No.Pokok : 4315210104
SOAL
JAWABAN
1. Landasan histori, kultural, yuridis, dan filosofis
Landasan Kultural : Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan
melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang
saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari
nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara.
Oleh karena itu generasi penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya
untuk mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan
secara dinamis dalam arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.
Landasan Histori : Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila
sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif
historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila
tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis Pancasila.
Landasan Filosofis : Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara
adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan
keamanan.
Landasan Yuridis : Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan sumber
dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara hukum tersebut. Hal tersebut berarti
pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah satu pendekatan utama dalam
pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan Pancasila. Urgensi
pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka menegakkan Undang-Undang (law
enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban negara yang penting. Penegakan
hukum ini hanya akan efektif, apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara
terutama dari kalangan intelektualnya.
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato, Muhammad Yamin menuliskan rancangan UUD Republik Indonesia yang
di dalamnya mencakup kelima asas dasar negara sebagai berikut:
Pada sidang BPUPKI yang diselenggarakan dua hari kemudian, Supomo menyampaikan
buah pikirannya mengenai asas dasar negara Indonesia, yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
Sehari kemudian, Sukarno mendapat giliran untuk menyampaikan pidatonya tentang dasar
negara, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Usulan kelima dasar negara versi Sukarno tersebut diistilahkan olehnya sebagai Pancasila.
Peristiwa itu menjadi dasar penetapan hari lahir Pancasila pada 1 Juni 1945.
Panitia Sembilan berhasil merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD yang dikenal
dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Dalam piagam tersebut tercantum rumusan
Pancasila sebagai berikut:
Dalam sidang tersebut, Muhammad Hatta mengusulkan adanya perubahan pada sila pertama,
yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”, diubah menjadi ”Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga Pancasila
menjadi:
Penghapusan sembilan kata tersebut menjadi isu kontroversial yang tidak habis dibahas
sampai hari ini. Namun demikian perlu dicatat bahwa pendiri negara kita telah sepakat bahwa
sila petama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Semestinya perdebatan mengenai sila pertama
dan juga keempat sila lainnya telah selesai. Kita telah sepakat menjadi Pancasila sebagai
dasar negara.
Mengapa Bung Hatta mengusulkan untuk menghapus sembilan kata akan terlalu panjang
dibahas dipostingan ini. Kita serahkan jawaban tersebut kepada para sejarawan yang meneliti
persoalan tersebut.
Ide yang dipakai dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka berkembang sejak tahun 1985,
karena Pancasila berada ditengah ideologi-ideologi bangsa di dunia, maka Pancasila harus
bersifat terbuka, luwes, fleksibel dan tidak kaku, sehingga tidak ketinggalan zaman.
Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka Pancasila harus mampu menyesuaikan diri
dengan zaman. Hal tersebut bukan berarti bahwa nilai yang terkandung dalam pancasila dapat
diganti dengan nilai dasar lain yang meniadakan jati diri bangsa Indonesia. Makna bahwa
Pancasila sebagai ideologi terbuka bahwa nilai-nilai dasar pancasila seperti Ketuhanan,
Kemanusiaan, Kerakyatan, dan keadilan dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika
kehidupan bangsa indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan
memerhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri, serta tidak
keluar dari eksistensi dan jati diri sebagi bangsa Indonesia.