Laporan Ekologi Analisis Vegetasi
Laporan Ekologi Analisis Vegetasi
PENDAHULUAN
A. Judul
Analisis Vegetasi
B. Latar belakang
Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumberdaya genetik
semakin menurun pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan
lingkungan. Kepunahan akibat beberapa jenis tekanan dan kegiatan,
terutama kerusakan habitat pada lingkungan alam yang kaya dengan
keanekaragam hayati, seperti hutan hujan tropik dataran rendah.
Kepunahan keanekaragaman hayati sebagian besar karena ulah manusia.
Kepunahan akan berampak besar terhadap perubahan struktur komunitas
ekosisem suatu hutan. Oleh karena itu, suatu analisis untuk menentukan
struktur komunitas hutan meliputi perhitungan jenis dan spesies vegetasi
perlu dilakukan untuk menentukan struktur komunitas hutan suatu
wilayah.
Menurut Marsono (1977), Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri atas beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesame individu
penyususn vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang tumbuh dan hidup serta dinamis
(Marsono, 1977).
Salah satu metode untuk mendeskripsikan suatu vegetasi yaitu
analisis vegetasi. Analisa vegetasi merupakan cara untuk mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Pada suatu kondisi hutan yang luas, kegiatan analisa
vegetasi erat kaitannya dengan sampling sehingga cukup ditempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan dala sampling ini, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan
(Soerianegara, 2005).
Pada suatu vegetasi terdapat beberapa macam growth form, yaitu
sebagai berikut :
1. Perdu/semak
2. Herba
3. Rumput
4. Sapling
5. Seeding
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan suatu komunitas dengan metode analisis vegetasi
2. Membandingkan komunitas vegetasi tumbuhan bawah yang hidup di
tempat terbuka dan di bawah naungan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Faktor eksternal
a. Makanan
Makanan adalah sumber energi dan sumber materi untuk mensintesis
berbagai komponen sel. Tidak hanya karbondioksida dan air saja yang
dibutuhkan tumbuhan untuk bisa tumbuh dengan baik tetapi juga beberapa unsur
unsur mineral. Jika kekurangan nutrisi maka tumbuhan tersebuat akan
mengalami difisiensi. Difisiensi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman
terganggu.
b. Air
Tanpa air, tumbuhan tidak dapat tumbuh. Air termasuk senyawa yang
dibutuhkan tumbuhan. Air berfungsi anatara lain sebagai fotosintesis,
mengaktifkan reaksi enzim ezimatik, menjaga kelembapan dan membengtu
perkecambahan pada biji.
c. Suhu
Tumbuhan membutuhkan suhu tertentu untuk tumbuh. Suhu dimana
tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan maksimal disebut
dengan suhu optimum. Suhu paling rendah yang masih memungkinkan suatu
tumbuhan untuk tumbuh disebut suhu minimum sedangkan suhu tertinggi yang
masih memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh disebut suhu maximum.
d. Kelembaban
Pengeruh kelembapan udara berbeda terhadap berbagai tumbuhan. Tanah
dan udara yang lembab berpengaruh baik bagi pertumbuhan tumbuhan.
e. Cahaya
Pada umumnya, cahaya menghambat pertumbuhan meninggi tanaman
karena dapat menguraikan auksin. Tetapi, cahaya juga merangsang pembungaan
tumbuhan tertentu. Pada tumbuhan terdapat hormon fitokrom yang mengatur
pengaruh cahaya ini dalam pertumbuhan dan perkembangan pembungaan
tanaman.
Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika yang digunakan untuk
mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu
per satuan sudut. Lux adalah satuan intensitas cahaya pada suatu titik. Luxmeter
memiliki prinsip mengukur cahaya berdasarkan energi yang diterima dan
mengubahnya menjadi satuan energi yang digunakan, yaitu Lux. Intensitas
cahaya diperlukan untuk mengetahui kisaran kebutuhan cahaya dimana tanaman
dapat tumbuh secara baik (Greig and Smith, 1983).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2005), indeks nilai penting (INP)
merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam
komunitas. INP ini digunkan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap
jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan
ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks nilai penting dihitung berdasarkan
penjumlahan nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi
relatif (DR). Menurut Krebs (1978), beberapa spesies yang bisa didapatkan pada
daerah naungan dan tanpa naungan yaitu tumbuhan yang berkayu pendek,
bercabang banyak, tumbuhan tak berkayu, dan mengandung air, tumbuhan tak
berkayu dan kering, tumbuhan dengan diameter batang 6.8 – 35 cm dan spesies
tumbuhan dengan diameter batang < 6.8 cm.
