Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muh.

Apriansyah
Nim : B011171551
Mata Kuliah : Hukum Perdata Internasional

Tugas :
Carilah dan Jelaskan beberapa konvensi atau statute yang membahas
tentang badan hukum

1. Vienna Convention On The Law Of Trearies Between States and


International Organizations or Between International Organizations
(Konvensi Wina 1969)
Di dalam konvensi Wina 1969 ini menjelaskan mengenai Organisasi
Internasional yang dapat dikategorokan badan hukum, didalam Pendirian
Organisasi Internasional menurut Konvensi Wina (artikel 2) 1969:
“An international agreement concluded between states in written form and
governed by international law, whether embodied in a single instrument or in
two or more related instruments, and whatever its particular designation”
Berdasarkan Konvensi Wina tersebut, maka unsur- unsur pendirian
Organisasi Internasional adalah:
1. Dibuat oleh negara sebagai para pihak (contracting state)
2. Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu, dua atau lebih instrumen
3. Untuk tujuan tertentu
4. Dilengkapi dengan organ/struktur Organisasi Internasional yang jelas
5. Berdasarkan hukum internasional
Dilihat dari hak-hak yang diperoleh peserta, maka status anggota dapat
dibedakan menjadi:
1. Full members (anggota penuh)
Berpartisipasi penuh dalam setiap kegiatan organisasi dan banyak
memiliki hak penuh
2. Associate/affiliate members(anggota afiliasi)
Berpartisipasi dlm kegiatan organisasi tetapi tidak memiliki hak memilih
3. Partial members
Berpartisipasi hanya dalam kegiatan tertentu saja

2. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952


Dalam Konvensi ini menjelaskan atau mengatur mengenai standar minimal
jaminan sosial bagi pekerja maka dalam hal ini badan hukum atau badan
usaha harus memenuhi standar tersebut. Misalnya dalam Pasal 13 konvensi
tersebut dijelaskan bahwa setiap Negara Anggota yang menerapkan bagian
dari konvensi ini harus memastikan pemberian tunjangan sakit kepada mereka
yang dilindungi sesuai pasal-pasal yang ada dalam bagian ini.
Pasal 15 pekerja yang dilindungi harus terdiri dari yaitu:
(a) kategori-kategori pekerja yang telah ditetapkan, yang jumlahnya tidak
kurang dari 50 persen dari semua pekerja; atau
(b)  kategori-kategori masyarakat yang telah ditetapkan yang aktif secara
ekonomi, yang jumlahnya tidak kurang dari 20 persen dari semua
penduduk; atau
(c) semua penduduk yang penghasilannya selama kontinjensi tidak melebihi
batasan-batasan yang telah ditetapkan dengan cara yang sesuai dengan
persyaratan Pasal 67; atau
(d) apabila deklarasi yang dibuat berdasarkan Pasal 3 diterapkan, kategori-
kategori pekerja yang telah ditetapkan, yang jumlahnya tidak kurang dari
50 persen dari semua pekerja di bidang industri yang mempekerjakan 20
orang atau lebih. mereka yang dilindungi sesuai pasal-pasal yang ada
dalam bagian ini.
Maka bagi pelaku badan usaha negara yang merupakan anggota negara yang
meratifikasi konvensi ini harus memenuhi isi konvensi tersebut.

3. Convention on International Civil Aviation (Chicago Convention)


Konvensi ini mejelaskan mengenai penerbangan sipil yang harus ditaati bagi
pelaku pengusaha atau badan hukum dibidang penerbangan. Konferensi
Chicago tersebut dihadiri oleh 52 Negara ditambah dengan 2 Negara
Observer, tanpa hak istimewa dalam hal pemungutan suara. Konferensi
tersebut dihadiri oleh 185 delegasi, 156 penasehat, konsultan, and para ahli.
Konferensi ini merupakan konferensi inteniasional tersebar yang
dilaksanakan di AS pada tahun tersebut.
Ada empat tren yang bisa dibedakan, yang muncul selama Konferensi
berlangsung. Keempat tren itu antara lain:
1. Tren Amerika, mengusulkan kebebasan yang sebebas-bebasnya dalam
berkompetisi di bidang transportasi udara;
2. Tren Inggris, mengusulkan pembentukan otoritas internasional untuk
melakukan keordinasi dalam bidang transportasi udara dan rnengatur porsi
rate penerbangan internasional, serta rnembuat keputusan mengenai
frekuensi dan tarif;
3. Tren Kanada, rnendukung proposal Inggris dengan versi yang lebih detil;
4. Tren Australia dan Selandia Baru, mengusulkan sebuah rencana
internasionalisasi dari perusahaan penerbangan dibawah pengaturan
sebuah lembaga internasional dimana Negara-negara yang terlibat dapat
berpartisipasi.
Misalnya di Pasal 6 yang berbunyi:
“Setiap penerbangan internasional yang akan rnelewati wilayah ruang
udara Negara peserta harus terjadwal oleh otoritas yang berwenang dari
Negara peserta yang wilayah ruang udaranya akan dilewati oleh pesawat
udara.”
Jadi pelaku usaha perusahaan penerbangan wajib menerapkan konvensi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai