Teknologi karbohidrat
“modifikasi karbohidrat dan aplikasinya dalam industri pangan”
OLEH:
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pati adalah salah satu bahan penyusunan yang paling banyak dan luas
Sebagian besar pati di simpan dalam umbi (ubi kayu, ubi jalar, kentang, dll), biji
(jagung, padi, gandum), batang (sagu) dan buah . Disamping itu pati merupakan
zat gizi penting dalam kehidupan sehari-hari, dimana dalam tubuh manusia
menjadi 2 jenis, yaitu pati alami yang belum mengalami modifikasi (Native
Starch) dan pati yang telah termodifikasi (Modified Starch). Pati alami diperoleh
dari pemisahan sari pati yang terdapat pada tanaman baik yang dari umbi, biji
maupun batang. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-
butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula pati
merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk identifikasi.
adalah pati dimana gugus hidroksilnya telah diubah lewat suatu reaksi kimia
dengan tujuan untuk menghasilkan sifat yang lebih baik untuk memperbaiki sifat
sebelumnya atau merubah beberapa sifat lainnya. Perlakuan ini dapat mencakup
penggunaan panas, asam, alkali, zat pengoksidasi atau bahan kimia lainnya yang
akan menghasilkan gugus kimia baru atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur
molekul (http://dudimuseind.blogspot.com/2008/03/pati-termodifikasi.html).
secara luas juga dipergunakan dalam industri seperti kertas, lem, tekstil, permen,
glukosa, dekstrosa, sirop fruktosa, dan lain-lain. Pati alami seperti tapioka, pati
jagung, sagu dan pati-patian lain mempunyai beberapa kendala jika dipakai
sebagai bahan baku dalam industri pangan maupun non pangan. Jika dimasak pati
membutuhkan waktu yang lama (hingga butuh energi tinggi), juga pasta yang
terbentuk keras dan tidak bening. Disamping itu sifatnya terlalu lengket dan tidak
di negara kita sangat berlimpah, yang terdiri dari tapioka (pati singkong), pati
sagu, pati beras, pati umbi-umbian selain singkong, pati buah-buahan (misalnya
pati pisang) dan banyak lagi sumber pati yang belum diproduksi secara komersial
(Kusworo, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN
Monosakarida. Ada tiga jenis monosakarida yang mempunyai arti gizi yaitu
glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa, dinamakan juga sebagai gula anggur,
terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit yaitu dlama sayur, buah, sirup jagung,
sari pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang
peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir
pencernaan pati, sukrosa, maltosa dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam
dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Fruktosa, dinamakan
sebagai gula buah yang merupakan gula paling manis. Gula ini terutama terdapat
dalam madu bersama glukosa dalam buah, nektar bunga dan juga di dalam sayur.
Disakarida. Ada tiga jenis yang mempunyai arti gizi yaitu sukrosa, maltosa
dan laktosa. Sukrosa, dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Gula pasir terdiri
atas 99 % sukrosa dibuat dai kedua macam bahan makanan tersebut melalui
proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah dibuat dari kelapa, tebu atau enau
dalam buah, sayuran dan madu. Bila dihidrolisis atau dicernakan, sukrosa pecah
menjadi satu unit glukosa dan fruktosa.Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di
alam. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati. Bila dicernakan atau
dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya
terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.
Banyak orang, terutama yang berkulit berwarna (termasuk orang Indonesia) tidak
tahan tehadap susu sapi, karena kekurangan enzim laktase yang dibentuk di dalam
dinding usu dan diperlukan untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan
Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran
peranannya dalam ilmu gizi sangat penting maka dibahas secara terpisah.
Karbohidrat Kompleks
Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati,
kacang merah dan kacang hijau mengandung 30-60% pati, sedangkan ubi, talas,
dekstin dan maltosa. Dekstrin, merupakan produk antara pada pencernaan pati
atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Glikogen, dinamakan juga pati hewan
hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari
glikogen disimpan di dalam otot dan selebihnya dalam hati. Glikogen dalam otot
hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan
glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan
semua sel tubuh. Polisakarida nonpati/ Serat. Serat mendapat perhatian karena
Tenggara
Potensi Sagu
Kawasan Timur Indonesia dan 4,1 persen di Kawasan Barat Indonesia. Areal
hutan sagu di Indonesia sekitar 1,25 juta hektar dengan kepadatan anakan 1.480
per hektar yang setiap panen menghasilkan 125-140 pohon per tahun. Hutan sagu
tersebut tersebar di Papua seluas 1,2 juta hektar dan Maluku seluas 50 ribu hektar
serta 148 ribu hektar hutan sagu semi budidaya yang tersebar di Papua, Maluku,
(Sumatera Barat). Dari luasan tersebut hanya sekitar 40 persen merupakan areal
penghasil pati produktif dengan produktivitas pati 7 ton per hektar per tahun,
karena banyaknya tanaman sagu yang layak panen tetapi tidak dipanen sehingga
rusak. Hasil penelitian terdahulu mengenai jenis dan ragam pohon sagu yang ada
keperluan non pangan. Pemanfaatan sagu untuk pangan salah satunya adalah
melalui tepung sagu, pati, dan berbagai produk olahan pangan (Alfons dan Rivaie
2011).
