lama restrain mekanik yang dialami pasien ketika berada di Rumah Sakit bervariasi tergantung dari perkembangan kondisi pasien, restrain akan dilepas oleh perawat ketika pasien dinilai sudah tidak menunjukkan perilaku kekerasan. Efek samping yang dirasakan pasien akibat tindakan restrain mekanik, dari segi fisik maupun psikologis. Teknik dan cara yang tidak tepat pada pengikatan atau restrain mekanik maka dapat menimbulkan ketidaknyaman pasien secara fisik, sedangkan efek psikologis yang dirasakan pasien adalah merasa tidak dihargai harkat dan martabatnya sebagai manusia seperti pasien yang lainnya. Ketika restrain mekanik dilakukan, perawat seyogyanya memenuhi kebutuhan dasar pasien, seperti: makan minum dan personal hygiene. Selain itu perawat juga secara periodik mengawasi keamanan dari tindakan restrain yang telah dilakukan dan melakukan penilaian kapan pasien akan di lepas dari restrain mekaniknya. American Psychiatric Nurses Association (2014) mengartikulasikan prinsip-prinsip dasar berikut untuk tindakan panduan mengenai isu pengasingan dan menahan diri 1. Individu memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat, bermartabat, dan dengan cara yang sesuai dengan tahapan yang aman, menghormati pilihan individu dan memaksimalkan peran pasien dalam membulatkan tekadnya 2. Seklusi atau restrain tidak perlu dilakukan jika hal tersebut demi kenyamanan staf, karena keperluan menghukum individu dan memaksa 3. Seklusi atau restrain harus dilakukan hanya dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dan hanya untuk menjamin keamanan fisik dari individu, pasien lain, atau anggota staf ketika tindakan lain kurang efektif untuk membatasi perilaku pasien 4. Individu yang ditahan harus diberi kebebasan bergerak maksimum sambil memastikan keselamatan fisik individu dan orang lain. Jumlah titik pengekangan yang paling sedikit harus digunakan dan individu harus terus diamati. 5. Seklusi dan restrain serta pelepasan alat pengekang membutuhkan intervensi pencegahan pada tingkat manajemen individu dan lingkungan menggunakan praktik yang berbasis bukti (evidence based practice) 6. Rumah sakit maupun organisasi kesehatan jiwa serta kelompok dari ketua komite keperawatan harus membuat komitmen baik sumber daya manusia yang professional, waktu kerja, dan memastikan staf cukup terlatih serta kompeten untuk melakukan proses pengelolaan, manajemen lingkungan, serta teknik seklusi dan restrain yang tepat 7. Pengawasan dari seklusi dan restrain harus menjadi bagian integral dari upaya peningkatan kinerja organisasi dan data tersebut harus bersifat terbuka untuk diawasi oleh badan internal maupun eksternal