Anda di halaman 1dari 12

Pengertian dan faktor-faktor pendidikan

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam arti yang sederhana merupakan suatu usaha untuk membina keperibadiannya sesuai
dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau
paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar
ia menjadi dewasa.

Pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi
dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Langeveld: pendidikan merupakan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

John Dewey: pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara


intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.

J.J. Rousseau: pendidikan memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi
kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

Driyarkara: pendidikan merupakan pemanusian manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke
taraf insani.

Carter V. Good:

Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.


The systematized learning or intructioan concerning principles and methods of teaching and of student
control and guidance; largely replaced by the term education.
Dalam arti :
seni, praktik atau profesi sebagai pengajar,

ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar,
pengawasan dan binbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

Ahmad D. Marimba. Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama.

Unsur-unsur dalam pendidikan adalah:

Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;
Ada pendidik, pembimbing;atau penolong; Ada yang didik

Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;


Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

Ki Hajar Dewantara. Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.

Menurut undang-undang no 2 th 1989. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan pesdik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

menurut UU no 20 th 2003. pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesdik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memili kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Beberapa pengertian dasar batasan-batasan pendidikan yang perlu dipahami sebagai berikut:

pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlansung terus sampai anak didik mencapai
pribadi dewasa susila.

pendidikan merupakan perbuatan manusiawi.

pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik.

tindakan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan hal ini
tanpak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik.

Pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, sebab pendidikan telah ada sebelum ilmu
pengetahuan.

Pengertian ilmu pendidikan:

Prof. Dr. N. Driyarkara; pemikiran ilmiah tentang realitas yang disebut pendidikan (mendidik dan
dididik).

Prof. M. J. Langeveld; Paedogogic atau ilmu mendidik merupakan suatu ilmu yang bukan saja menelaah
objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa
hendaknya bertindak.

Dr. Sutari Imam Barnadib; ilmmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan.

Prof. Brodjonegoro; ilmu pendidikan merupakan teori pendidikan, perenungan, tentang pendidikan.

B. Faktor-faktor Pendidikan

Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan di dunia barat, kegiatan pendidikan berkembang
dari konsep paedagogi yang merupakan kegiatan pendidikan ditujukan hanya kepada anak yanng belum
dewasa, menjadi andragogi yang merupakan kata dasar andro artinya laki-laki yang rupanya seperti
perempuan, selanjutnya education yang berfungsi ganda, yakni “transfer of khnowledge” di satu sisi
dengan “making scientific attitude” pada sisi yang lain.
Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor tertentu
yang mempengaruhi dan menentukan;

Adanya tujuan yang hendak di capai

Adanya subjek manusia

Yang hidup bersama dalam linkungan hidup tertentu

Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.

1. faktor tujuan; “ mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia


seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Fungsi Tujuan bagi Pendidikan;

Sebagai arah pendidikan

Tujuan sebagai titik akhir

Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujujan lain

Memberi nilai pada usaha yang dilakukan

Macam-macam Tujuan Pendidikan

Tujuan umum, yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan, dirumuskan dengan
memperhatikan hakikat kemannusian yang univesal.

Tujuan khusus, diantaranya: terhadap perbedaan individu anak didik, perbedaan lingkungan keluarga
dan masyarakat, perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan, perbedaan yang
berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa.

Tujuan tak lengkap, yang merupakan tujujan yan g hanya mencangkup satu aspek tujuan saja

Tujuan sementara, tujjuan pertingkat sesuai denga jenjang pendidikan

Tujuan insidentil, tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara kebetuilan,
kendatipun demikian tujuan ini tak terlepas dari tujuan umum.

Tujuan intermedier; tujuan perantara

Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-macam tujuan
yaitu; nasional, institusional, kurikuler dan instruksional.
2. Faktor Pendidik

Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto
menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini meliputi: a, orang dewasa, b, orang tua, c, guru, d,
pemimpin masyarakat, e, pemimpin agama. Karakteristik pribadi dewasa susila, yaitu; mempunyai
individualitas yang utuh, mempunyai sosialitas yang utuh, mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai
kemanusian, bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai atas tanggung jawab sendiri demi
kebahagian dirinyya dan kebahagian masyarakat atau orang lain.

Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala kepribadiannya, yaitu; a, telah mampu
mandiri, b, dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya, c, memilki pandangan hidup,
dan prinsip hidup yang pasti dan tetap, d, kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra
sosio kultural; e, kesadaran akan norma-norma; f, menunjjukkan hubungan pribadi dengan norma-
norma.

