Dokumen - Tips - Tray Dryer 56a0ce405de8d
Dokumen - Tips - Tray Dryer 56a0ce405de8d
PENDAHULUAN
Metode Pengeringan:
1. Pengeringan alami.
Pengeringan alami terdiri dari:
Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat
yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100 o Fahrenheit. Pengeringan
dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik,
setelah pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 175 oFahrenheit
selama 10-15 menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya
Air Drying
Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung bahan di
tempat udara kering berhembus. Misalnya di beranda atau di daun jendela.
Bahan yang biasa dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan
(Ranganna, S., 1977).
Kelebihan Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan keahlian dan peralatan
khusus, serta biayanya lebih murah.
Kelemahan Pengeringan Alami adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat
tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan.
2. Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan terdiri dari:
Menggunakan alat Dehidrator
Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan menggunakan alat
dehydrator, makanan akan kering dalam jangka waktu 6-10 jam. Waktu
pengeringan tergantung dengan jenis bahan yang kita gunakan.
Menggunakan oven
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan
sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Lebih lama
dari dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering, temperature oven harus di
atas 140o derajat Fahrenheit.
Kelebihan Pengeringan Buatan adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan
dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat
dikendalikan.
Kelemahan Pengeringan Buatan adalah memerlukan keterampilan dan peralatan
khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.
Catatan :
Mw = [ laju pengeringan kg/jam.m2)][luas total permukaan tray (m2)]
MA = ρ.V.A
Dimana:
V = kecepatan udara diukur
A = luas penampang dryer
ρ = berat jenis udara pada suhu pengeringan
1.2.5
BAB II
METODOLOGI
Table 3.3 Data Pengamatan pada Air Flow Skala 2 Bukaan Penuh
No Waktu Pegeringan Cairan Total (gram)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
Table 3.4 Data Pengamatan pada Air Flow Skala 4 Bukaan Penuh
No Waktu Pegeringan Cairan Total (gram)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
Table 3.5 Data Pengamatan pada Air Flow Skala 6 Bukaan Penuh
No Waktu Pegeringan Cairan Total (gram)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kadar Air pada Air Flow Skala 4
No Waktu Pegeringan Kadar Air yang Hilang (%)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Kadar Air pada Air Flow Skala 6
No Waktu Pegeringan Kadar Air yang Hilang (%)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
80
78 cawan 2
(gram)
76 cawan 3
74
72
70
68
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (menit)
Gambar 3.1 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Ventilasi Tertutup
80
cawan 2
(gram)
76 cawan 3
72
68
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (menit)
Gambar 3.2 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Ventilasi Bukaan Setengah
80
cawan 2
(gram)
76 cawan 3
72
68
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (menit)
Gambar 3.3 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Ventilasi Bukaan Penuh
Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Skala Air
Flow 2
86
84
82
cawan 1
Masa Bahan
80
78 cawan 2
(gram)
76 cawan 3
74
72
70
4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)
Gambar 3.4 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Skala Air Flow 2
80
78 cawan 2
(gram)
76 cawan 3
74
72
70
4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)
Gambar 3.5 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Skala Air Flow 4
80
78 cawan 2
(gram)
76 cawan 3
74
72
70
4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)
Gambar 3.6 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Skala Air Flow 6
cawan 2
37.00
cawan 3
(%)
35.00
33.00
4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)
Gambar 3.7 Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada Skala Air Flow 2
cawan 2
34.00 cawan 3
32.00
(%)
30.00
28.00
26.00
4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)
Gambar 3.8 Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada Skala Air Flow 4
Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada Skala
Air Flow 6
46.00
44.00
42.00
40.00 cawan 1
Kadar Air
38.00 cawan 2
36.00 cawan 3
(%)
34.00
32.00
30.00
28.00
4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)
Gambar 3.9 Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada Skala Air Flow 6
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini bertujuan untuk mengeringkan bahan padatan yang
berupa karbon aktif, tetapi sebelum itu bahan tersebut dibasahi dahulu menggunakan air
dengan cara memercikkannya sebanyak 20 mL di setiap sampel yang ditempatkan di
cawan pertidisk.proses pengeringan dilakukan dengan menaruh cawan pertidisk di dalam
rak pengering (tray) yang memiliki berat yang berbeda-beda pada masing-masing cawan
yaitu seberat 20 gram, 25 gram dan 30 gram. Udara yang dialirkan oleh blowerdan
dipanaskan oleh heater bertindak sebagai medium pengering yaitu dilakukan dengan
mengatur air flow control dengan skala 3 dan temperature control pada skala 3 dengan
memvariasikan ventilasi pada keadaan tertutup, bukaan setengah dan bukaan penuh.
