PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI
DAN DRAINASE
Abstract Kompetensi
Kebutuhan air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ir = W + Et + P - Re
Dimana :
Ir = Kebutuhan air untuk irigasi.
W = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan (standing
water).
Et = Evapotranspirasi = crop consumtive use
P = Perkolasi
Re = Curah hujan efektif.
3. PERKOLASI
Perkolasi ialah peristiwa meresapnya air dari lapisan tak jenuh ke lapisan yang
jenuh.
Banyaknya air untuk perkolasi tergantung dari porositas tanah. Perkiraan perkolasi
didasarkan pada hasil percobaan lapangan.
Untuk nilai perkolasi pada dataran rendah ditetapkan sebesar 1 mm/hari.
4. CURAH HUJAN EFEKTIF (RE)
Perkiraan curah hujan efektif dihitung berdasarkan R50, artinya curah hujanyang
50% disamai atau dilampaui dari 10 kali peristiwa.
Metode yang dipakai :
1. Cara Empiris
Re = R50 = n/5 +1
Re = R 50 = curah hujan efektif 50%
Dimana :
n/5 +1 = ranking curah hujan efektif Re dihitung dari ranking terkecil
n = Jumlah pengamatan curah hujan.
2. Cara Statistik
a. Dengan analisa frekuensi curah hujan harian atau bulanan dapat diperkirakan
curah hujan efektif yang 50% disamai atau dilewati dengan periode ulang 5 tahun
dengan ascending order (Nm. Excending). Dengan memplot pada “Extermal
Porbality Paper” dari Gumbel atau log-log paper dengan ploting pisitioan dari
Hanzen 100(2m-1)/(n+1) besarnya curah hujan harian dapat dicari dengan
mengambil p (x) = 50% atau periode ulang 5 tahun.
Dimana :
Ir = Kebutuhan air irigasi.
Et = Crop Consumtive use = Evapotranspirasi.
P = Perkolasi
W = Kebutuhan air untuk pengolahan atau genangan.
Jika :
W = 0
Ir = Irigasi = 0
Et = Evapotranspirasi = 10 mm/hari
P = Perkolasi = 6 mm/hari
PD = Pengolahan = 20 mm/hari
Ws = water storage capacity= 30 mm/hari
Sm = Soil moisture = 6 mm/hari
5. EVAPOTRANSPIRASI
Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan untuk transpirasi
dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman serta umur tanaman.
Dalam studi ini untuk menghitung besarnya evapotranspirasi digunakan metode
Penman Modifikasi yang telah disesuaikan dengan keadaan daerah Indonesia
(Suhardjono, 1990: 54).
Eto = c x Eto*
Eto* = W (0.75.Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
ed = ea . RH
C = angka koreksi Penman yang besarnya melihat kondisi siang dan malam
Tabel 4.1. Data Radiasi Matahari (R) Pos Klimatologi Temindung Samarinda
(mm H2O/hari)
Bulan
Koordinat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
00028'LS 14.50 15.00 15.20 14.70 13.90 13.40 13.50 14.20 14.90 15.00 14.60 14.30
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Temindung Samarinda Tahun 2012
Tabel 4.2. Hubungan Suhu (t) Dengan Nilai ea (mbar), w, (1-w) dan f (t)
Suhu (t) ea w w w (1 - w ) (1 - w ) (1 - w ) f (t)
(oC) (m bar) 0.00 3.00 250.00 0.00 3.00 250.00
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
24.00 29.85 0.730 0.730 0.735 0.270 0.270 0.265 15.400
24.20 30.21 0.732 0.732 0.737 0.268 0.268 0.263 15.450
24.40 30.57 0.734 0.734 0.739 0.266 0.266 0.261 15.500
24.60 30.94 0.736 0.736 0.741 0.264 0.264 0.259 15.550
24.80 31.31 0.738 0.738 0.743 0.262 0.262 0.257 15.600
25.00 31.69 0.740 0.740 0.745 0.260 0.260 0.255 15.650
25.20 32.06 0.742 0.742 0.747 0.258 0.258 0.253 15.700