Beberapa Karakteristik Pendidik.

Kematangan diri stabil

kematangan sosial yang stabil,

kematangan profisional,

Guru sebagai Pendidik Formal.

Di dalam UU Pokok Pendidikan No.4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa: syarat-syarat menjadi guru,
selain ijazah, dan syarat-yarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat yang perlu untuk
dapat memberikan pendidikan dan pengajaran, yaitu: syarat profisional (ijazah), syarat biologis
(Kesehatan jasmani), syarat psikologis (kesehatan mental); syarat paedagogis-didaktis (pendidikan dan
pengajaran). Persyaratan pribadi adalah: berbudi pekerti luhur, kecerdasan yang cukup, temperamen
yang tenang dan kestabilan dan kematangan emosional. Persyaratan jabatan pengetahuan tentang
manusia dan masyarakat, dasar fundamental jabatan profesi, keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan,
dalam kepemimpinan, filsafat pendidikan yang pasti.

3. faktor Anak Didik

Karakteristiknya adalah: belum memiliki pribadi dewasa, masih menyempurnakan aspek


kedewasaannya, memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu.

4. faktor Alat Pendidikan


Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya pendidikan
tertentu.

Macam-macam alat pendidikan dari segi wujud: perbuatan pendidik dan benda-benda. Dari tiga sudut
pandang: pengaruh terhadap tinngkah laku anak didik, akibat tindakan terhadap perasaan anak didik
dan bersifat melindungi anak didik.

Dasar-dasar Pertimbangan penggunaan alat adalah tujuan yang ingin dicapai, orang yang menggunakan
alat, untuk siapa alat itu digunakan, efektifitas penggunaan alat tersebut dengan tidak melahirkan efek
tambahan yang merugikan.

Penggunaan alat pendidikan,tampak dalam bentuk tindakan: teladan, anjuran, suruhan dan perintah,
larangan, pujian dan hadiah, teguran, peringatan dan ancaman, hukuman didasari tiga prinsip kenapa
diadakan; karena adanya pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat, dengan tujuan agar tidak
terjadi pelanggaran.

5. faktor Lingkungan, menurut Sartain (ahli Psikologi Amerika), lingkungan (environment) meliputi
kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau llife processes. Pada dasarnya mencakup tempat, kebudayaan dan kelompok hidup
bersama.
Pengertian Pendidikan

Pada hakikatnya dalam memahami pengertian pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui dua istilah
dalam dunia pendidikan yaitu pedagogi yang berarti “Pendidikan” dan pedagogia yang artinya “Ilmu
pendidikan”.[1] Istilah ini berasal dari bahasa Yunani pedagigia (paedos dan agoge) yang berarti “Saya
membimbing, memimpin anak”. Berdasarkan asal kata tersebut, maka pendidikan memiliki pengertian
seorang yang tugasnya membimbing anak didalam pertumbuhannya kepada arah berdiri sendiri serta
bertanggung jawab.[2]

Pada bebrapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa, pendidik melakukan segala sesuatunya, pendidik
bersikap otoriter, anak didik harus menurut dan menaati segala perintah dan larangan dari pendidik.[3]

Dalam bahasa arab, istilah pendidikan juga dikenal dengan ta’lim berasal dari kata ‘allama yang berarti
proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa manusia sebagai individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan.[4]

Imam Al-Ghozali memaknakan pendidikan sebagai proses pembiasaaan (riyadhah).[5] Ahmad Tafsir
memaknai pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan seseorang semaksimal mungkin.[6] Menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan itu dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia.
[7]

Pendidikan adalah aktivitas atau usaha manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi bawaan
baik jasmani maupun rohani serta akal untuk memperoleh hasil dan prestasi. Dengan kata lain bahwa
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradapan bangsa yang dikembangkan atas dasar
pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat
pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya karenanya bagaimanapun
peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai
usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang
hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan
dengan inspirasinya (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup
mereka.

Adapun beberapa pengertian pendidikan dikemukakan oleh para ahli, antara lain :

1. Menurut Redja Mudyahardjo

Secara luas pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan
adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

2. Menurut Umar Tirtarahardja dan Lasula

Pendidikan seperti sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek yang sangat kompleks. Oleh
karena itu beliau mengemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsi, yaitu:

a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya.

b. pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi.


c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara.

d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja.