III. METODE
B. Cara kerja
A. Hasil
Setelah dilakukan percobaan Analisis Vegetasi didapatkan hasil
berupa beberapa Histogram sebagai berikut :
30 32 33
25
20 Jumlah
15 17
10
10
5
0 2
Herba Rumput Semak Seedling Perdu
Semak 8
Jumlah
Herba 8
Rumput 43
Perdu 266
Seedling0.61% 10.00%
0.51%
0.34%
0.23%
B. Pembahasan
Vegetasi merupakan Vegetasi adalah suatu kumpulan dari
tumbuhan yang pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama dalam suatu habitat atau tempat. Pada mekanisme hidup
bersama tersebut terdapat interaksi yang sangat erat, baik interaksi antara
sesama individu penyusun vegetasi tersebut maupun organisme lainnya
sehingga terjadi suatu sistem hidup dan tumbuh yang dinamis (Marsono,
1997). Vegetasi berfungsi sebagai perantara hewan dengan habitat.
Vegetasi pun dapat mengubah dan menentukan sifat habitat, apakah
cocok atau tidak bagi hewannya, karena itu vegetasi dapat menyeleksi
hewan. Vegetasi berfungsi sebagai tempat berlindung, bersarang, tempat
mencari makan, dan sumber air, vegetasi penting sebagai sumber air
karena akar tanaman suatu dahan dan daunnya bertindak sebagai
pelindung dan penangkap bagi air yang turun (Yatim, 1994).
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode
plot (petak ukur), adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling
berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi
ataupun lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat
keheterogenan komunitas. Contohnya:
d. Petak tunggal yaitu metode yang hanya satu petak sampling yang
mewakili satu areal hutan.
e. Petak ganda yaitu pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan
banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya secara
sistematik). Ukuran berbeda- beda berdasarkan kelompok tumbuhan
yang akan dianalisis. Perbandingan panjang dan lebar petak 2:1
merupakan alternatif terbaik daripada bentuk lain.
Pada praktikum ini, analisa vegetasi dilakukan pada komunitas
tumbuhan bawah di daerah naungan dan di daerah tanpa naungan.
Pemilihan kedua daerah yang berbeda ini untuk mengetahui jenih
tumbuhan apa saja yang berada pada daerah dengan naungan dan daerah
tanpa naungan, perbedaan ini juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya
yang didapat oleh tumbuhan. Kemudian dibuat petak dengan ukuran 0,5
m x 0,5 m, ukuran ini dipilih agar ukuran petak cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, namun
juga harus cukup kecil sehingga individu dapat dipisahkan, dihitung dan
diukur tanpa adanya duplikasi maupun pengabaian (Turner, 2011).
Pada 4 sudut plot dibatasi dengan menggunakan pasak yang
saling dihubungkan dengan area luar petak, hal ini untuk membuat petak
yang berbentuk persegi dimana jenis tanaman yang ada didalam petak
ukur pada masing-masing plot akan dicatat jumlahnya dan diidentifikasi
serta kelompoknya.
Percobaan analisis vegetasi dilakukan di halaman belakang
kampus II gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta
untuk Tanpa Naungan dan di Kebun Biologi Universitas Atma Jaya
Yogyakarta untuk yang Naungan. Pada lokasi ini terdapat beberapa jenis
tumbuhan dengan berbagai ukuran. Ada beberapa pohon tinggi,
meskipun tidak terlalu banyak sehingga tempat ini tidak terlalu gelap
karena sinar matahari masih dapat melewati celah ranting dan dedaunan
pohon. Tempat ini tidak hanya ditumbuhi pohon tetapi juga semak,
rumput, seedling, dan tumbuhan herba.
Pada lokasi dengan naungan dan tanpa naungan dilakukan
perbedaan lokasi karena tumbuhan yang ada dan pula keanekaragaman
tumbuhan yang hidup. Pada lokasi dengan naungan terdapat pohon-
pohon besar yang akan menghalangi sinar matahari sehingga tanaman
yang terdapat di bawah sedikit menerima cahaya matahari. Sedangkan
pada lokasi tanpa naungan, banyak terdapat jenis tumbuhan yang rendah,
karena pada lokasi tanpa naungan tidak ada penghalang bagi tumbuhan
rendah untuk mendapatkan sinar matahari.