25.40 32.45 0.744 0.744 0.749 0.256 0.256 0.251 15.750
25.60 32.83 0.746 0.746 0.751 0.254 0.254 0.249 15.800
25.80 33.22 0.748 0.748 0.753 0.252 0.252 0.247 15.850
26.00 33.62 0.750 0.750 0.755 0.250 0.250 0.245 15.900
26.20 34.02 0.752 0.752 0.757 0.248 0.248 0.243 15.940
26.40 34.42 0.754 0.754 0.759 0.246 0.246 0.241 15.980
26.60 34.83 0.756 0.756 0.761 0.244 0.244 0.239 16.020
26.80 35.25 0.758 0.758 0.763 0.242 0.242 0.237 16.060
27.00 35.66 0.760 0.760 0.765 0.240 0.240 0.235 16.100
27.20 36.09 0.762 0.762 0.767 0.238 0.238 0.233 16.140
27.40 36.50 0.764 0.764 0.769 0.236 0.236 0.231 16.180
27.60 36.94 0.766 0.766 0.771 0.234 0.234 0.229 16.220
27.80 37.37 0.768 0.768 0.773 0.232 0.232 0.227 16.260
28.00 37.81 0.770 0.770 0.775 0.230 0.230 0.225 16.300
28.20 38.25 0.771 0.771 0.777 0.229 0.229 0.223 16.340
28.40 38.70 0.772 0.772 0.779 0.228 0.228 0.221 16.380
28.60 39.14 0.773 0.773 0.781 0.227 0.227 0.219 16.420
28.80 39.61 0.774 0.774 0.783 0.226 0.226 0.217 16.460
29.00 40.06 0.775 0.775 0.785 0.225 0.225 0.215 16.500
Sumber : Suhardjono
Tabel 4.3. Nilai koreksi bulanan ( c ) untuk rumus Penmann
Bulan c
(1) (2)
Jan 1.10
Feb 1.10
Mrt 1.00
Apr 0.90
Mei 0.90
Jun 0.90
Jul 0.90
Agt 1.00
Sept 1.10
Okt 1.10
Nov 1.10
Des 1.10
Sumber : Suhardjono
Berdasarkan rumus tersebut diatas, maka perhitungan besarnya evapotraspirasi beserta data
rerata klimatologi stasiun Temindung Samarinda disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4. Evapotranspirasi Potensial Metoda Penmann Modifikasi
Bulan
No. Perhitungan Satuan
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
I. DATA
1 Suhu [ T ] (oC) 27.27 27.54 27.43 27.50 28.17 27.27 27.07 27.18 27.43 27.57 27.62 27.87
2 Kelembaban Relatif [ RH ] (%) 81.95 81.23 82.56 83.40 84.47 84.26 83.59 79.73 81.29 81.94 82.68 83.34
3 Lama Penyinaran [ n/N ] (%) 36.96 43.51 43.61 45.49 45.49 45.35 48.76 53.69 45.66 44.49 41.83 36.44
4 Kecepatan Angin [ u ] (knot) 3.97 4.53 4.50 4.23 5.27 4.31 4.59 5.15 4.84 4.33 3.95 3.80
(m/det) 1.77 2.03 2.01 1.89 2.36 1.93 2.05 2.30 2.16 1.94 1.77 1.70
II. PERHITUNGAN
1 Tekanan uap jenuh [ ea ] (mbar) 36.23 36.81 36.57 36.72 38.18 36.23 35.81 36.05 36.57 36.87 36.98 37.52
2 Faktor pembobot untuk Rn [ W ] 0.76 0.77 0.76 0.77 0.77 0.76 0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 0.77
3 Faktor pembobot [ 1 - W ] 0.24 0.23 0.24 0.23 0.23 0.24 0.24 0.24 0.24 0.23 0.23 0.23
4 Fungsi suhu [ f (t) ] 16.15 16.21 16.19 16.20 16.33 16.15 16.11 16.14 16.19 16.21 16.22 16.27
5 Tekanan uap nyata [ ed ] (mbar) 29.69 29.90 30.19 30.62 32.25 30.53 29.93 28.74 29.72 30.21 30.58 31.27
6 Fungsi tekanan uap [ f (ed) ] 0.10 0.10 0.10 0.10 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.09
7 Perbedaan tekanan uap [ ea - ed ] (mbar) 6.54 6.91 6.38 6.10 5.93 5.70 5.88 7.31 6.84 6.66 6.41 6.25
8 Radiasi ekstra terrestial [ Ra ] (mm/hari) 14.50 15.00 15.20 14.70 13.90 13.40 13.50 14.20 14.90 15.00 14.60 14.30
9 Radiasi gel. Pendek [ Rs ] (mm/hari) 6.52 7.27 7.38 7.29 6.89 6.63 6.93 7.67 7.40 7.35 6.95 6.39
10 Fungsi kecerahan matahari [ f (n/N) ] 0.43 0.49 0.49 0.51 0.51 0.51 0.54 0.58 0.51 0.50 0.48 0.43
11 Fungsi angin [ f (u) ] 0.68 0.74 0.74 0.71 0.82 0.72 0.75 0.81 0.77 0.72 0.68 0.67
12 Radiasi netto gel. panjang [ Rn1 ] (mm/hari) 0.70 0.79 0.78 0.80 0.75 0.80 0.86 0.98 0.83 0.80 0.75 0.65