Kemudian melakukan pengeringan dengan mengatur temperature control pada skala 3 dan
memvariasikan air flow control pada skala 2, 4, dan 6 dengan keadaan ventilasi bukaan
penuh atau operasi kontinyu (ada udara luar yang disirkulasikan masuk ke dalam).
Setelah operasi berlangsung setelah 5 menit dilakukan pencatatan berat sampel
pada masing-masing cawan hingga 15 menit, agar diperoleh hubungan penurunan kadar air
dari waktu ke waktu. Dari kurva laju pengeringan pada air flow skala 2 (gambar 3.7)
menunjukkan bahwadari ketiga cawan baik cawan 1, 2 dan 3 sama-sama mengalami
penurunan kadar air. Akan tetapi tren grafik pada masing-masing cawan berbeda, dengan
kondisi penurunan kadar air yang cukup besar pada cawan 1 kemudian diikuti cawan 3
kemudian cawan 2. Pada kurva laju pengeringan pada air flow 4 dan 6 (gambar 3.8 dan
gambar 3.9) menunjukkan bahwa dari ketiga cawan terjadi hal yang sama dengan aanya
penurunan kadar air. Akan tetapi tren penurunan grafik pada skala 4 dan 6 relatif lebih
kecil dibandingkan pada skala 2. Hal ini disesbabkan karena semakin tinggi skala air flow
sehingga mengakibatkan proses pengeringan yang semakin cepat.
Hubungan massa bahan berbanding terbalik dengan variasi waktu (untuk skala
air flow 2 pada gambar 3.4 , untuk skala air flow 4 pada gambar 3.5, dan untuk skala air
flow pada gambar 3.6) dimana semakin lama waktu massa bahan semakin kecil
dikarenakan kadar air yang telah berkurang. Tidak terjadi massa bahan pada sampel
konstan laju pengeringannya. Pengaruh ventilasi dengan bukaan penuh menyebabkan
adanya perbedaan air flow dari alat dengan lingkungan sehingga terjadi pertukaran aliran
yang terdapat dalam alat dengan aliran dari lingkungan. Ukuran partikel berpengaruh juga
dalam menentukan lamanya waktu pengeringan karena dengan ukuran partikel yang lebih
kecil maka luas permukaan kontak antara partikel padatan dengan udara menjadi lebih
besar. Penggunaan cawan pertidisk ini juga mempengaruhi proses pengeringan karena
udara panas yang mengenai cawan menyebabkan terjadinya perpindahan panas dari udara
ke cawan, sehingga cawan menjadi panas tetapi waktu yang dibutuhkan lebih lama
dibandingkan dengan menggunaka tray dalam drier yang terbuat dari besi dan hal ini dapat
membantu dalam proses pengeringan sampel.
Dari pengamatan yang dilakukan pada masing-masing skala air flow 2, 4, dan 6
proses pengeringan berlangsung paling cepat pada cawan 3. Hal ini menunjukkan bahawa
komposisi jumlah partikel kering lebih banyak pada cawan 3.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kurva laju pengeringan antara kadar air dengan waktu menunjukkan bahwa kadar air
mengalami penurunan dengan bertambahnya waktu setiap 5 menit.
2. Semakin tinggi skala air flow yang digunakan maka proses pengeringan akan lebih
cepat.
3. Semakinbanyak massa yang dihunakan dengan penambahan air yang konstan maka
waktu yang diperlukan semakin lama hingga massanya konstan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. 2000. Kimia Dasar untuk Teknik Industri. Penebar Swadaya, Jogjakarta.
Tim Laboratorium Pilot Plant, 2012, Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi,
Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda
Tim Penyusun Modul Ajar. 2007.Peralatan Industri Semester IV. Samarinda: Politeknik
Negeri Samarinda
LAMPIRAN
PERHITUNGAN