3. Menurut John Dewey

Pendidikan itu adalah The General theory of education. John Dewey tidak membedakan filsafat
pendidikan dengan teori pendidikan, sebab itu dia mengatakan pendidikan adalah teori umum
pendidikan.

4. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[8]

5. Sudirman N.

Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa
atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

6. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

7. Langeveld

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak
tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih tepat dapat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan hidupnya sendiri.[9]

8. Menurut UU No.2 Tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan
latihan bagi para peranannya di masa yang akan datang.

9. Menurut JJ. Rousseau

pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.

10. Menurut Prof. Brodjonegoro

Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
[10]
2. Faktor-Faktor Pendidikan

Dalam aktivitas pendidikan,ada beberapa faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau
saling mempengaruhi. Adapun faktor-faktor pendidikan tersebut, meliputi adanya tujuan yang ingin
dicapai, adanya tenaga pendidik, adanya peserta didik, tersedianya material ajar (kurikulum),
terbentuknya metode ajar, dan terkondisinya situasi lingkungan pembelajaran yang kondusif.[11]

a. Faktor Tujuan

Kegiatan apapun bentuk dan jenisnya sadar atau tidak sadar selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin
dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai
arti apa-apa, dengan demikian tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Secara singkat
dikatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.[12]

Fungsi tujuan bagi pendidikan

1) Sebagai arah pendidikan.

Tanpa adanya semacam antisipasi (pandangan ke depan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak
terjadi, demikian pula kegiatan-kegiatannya pun tidak akan efisien. Dalam hal ini tujuan akan
menunjukan arah dari suatu usaha. Sedangkan arah tadi menunjukan jalan yang harus ditempuhdari
situasi sekarang kepada situasi berikutnya.

2) Tujuan sebagai titik akhir.

Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta mengalami pula akhirnya. Mungkin saja ada usaha
yang terhenti dikarenakan seatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan
telah berakhir. Pada umumnya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.

3) Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain.

Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam
arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan suatu usaha. Dengan
demikian, antara dasar-dasar dan tujuanterbentanglah garis yang menunjukan arah bergeraknya usaha
tersebut, serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara yang
satu dengan yang lain.

4) Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.

Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati tujuannya yang lebih luhur dan
lebih mulia dibandingkan yang lainnya. Semua itu terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.

Pendidikan berlangsung dalam proses panjang yang pada akhirnya mencapai tujuan umum atau akhir
yaitu kedewasaan. Tujuan yang bersifat umum ini akan dicapai melalui pencapaian tujuan-tujuan yang
khusus. Menurut seorang ahli pendidikan Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan pendidikan
yaitu:
a) Tujuan umum.

Merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum
ini dirumuskan dengan memperhatikan hakekat kemanusiaan yang universal.

b) Tujuan khusus.

Merupakan pengkhusus dari tujuan umum di atas dasar beberapa hal, diantaranya: terdapatnya
perbedaan individual anak didik, perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, perbedaan yang
berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan
falsafah hidup suatu bangsa.

c) Tujuan tak lengkap.

Adalah tujuan yang hanya mencakup salah satu aspek kepribadian. Tujuan tak lengkap ini merupakan
bagian dari tujuan umum yang melingkupi perkembangan seluruh sapek kepribadian.

d) Tujuan sementara.

Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus, karenanya perlu
ditempuh setahap demi setahap, setingkat demi setingkat. Tingkatan yang diupayakan untuk menuju
tujuan akhir itulah yang dimksuddengan tujuan sementara.

e) Tujuan incidental.

Merupakan tujuan yang bersifat sesaat, karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan, kendatipun
demikian tujuan ini tidak terlepas dari tujuan umum.

f) Tujuan intermedia atau perantara.

Merupakan tujuan yang dilihat sebagai alat dan harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan
selanjutnya.[13]

b. Faktor Pendidik

Pendidik ialah semua yang mempengaruhi perkembangan seseorang.[14]Dalam hal ini kita dapat
membedakan pendidikan itu menjadi 2 kategori, yaitu:

1) Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.

2) Pendidik menurut jabatan yaitu guru.

Pendidik yang bersifat kodrati dan sebagai orang tua wajib pertama sekali memberikan didikan kepada
anaknya, selain asuhan, kasih sayang, perhatian dan sebagainya. Dalam perspektif islam, orang tua
adalah pendidik yang paling bertanggung jawab. Seperti didalam Al-Qur’an Allah berfirman :

“Jagalah dirimu dan ahli familimu dari ancaman api neraka”[15]

Sedangkan pendidikan menurut jabatan, yaitu guru. Guru adalah sebagai pendidik yang menerima
tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua
diterima guru atas kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran dan diharapkan
pula dari pribadi guru dapat memancarkan sikap-sikap yang normatif baik, sebagai kelanjutan dari sikap
dan sifat orang tua pada umumnya.

Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu :

a. Kematangan diri yang stabil, memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.

b. Kematangan sosial yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan
mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.

c. Kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap
anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan
perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.[16]

c. Faktor Peserta Didik

Adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada
pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari
bahwa kemampuan masih sangat terbatas dibandingkan denga kemampuan pendidiknya.

Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan guru. Dalam bahasa Indonesia ada tiga
sebutan untuk pelajar yaitu murid, anak didik, dan peserta didik.[17]

Sa’id Hawwa menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat juga disebut sifat-sifat murid) adalah
sebagai berikut ini :

1. Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.

2. Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiyah.

3. Tidak sombong terhadap orang yang berilmu.

4. Menjaga diri dari mendengarkan perbedaan pendapat.

5. Mendahulukan ilmu yang paling dahulu untuk dirinya.

6. Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus.

7. Tidak memasuki ilmu yang baru sebelum menguasai yang sebelumnya.[18]

d. Faktor Alat Pendidikan

Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah sutu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk
tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang
sengaja dibuat dan digunakan demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali artinya, karena itu dalam hal ini perlu pembatasan
dalam beberapa persoalan saja, dalam konteks prespektif yang lebih dinamis, alat tersebut disamping
sebagai perlengkapan, juga merupakan pembantu dalam mempermudah terlaksanaanya tujuan
pendidikan.[19]
Alat-alat pendidikan itu sendiri terdiri dari bermacam-macam, antara lain: hukuman dan ganjaran,
perintah dan larangan, celaan dan pujian, hukuman serta kebiasaan.[20]

Termasuk juga sebagai alat pendidikan diantaranya: keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan
sekolah, dan kedaan alat-alat dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Oleh karena itu dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Tujuan yang ingin dicapai.

b. Orang yang menggunakan alat.

c. Untuk siapa alat itu digunakan.[21]

e. Faktor Metode Pendidikan

Agar interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan
materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara menyampaikan
materi untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sebagaimana telah dinyatakan, bahwa guru tidak boleh memberi pengaruh kepada pelajar dengan
metode yang hanya akan merusak fitrah murid-muridnya, sesuai dengan hadits rasulullah:[22]

“Allah tidak mengutusku untuk membuat kerusakan atau perbuatan yang tidak ada gunanya, melainkan
mengutusku untuk mengajar dan melakukan hal-hal yang mudah”.[23]

f. Faktor Lingkungan

Adalah yamg meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab
terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya
yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu lingkungan yang
disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.[24]

Pada dasarnya lingkungan mencakup beberapa hal, yaitu:

1) Tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.

2) Kebudayaan (lingkungan budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.

3) Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain,
desa,dan perkumpulan.

Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan
masyarakat tertentu tempat mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan-
lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi
pemuda, yang ia sebut dengan tri pusat pendidikan.

Untuk melaksanakan pendidikan islam didalam lingkungan ini perlu kiranya diperhatikan factor-faktor
yang ada didalamnya sebagai berikut :[25]
a) Perbedaan lingkungan keagamaan, sesuai dengan QS. Al-hujurat : 13.

Adapun lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok yakni :

1) Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.

2) Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan batin.

3) Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.[26]

b) Latar belakang pengenalan anak tentang keagamaan.

Salah satu tugas bagi seorang guru ialah menyiapkan anak agar dapat mencapai tujuan hidupnya yang
utama, yaitu menyiapkan diri untuk masa yang akan datang.

Dengan demikian agar tidak menimbulkan keraguan-keraguan terhadap anak didik akan agama ini, maka
sejak kecil sebelum menginjak usia sekolah harus ditanamkan keagamaan. Sebab anak pada saat yang
demikian ini adalah keadaan masih bersih dan mudah dipengaruhi atau dididik ia ibarat kertas putih
bersih belum ada coretan tinta sedikitpun

Anda mungkin juga menyukai