13 Faktor koreksi [ c ] 1.10 1.10 1.00 0.90 0.90 0.90 0.90 1.00 1.10 1.10 1.10 1.10
14 Evaporasi Potensial [ ETo* ] (mm/hari) 4.26 4.77 4.74 4.59 4.52 4.16 4.35 5.04 4.86 4.74 4.44 4.14
15 Evapotranspirasi Potensial [ ETo ] (mm/hari) 4.68 5.25 4.74 4.13 4.07 3.74 3.92 5.04 5.34 5.21 4.89 4.56
Sumber: Hasil perhitungan
Keterangan perhitungan :
Keterangan :
1 Tabel PN. 1
2 Tabel PN. 1
3 [ 1 - (2)]
4 Tabel PN. 1
5 [ (1) * (RH) ]
6 0.34 - 0.044 * (5)0.5
7 [ (1) - (5) ]
8 Tabel PN. 2
9 (0.25 + 0.54 * n/N) * (8)
10 0.1 + 0.9 * n/N
11 0.27 * (1 + 0.864 * u)
12 f (t) * (6) * (10)
13 Tabel PN. 8
14 (2) * (0.75 * (9) - (12)) + (3) * (11) * (7)
15 (13) * (14)
6. DEBIT ANDALAN
Metode Fj.Mock
Dr. F.J. Mock (1973) memperkenalkan model sedehana simulasi keseimbangan air
bulanan untuk aliran dari data hujan, evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi
daerah pengaliran.
Kriteria perhitungan dan asumsi yang digunakan dalam analisis diuraikan sebagai
berikut :
Limpasan dan Penyimpanan Air Tanah (Run Off & Groundwater Storage)
Koefisien Infiltrasi (i)
Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang porous misalnya pasir halus mempunyai
iniltrasi lebih tinggi dibandingkan tanah lempung berat. Lahan yang terjal dimana air
tidak sempat infiltrasi ke dalam tanah maka koefisien infiltrasi akan kecil. Batasan
koefisien infiltrasi adalah 0 – 1.0.
Penyimpanan Air Tanah (Groundwater Storage)
Pada permulaan simulasi harus ditentukan penyimpanan awal (initial storage)
yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu, sebagai contoh
dalam daerah pengaliran kecildimana kondisi geologi lapisan bawah adalah tidak
tembus air dan mungkin tidak ada air di sungai pada musim kemarau, maka
penyimpanan air tanah menjadi nol.
Aliran dasar : infiltrasi dikurangi perubahan volume alian air dalam tanah
Limpasan langsung : kelebihan air (water surplus) – infiltrasi
Limpasan : aliran dasar + limpasan langsung
Debit andalan : aliran sungai dinyatakan dalam m3/bulan.
Umum
Pada suatu areal irigasi, baik irigasi teknis dan irigasi rawa, kebutuhan air irigasi
sangat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Penyiapan lahan
b. Penggunaan konsumtif
c. Perkolasi dan rembesan
d. Penggantian genangan air
e. Efisiensi irigasi
f. Curah hujan efektif
A. Penyiapan Lahan
Air diperlukan selama fase/masa penyiapan lahan untuk mempermudah pembajakan
dan menyiapkan kelembaban tanah guna pertumbuhan tanaman. Menurut teori Van de
Goor/Zijlstra (1968), kebutuhan air penyiapan lahan didasarkan pada kebutuhan air
untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi disawah, yang sudah
dijenuhkan selama periode penyiapan lahan 30 hari, dengan tinggi genangan air 250
mm atau 8.33 mm/hari (berdasarkan perencanaan tanpa Bero - KP 01). Nilai rata
untuk Indonesia diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut :
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan palawija berbeda untuk tanaman padi. Biasanya
untuk tanaman palawija disediakan air 75 mm. setelah pembajakan. Pada kasus
dengan type tanah lempung (clay) sangat kering, sehingga air irigasi 75 mm.
digunakan untuk pembajakan (lihat publikasi dari FAO).
Sedangkan besarnya koefisien tanaman padi, jagung dan kedelai dapat dilihat pada
tabel berikut.
E. Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi digunakan untuk menentukan efektivitas dari sistem irigasi dan
pengelolaannya dalam memenuhi permintaan penggunan konsumtif (evapo-
transpirasi) tanaman selama pertumbuhan. Variasi temporer pada kebutuhan-
kebutuhan ini terjadi selama produksi tanaman dan analisis beberapa proyek pada
banyak lokasi juga menyatakan bahwa efisiensi irigasi juga bervariasi bergantung
pada tahap pertumbuhan tanaman, yang berbeda halnya dengan kondisi klimatologi.
Pada dasarnya, kehilangan yang mempengaruhi efisiensi irigasi adalah yang terjadi
selama angkutan air dari sumber ke daerah persawahan, dan saat penggunaan sawah.
pada kajian ini, efisiensi irigasi dibagi dalam dua bagian :
Total efisiensi irigasi termasuk (conveyance efficiency dan farm efficiency) untuk
padi diasumsikan 65% (KP-01 and FENCO). Estimasi ini dibagi menjadi efisiensi
saluran utama 90%, efisiensi saluran sekunder 90% dan estimasi efisiensi saluran
tersier 80%. Menurut rekomendasi oleh FAO, untuk efisiensi irigasi secara
menyeluruh yang digunakan pada kajian ini adalah 72 % dari efisien sekunder dan
tersier, karena lokasi pekerjaan merupakan daerah rawa dengan desain saluran
F. Hujan Efektif
Data untuk memperoleh hujan efektif diperoleh dari pemetaan data stasiun yang
terdekat. Hujan harian diperoleh dengan satuan dari sepuluh tahun terendah (tahun
2003 sampai 2013). Perhitungan hujan efektif adalah 70% dari hujan setengah bulanan
:
Hujan efek. Padi = 0.7 x R80/15
Metode yang digunakan untuk hujan efektif palawija (R50) adalah sebagai berikut:
Hujan efek. Pal. = 0.5 x R50/15
Perhitungan hujan efektif padi dan palawija pada rencana pencetakan sawah, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.30. contoh Hasil Perhitungan Hujan Efektif Padi dan Palawija
G. Pola Tanam
‘1 Perencanaan Jaringan Irigasi dan Drainase
9
13 Aditia Rojali, S.Si, MT Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada suatu areal irigasi, baik irigasi teknis dan irigasi rawa, penentuan waktu
pengolahan dan awal tanam sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan budaya
masyarakat setempat, oleh karena itu untuk mendapatkan pola tanam yang ideal harus
mempertimbangkan aspek kearifan lokal.
Pola tanam yang diusulkan dengan melihat kebiasaan petani dan kondisi klimatologi
yang ada dengan pola tanam Padi - Padi – Palawija.
Berikut adalah contoh perhitungan kebutuhan air tanaman dan irigasi untuk beberapa
alternatif
H. Neraca Air
Neraca air adalah perbandingan antara jumlah air yang diperlukan untuk mengairi
suatu areal atau kebutuhan air irigasi (berdasarkan pola tata tanam rencana) dengan
jumlah air yang tersedia .
Dalam analisa neraca air di sini, besarnya kebutuhan air menggunakan hasil
perhitungan kebutuhan air irigasi, seperti telah diuraikan sebelumnya di atas, dengan
pola tanam Padi-Padi-Palawija, dengan berbagai alternatif musim tanam . Adapun
ketersediaan air dalam pekerjaan ini menggunakan debit andalan yang ada pada lokasi
studi. Berikut beberapa alternatif neraca air
Tabel 4.32. Contoh Neraca Air Daerah irigasi
Tabel Neraca Air DI Rantau Pulung
Pola Tanam : Padi - Padi - Palawija
Areal Fungsional : 30 Ha
Awal Tanam : November I
11000
MT II MT III
10000 Q Andalan
9000
Paddy Palawija Q Kebutuhan
8000
100%
7000
### 300%
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I III I II I II
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 Pola Tata Tanam Padi I (90 hr) LP Padi II (90 hr) Palawija/ Jagung (90 hr) LP Padi I (90 hr)
http://www.mercubuana.ac.id
15 Penggunaan Komsumsi untuk Padi mm/hari 4.76 3.12 2.49 0.00 0.00 0.00 0.00 4.47 4.34 4.13 2.50 1.78 0.00 0.00 0.00 0.00 4.94 4.86
16 Penggunaan Komsumsi untuk Palawija mm/hari 0.62 1.42 2.68 4.37 5.09 5.38 3.51 1.65
17 Kebutuhan Air Bersih NFR 1 mm/hari 4.80 4.40 1.95 0.00 8.97 5.30 1.91 4.34 5.06