Anda di halaman 1dari 12

HIDROPONIK

PAPER

OLEH :
FEBRI D.A GIRSANG / 130301205
AGROEKOTEKNOLOGI IV

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hidroponik berasal dari kata Yunani, yaitu hydro artinya "air" dan ponos

artinya "mengerjakan". Pengertian hidroponik adalah suatu teknik/metode

bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Media-media tanamnya dapat berupa

kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata,

potongan kayu, atau busa. Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya

bukanlah tanah, tetapi cadangan makanan dan air yang terkandung dalam tanah

yang diserap akar. Berarti dapat disimpulkan bahwa suatu tanaman dapat tumbuh

tanpa tanah, asalkan diberikan cukup air dan garam-garam mineral.

Dengan menggunakan hidroponik, para petani akan dapat meningkatkan

kualitas dan hasil produksi tanaman yang dapat di lakukan dengan menggunakan

lahan sempit di perkotaan dengan media rumah kaca. Untuk menghasilkan

produksi tanaman yang baik dan juga melimpah, para petani harus memperhatikan

faktor yang mempengaruhi kualitas dari tanaman yang salah satunya adalah

tingkat kelembapan pada rumah kaca atau lainnya (Kurniawan,2015).

Sekarang ini, banyak sekali warga yang tinggal di perkotaan dan

perumahan dengan rumah yang sempit dan tidak punya lahan menanam tanaman

dengan sistem hidroponik. Biasanya menggunakan pipa yang dialiri air mengalir

ditempel di dinding-dinding rumah (Berberita.com).

Keberhasilan metode hidroponik tergantung dari kebersihan wadah,

media, dan tanaman yang digunakan. Oleh karena itu, semua media dan wadah

yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah

dengan dipanaskan atau dicuci sehingga bebas dari hama dan penyakit. Setelah

media dan wadah hidroponik dibersihkan, barulah tanaman ditanam pada media
tersebut, kemudian diberikan larutan nutrisi. Larutan ini mengandung unsur

makromolekul, mikromolekul, hormon, dan bahan mineral yang dibutuhkan

tanaman.

Strategi pertanian hidroponik adalah memindahkan hara secepatnya dari

sisa tanaman,  kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang

selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam

larutan tanah. Dengan kata lain,  unsur hara didaur-ulang satu atau lebih tahapan

bentuk senyawa hidroponik sebelum diserap tanaman.  Hal ini berbeda sekali

dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan

langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap langsung dengan takaran

dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Agrotani, 2015)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui teknik

hidroponik dan jenis nutrisi yang digunakan dalam teknik hidroponik.

Sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah Teknologi Budidaya

Tanaman Hortikultura.
NUTRISI HIDROPONIK

Pengertian Hidroponik

Hidroponik berasal dari kata Yunani, yaitu hydro artinya "air" dan ponos

artinya "mengerjakan". Pengertian hidroponik adalah suatu teknik/metode

bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Media-media tanamnya dapat berupa

kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata,

potongan kayu, atau busa. Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya

bukanlah tanah, tetapi cadangan makanan dan air yang terkandung dalam tanah

yang diserap akar. Berarti dapat disimpulkan bahwa suatu tanaman dapat tumbuh

tanpa tanah, asalkan diberikan cukup air dan garam-garam mineral.

Dengan menggunakan hidroponik, para petani akan dapat meningkatkan

kualitas dan hasil produksi tanaman yang dapat di lakukan dengan menggunakan

lahan sempit di perkotaan dengan media rumah kaca. Untuk menghasilkan

produksi tanaman yang baik dan juga melimpah, para petani harus memperhatikan

faktor yang mempengaruhi kualitas dari tanaman yang salah satunya adalah

tingkat kelembapan pada rumah kaca atau lainnya (Kurniawan,2015).

Teknik Hidroponik

1. Substrate System

Substrate systematau sistem substrat adalah sistem hidroponik yang menggunakan

media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sitem ini meliputi:

a.Sand Culture

Biasa juga disebut „Sandponics‟ adalah budidaya tanaman dalam media

pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial pertama kali

dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa irigasi tetes.
Saat ini Sand Culture dikembangkan menjadi teknologi yang lebih menarik,

terutama di Negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini dibuat dengang

membangun sistem drainase dilantai rumah kaca, kemudian ditutup dengan pasir

yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen. Selanjutnya tanaman

ditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah, dan secara individual diberi

irigasi tetes.

b.Gravel Culture

Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan

gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Metode ini sangat

populer sebelum perang dunia ke 2. Kolam memanjang sebagai bedengan diisi

dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan hara yang dapat

digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman ditanam di atas

gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini sistem ini

masih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang lebih murah

dan lebih efisien.

c.Rockwool

Adalah nama komersial media tanaman utama yang telah dikembangkan

dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini besarsal dari bahan batu

Basalt yang bersifat Inert yang dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan

tersebut di spin (diputar) seperti membuat aromanis sehingga menjadi benang-

benang yang kemudian dipadatkan seperti kain „wool‟ yang terbuat dari

„rock‟.Rockwool.

2. Kultur Air
Diantara budidaya tanaman tanpa tanah, kultur air adalah budidya tanaman

yang menurut definisi merupakan sistem hidroponik yang sebenarnya. Kultur air

juga sering disebut true hydroponics, nutri culture, atau bare root system. Di

dalam kultur air, akar tanaman terendam dalam media cair yang merupakan

larutan hara tanaman, sementara bagian atas tanaman ditunjang adanya lapisan

medium inert tipis yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh tegak.

a.Wick System

Wick system merupakan teknik yang paling sederhana dan populer

digunakan oleh para pemula. Sistem ini termasuk pasif dan nutrisi mengalir ke

dalam media pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu. Wick

sistem hidroponik bekerja dengan baik untuk tanaman dan tumbuhan kecil. Sistem

hidroponik ini tidak bekerja dengan baik untuk tanaman yang membutuhkan

banyak air (Diana, 2014)

b. Ebb & Flow System

Sebuah media tumbuh ditempatkan di dalam sebuah wadah yang

kemudian diisi oleh larutan nutrisi. Kemudian nutrisi dikembalikan ke dalam

penampungan, dan begitu seterusnya. Sistem ini memerlukan pompa yang

dikoneksikan ke timer. Pastikan Anda menggunakan wadah yang cukup besar dan

atur jarak antar tanaman agar pertumbuhan tanaman tidak saling mengganggu

(Diana, 2014)

c. NFT (Nutrient Film Technique) System

Sistem ini merupakan cara yang paling populer dalam istilah hidroponik.

Konsepnya sederhana dengan menempatkan tanaman dalam sebuah wadah atau

tabung dimana akarnya dibiarkan menggantung dalam larutan nutrisi. Sistem ini
dapat terus menerus mengalirkan nutrisi yang terlarut dalam air sehingga tidak

memerlukan timer untuk pompanya. NFT cocok diterapkan pada jenis tanaman

berdaun seperti selada (Diana, 2014)

d. Aeroponic System

Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran di udara tanpa

penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan

hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar

tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Air dan

nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi sprinkler.

Kecanggihan sistem ini memungkinkan Anda memperoleh hasil yang baik

dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainnya. Hal ini disebabkan oleh

larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung masuk ke akar, sehingga

tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang banyak mengandung oksigen

(Diana, 2014)

e. Water Culture System

Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang tersuspensi dalam air

yang kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar. Tanaman dapat

ditempatkan di rakit dan mengapung di air nutrisi juga. Dengan sistem hidroponik

ini, akar tanaman terendam dalam air dan udara diberikan kepada akar tanaman

melalui pompa akuarium dan diffuser udara. Semakin gelembung yang lebih baik,

tanaman akar akan tumbuh dengan cepat untuk mengambil air nutrisi

(Diana, 2014)
Nutrisi pada Hidroponik

Dalam sistem hidroponik tanah tidak digunakan sebagai media tumbuh,

tetapi diganti dengan media lain seperti arang sekam, cocopeat atau material

lainnya selain tanah. Media tanam tersebut tidak mengandung unsur hara yang

cukup oleh sebab itu kita harus memberikannya kepada tanaman melalui pupuk

(dalam hidroponik istilah pupuk disebut juga nutrisi hidroponik). Kita harus

menghitung secara cermat jumlah dari masing-masing unsur hara sesuai dengan

kebutuhan masing-masing tanaman.

Unsur-unsur nutrisi penting dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok

berdasarkan kecepatan hilangnya dari larutan (Bugbee 2003). Kelompok pertama

adalah unsur-unsur yang secara aktif diserap oleh akar dan hilang dari larutan

dalam beberapa jam yaitu N, P, K dan Mn. Kelompok kedua adalah unsur-unsur

yang mempunyai tingkat serapannya sedang dan biasanya hilang dari larutan agak

lebih cepat daripada air yang hilang (Mg, S, Fe, Zn, Cu, Mo, Cl). Kelompok

ketiga adalah unsur-unsur yang secara pasif diserap dari larutan dan sering

bertumpuk dalam larutan (Ca dan B).

Suplai kebutuhan nutrisi untuk tanaman dalam sistem hidroponik sangat

penting untuk diperhatikan. Dua faktor penting dalam formula larutan nutrisi,

terutama jika larutan yang digunakan akan disirkulasi (“closed system”) adalah

komposisi larutan dan konsentrasi larutan (Bugbee 2003). Kedua faktor ini sangat

menentukan produksi tanaman. Setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas,

membutuhkan keseimbangan jumlah dan komposisi larutan nutrisi yang berbeda.

Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi atau pupuk pada sistem

hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik atau “electro conductivity”


(EC) atau aliran listrik di dalam air dengan menggunakan alat EC meter. EC ini

untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman, karena kualitas

larutan nutrisi sangat menentukan keberhasilan produksi, sedangkan kualitas

larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada konsentrasinya.

Unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil sebagai nutrisi untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu juga penting untuk

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit atau hama. Menurut

Bugbee (2003), kekurangan Mn menyebabkan tanaman mudah terinfeksi oleh

cendawan Pythium. Tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat menekan pertumbuhan

mikrobia, tetapi pada konsentrasi agak tinggi menjadi racun bagi tanaman. Silikon

juga bermanfaat untuk ketahanan tanaman meskipun tidak dikenal sebagai unsur

esensial, yaitu dapat melindungi dari serangan hama dan penyakit (Cherif et al.

1994; Winslow 1992) dan melindungi dari keracunan logam berat.

Semakin tinggi garam yang terdapat dalam air, semakin tinggi EC-nya.

Konsentrasi garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu

serapan nutrisi dan air (Hochmuth dan Hochmuth 2003). Setiap jenis dan umur

tanaman membutuhkan larutan dengan EC yang berbeda-beda. Kebutuhan EC

disesuaikan dengan fase pertumbuhan, yaitu ketika tanaman masih kecil, EC yang

dibutuhkan juga kecil. Semakin meningkat umur tanaman semakin besar EC-nya.

Jenis Nutrisi

Kebutuhan hara berdasar suplai dari luar, larutan nutrisi yang diberikan

terdiri atas garam-garam makro dan mikro yang dibuat dalam larutan stok A dan

B. Larutan nutrisi stok A terdiri atas unsur N, K, Ca, dan Fe, sedangkan stok B

terdiri atas unsur P, Mg, S, B, Mn, Cu, Na, Mo, dan Zn. Selain itu, nutrisi yang
terdiri dari unsur hara makro dan mikro merupakan hara yang mutlak diperlukan

untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman.

Stock A :

 Ca(N03)2.4H20 (Kalsium Nitrat);


 HNO3 (Asam Nitrat);
 FeS04(Ferrum Sulfat);

Stock B :

 H3P04(Asam Phosphat);
 KNO3 (Kalium Nitrat);
 KH2PO4 (Kalium Hidrogen Phosphat);
 MgS04 (Magnesium Sulfat/Garam Inggris);
 H3B03(Asam Borat);
 (NH4) 6M07O4 (Amonium Molibdat);
 ZnS04 (Seng Sulfat);
 CUSO4 (Kupri Sulfat);
 K2SO4 (Kalium Sulfat);

Satu set nutrisi hidroponik terdiri dari 2 kantong yaitu kantong A dan

kantong B. Adapun kandungannya adalah 9.90% NO3, 0.48% NH4, 4.83% P2O5,

16.50% K2O, 2.83% MgO,11.48% CaO, 3.81% SO3, 0.013% B, 0.025% Mn,

0.015% Zn, 0.002% Cu, 0.003% Mo dan 0.037% Fe, atau tergantung dari jenis

tanamannya, setiap tanaman mempunya formulasi kandungan yang berbeda-beda.

Suplai kebutuhan nutrisi untuk tanaman dalam sistem hidroponik sangat

penting untuk diperhatikan. Dua faktor penting dalam formula larutan nutrisi,

terutama jika larutan yang digunakan akan disirkulasi (“closed system”) adalah

komposisi larutan dan konsentrasi larutan (Bugbee 2003). Kedua faktor ini sangat

menentukan produksi tanaman. Setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas,

membutuhkan keseimbangan jumlah dan komposisi larutan nutrisi yang berbeda.


Formulasi Nutrisi dan Cara Aplikasi

Beberapa faktor penting dalam menentukan formula nutrisi hidroponik

(Hochmuth dan Hochmuth 2003 ) adalah :

1) garam yang mudah larut dalam air;

2) kandungan sodium, khlorida, amonium dan nitrogen organik, atau unsur-unsur

yang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman harus diminimalkan;

3) komposisi digunakan bahan yang bersifat tidak antagonis satu dengan yang

lainnya; dan

4) dipilih yang ekonomis.

Selanjutnya aplikasi larutan nutrisi pada kultur hidroponik secara prinsip

juga tergantung pada metode yang akan diterapkan. Beberapa metode tersebut

antara lain adalah sebagai yang tertera pada uraian berikut ini (Jensen 1990).

1. Kultur pot atau polybag. Dengan metode ini sistem pemberian larutan nutrisi

dapat dilakukan secara manual atau irigasi tetes (“drip irrigation”) dengan

frekuensi 3-5 kali per hari, tergantung pada kebutuhan tanaman, macam media

tumbuh, dan cuaca/kondisi lingkungan. Sistem irigasi tetes lebih mudah,

menghemat tenaga dan waktu, tetapi kendalanya adalah saluran irigasi sering

tersumbat sehingga aliran nutrisi terhambat.

2. Kultur bedeng dengan sistem NFT. Sistem pemberian larutan nutrisi yang

digunakan adalah melalui perputaran aliran larutan nutrisi yang dibantu oleh

pompa mesin atau dapat pula menggunakan cara yang lebih sederhana (tanpa

pompa) yaitu menggunakan gaya grafitasi.

Anda mungkin juga menyukai