pati atau tepung sagu dan produk olahannya dapat dikelompokkan juga
sebagai pangan fungsional. Dengan kata lain sagu disamping sebagai salah satu
nilai gizi tidak kalah dengan sumber pangan Iainnya seperti beras, jagung, ubi
kayu, dan kentang. Nilai gizi sagu dibandingkan dengan bahan pangan Iainnya
beberapa pangan sumber karbohidrat Iainnya. Kandungan kalori sagu tidak jauh
berbeda dengan beras dan jagung, bahkan melebihi kentang, sukun, ubi kayu, ubi
jalar, dan yams (gembili dan uwi/ubi). Hal ini menunjukkan bahwa sagu sangat
Indonesia. Selain itu, sumber mineral Iainnya seperti nilai kandungan Kalsium
dan Besi lebih tinggi dibandingkan dengan beras. Selain dari nilai karbohidrat
yang mendekati nilai karbohidrat beras, sagu juga unggul dalam hal kandungan
serat, nilai Indeks glikemik. Pati sagu mengandung: 3,69-5,96 persen serat pangan
Disamping itu sagu juga dikonsumsi sebagai makanan pendamping seperti sagu
lempeng, sinoli, bagea dan Iain-Iain (Harsanto, 1986). Kandungan kalori sagu
tidak jauh berbeda dengan beras dan jagung, bahkan melebihi kentang, sukun,
buburne) maupun camilan (sarut, bagea, sagu tumbu, dan sagu gula). Di Sulawesi
Selatan dan Tenggara, makanan ini dikenal dengan nama kapurung dan sinonggi.
Sedangkandi Sangihe Talaud dikenal dengan nama rirange (Lay, dkk., 1998). Di
daerah Riau dikenal berbagai makanan tradisional seperti sagu gabah, sagu
rendang, sagu embel, laksa sagu, kue bangkit, sagu opor, kerupuk sagu, dan lain-
Pati Termodifikasi
Struktur Dasar
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, yang terdiri atas
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan
merupakan polimer α-(1Æ4) unit glukosa dengan rantai samping α-(1Æ 6) unit
glukosa. Ikatan α(1Æ6) unit glukosa ini jumlahnya sangat sedikit dalam suatu
molekul pati, berkisar antara 4−5%. Namun, jumlah molekul dengan rantai
cabang, yaitu amilopektin, sangat banyak dengan DP berkisar antara 105 dan
dasar pati, dan sangat memengaruhi karakteristik fisiko kimia pati yang
rantai relatif lurus, dapat membentuk film yang kuat, struktur gel kuat, serta
apabila diberi pewarna iodin akan menghasilkan warna biru. Sementara itu,
struktur gel lembek, dan apabila diberi pewarna iodin akan menghasilkan warna
coklat kemerahan.
Modifikasi pati dapat dilakukan secara fisik melalui beberapa cara, antara
o Ukuran Partikel
Ukuran partikel sangat erat kaitannya dengan laju reaksi. Menurut Saraswati
(1982), semakin kecil ukuran pati maka semakin cepat reaksi berlangsung karena
ukuran partikel yang kecil akan meningkatkan luas permukaan serta kelarutannya
dalam air. Berdasarkan tinjauan nano teknologi, Tinjauan nano kristal tersebut
sangat penting terkait dengan perubahan struktur serta modifikasi yang dapat
disubstitusi dengan gugus lain, di mana satu unit anhidroglukosa ada empat
asetat, esterifikasi asetat dengan vinil asetat, asetilisasi adipat, asetilisasi gliserol,
Modifikasi pati dilakukan untuk mengubah sifat kimia dan atau sifat fisik pati
secara alami. Modifikasi pati dapat dilakukan dengan cara pemotongan struktur
substitusi gugus kimia pada molekul pati (Wurzburg 1989). Secara garis besar,
Mie Sagu
telah menjadi makanan pokok selain nasi. Bahan baku mi, yaitu tepung terigu
(gandum) merupakan bahan pangan yang masih diimpor hingga saat ini (Engelen
et al. 2015).
pemanfaatan bahan lokal adalah pati sagu yang diolah untuk produksi mi pati
(Hariyanto 2011).
Mi sagu dibuat dengan cara memasak pati sagu (10%; 20%; 30% dari berat
pati) dan GMS (4,5% dari berat pati) dalam air mendidih (140 mL, 150 mL, 160
dengan pati sagu kering yang masih tersisa (200 g) hingga diperoleh adonan yang
kalis. Selanjutnya, adonan dicetak dengan alat pencetak mi. Helaian mi yang
penelitian yang telah dilakukan oleh (Wahyudi & Kusningsih 2008). bahwa
pembuatan mi sagu kering dengan cara memasak pati sagu sebanyak 10% dari
berat pati dalam air 150 mL. Penambahan GMS dilakukan berdasarkan penelitian
(Engelen et al. 2015) yang membuat mi sagu kering dengan penambahn GMS
(http://dudimuseind.blogspot.com/2008/03/pati-termodifikasi.html).
Alfonfs, J.B dan Rivaie, A.A.2011. Sagu Mendukung Ketahanan Pangan Dalam
Menghadapi Dampak Perubahan Iklim, Perspektif"Vol. 10 No. 2 /Des 2011.
Him 81 -91 ISSN: 1412-8004.
Achmad, F.B., P.A. Williams, J.L. Doublier, S. Durand, and A. Buleon. 1999.
Physicochemical Characterization of Sago Starch. Journal Carbohydrate
Polymers. 38: 361-370.
Hikmat, N. 1997. Pendugaan Umur Simpan Bumbu Mi Instant dari Pati Sagu
dengan Metode Akselerasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Hustiany, R. 2006. Modifikasi Asilasi dan Suksinilasi Pati Tapioka sebagai Bahan
Enkapsulasi Komponen Flavor. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Wurzburg, O.B. 1989. Modified Starchs: Properties and uses. CRC Press Boca
Raton Florida.
Engelen, A., Sugiyono, & Budijanto, S. (2015). Optimasi proses dan formula pada
pengolahan mi sagu kering. Thesis. Institut Pertanian
Engelen, A., Sugiyono, & Budijanto, S. (2015). Optimasi proses dan formula pada
pengolahan mi sagu kering. Thesis. Institut Pertanian Bogor.