Berdasarkan hasil pengamatan analisis vegetasi, diperoleh
beberapa growthform di lokasi naungan dan tanpa naungan. Pada lokasi
naungan, diperoleh growthform semak, rumput, perdu, seedling dan
herba. Growthform semak ditemukan sebanyak 2 spesies dan memiliki
total nilai kerapatan relatif sebesar 18,09%, frekuensi relatif sebesar
21,74%, dan nilai penting sebesar 39,82%. Growthform rumput
ditemukan sebanyak 5 spesies dan memiliki total nilai kerapatan relatif
sebesar 34,04%, frekuensi relatif sebesar 26,09%, dan nilai penting
sebesar 60,13%. Growthform Perdu ditemukan sebanyak 2 spesies dan
memiliki total nilai kerapatan relatif sebesar 2,13%, frekuensi relatif
sebesar 8,70%, dan nilai penting sebesar 10,83%. Growthform seediling
ditemukan sebanyak 4 spesies dan memiliki total nilai kerapatan relatif
sebesar 35,11%, frekuensi relatif sebesar 21,74%, dan nilai penting
sebesar 56,85%. Growthform Herba ditemukan sebanyak 5 spesies dan
memiliki total nilai kerapatan relatif sebesar 10,64%, frekuensi relatif
sebesar 21,74%, dan nilai penting sebesar 32,38%.
Pada lokasi tanpa naungan, diperoleh growthform semak,
rumput, perdu, seedling dan herba. Growthform semak ditemukan
sebanyak 2 spesies dan memiliki total nilai kerapatan relatif sebesar
2,75%, frekuensi relatif sebesar 10,00%, dan nilai penting sebesar
12,75%. Growthform rumput ditemukan sebanyak 8 spesies dan
memiliki total nilai kerapatan relatif sebesar 13,15%, frekuensi relatif
sebesar 45,00%, dan nilai penting sebesar 58,15%. Growthform perdu
ditemukan sebanyak 2 spesies dan memiliki total nilai kerapatan relatif
sebesar 81,04%, frekuensi relatif sebesar 15,00%, dan nilai penting
sebesar 96,04%. Growthform seedling ditemukan sebanyak 2 spesies dan
memiliki total nilai kerapatan relatif sebesar 0,61%, frekuensi relatif
sebesar 10,00%, dan nilai penting sebesar 10,61%. Growthform herba
ditemukan sebanyak 3 spesies dan memiliki total nilai kerapatan relatif
sebesar 2,45%, frekuensi relatif sebesar 20,00%, dan nilai penting
sebesar 22,45%.
Berdasarkan hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis
dan jumlah cacah spesies pada lokasi tanpa naungan lebih beragam dan
banyak dibandingkan dengan jenis dan jumlah cacah spesies pada lokasi
dengan naungan. Hal ini diperkirakan karena tumbuhan membutuhkan
cahaya untuk berfotosintetsis sehingga dilokasi tanpa naungan,
keanekaragaman lebih banyak dibandingkan dengan naungan. Lokasi
naungan dan tanpa naungan memiliki growthform paling dominan yang
sama yaitu rumput. Hal ini menunjukkan bahwa rumput paling mudah
tumbuh di lokasi belakang kampus II Atma Jaya Yogyakarta, dimana
rumput tumbuh liar serta memiliki kecepatan tumbuh yang cepat dan
daya tahan hidup yang tinggi.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, spesies yang
mendominasi pada lokasi naungan adalah Ageratum sp sedangkan pada
lokasi tanpa naungan adalah Bidens spilosa. Spesies yang medominasi
pada lokasi dengan naungan dan tanpa naungan secara umum
berdasarkan Growtform adalah pada Growthform semak yaitu Mimosa
pudica, pada Growthform rumput yaitu Digitaria sanguinalis., pada
Growthform herba yaitu Ageratum conyzoides, pada Growthform
seedling yaitu Ageratum conyzoides, pada Growthform perdu yaitu
Bidens spilosa.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap keragaman dan banyaknya
jenis spesies yaitu apabila semakin tinggi intensitas cahaya maka spesies
tersebut mudah untuk berfotosintesis sehingga spesies tersebut mudah
untuk bertumbuh dan menyebar. Hal ini dikarenakan daerah tanpa
naungan tidak terdapat naungan pohon besar sehingga cahaya matahari
tidak terhalang untuk menyinari dan memberikan energi untuk
tumbuhnya suatu vegetasi yang terletak di tanah sedangkan daerah
dengan naungan terdapat naungan pohon besar sehingga cahaya matahari
terhalang untuk menyinari dan memberikan energi untuk berfotosintesis
yang membutuhkan cahaya matahari dan tumbuhnya suatu vegetasi yang
terletak di tanah bawah naungan pohon tersebut.
Setelah dilakukan percobaan dengan naungan didapatkan hasil
Indeks similaritas sebesar 0,51% dan indeks disimilaritas sebesar 0,88%.
Pada percobaan tanpa naungan didapatkan hasil Indeks similaritas
sebesar 0,23% dan indeks disimilaritas sebesar 0,34%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pada tanpa naungan keberadaan hidup tumbuhan
lebih tinggi karena seperti diketahui pada teori jika semakin kecil indeks
similaritas semakin tinggi pula keberadaannya.
V. SIMPULAN
Krebs, J.C. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.
Harper and Row Publisher. London.
Michael, P.E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Universitas Indonesia. Jakarta.