Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas izin dan ridhonya
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi
semesta alam. Makalah ini berjudul “Teknologi Produksi Protein Konsentrat Dan Aplikasinya
Dalam Industri Pangan” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Sekian yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat kepada
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Rumusan Masalah
I.3. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Sumber-Sumber Protein Konsentrat
3.2. Teknologi Produksi Konsentrat
3.3. Aplikasi Protein Konsentrat Dalam Industri Pangan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai sector, salah satunya yaitu sector yang menjadi perhatian dunia adalah sector pangan
khususnya pada protein. Protein merupakan makromolekul polipeptida yang tersusun dari
Protein merupakan komponen makromolekul utama yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Fungsi protein lebih diutamakan untuk sintesis protein-protein baru sesuai dengan kebutuhan
tubuh manusia. Sementara karbohidrat dan lipid atau lemak digunakan sebagai ketesediaan
Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu dan
bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsure-unsur karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogrn.
Unsur nitrogen adalah unsur utama protein sebanyak 16 dari berat protein.
Protein Termasuk jenis makromolekul yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai zat
gizi. Jenis dan jumlah asam amino penyusun protein sangat menentukan kualitas dari protein
tersebut. Yuniastuti (2008) mengemukakan bahwa protein memiliki mutu tinggi apabila
mengandung semua jenis asam amino essensial yang dapat memberikan manfaat optimal bagi
pertumbuhan.
Kekurangan makanan yang mengandung protein merupakan salah satu masalah yang
selalu dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Purwitasari et al., 2014).
Hal tersebut dapat diatasi melalui pembuatan dan pemanfaatan konsentrat protein. Konsentrat
protein didefinisikan sebagai protein dalam bentuk pekat dengan kadar protein paling sedikit
50%. Protein jenis ini dibuat dengan cara menghilangkan senyawa karbohidrat, lemak, mineral,
dan air yang termasuk nonprotein, sehingga kadar protein akan lebih tinggi dibandingkan bahan
1.3. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Konsentrat protein adalah produk pekatan protein yang memiliki kandungan protein
minimal 70%, sedangkan isolat protein memiliki kadar protein minimal 90% (Waggle dan Kolar,
1979). Pemekatan kadar protein bahan pangan dapat dilakukan dengan cara mengolahnya
menjadi tepung, tepung rendah lemak, konsentrat, dan isolat protein (Waggle dan Kolar, 1979).
Konsentrat protein umumnya memiliki kandungan protein sekitar 65-75%, 15-25% polisakarida
tak larut, 4-6% mineral, dan 0.3-1.2% minyak (Cheftel et al., 1985). Kandungan gula pada
konsentrat protein telah dikurangi, sehingga produk yang menggunakan konsentrat protein lebih
mudah dicerna dan lebih sedikit menyebabkan flatulensi. Konsentrat protein dapat dengan
mudah dibentuk teksturnya, namun membutuhkan jumlah air dan energi mekanik yang lebih
Pembuatan konsentrat protein dilakukan dengan ekstraksi mineral dan karbohidrat yang
larut air. Mineral dan karbohidrat larut air dapat diekstrak dengan larutan asam, campuran air-
etanol, atau air panas. FAO (2009). Mengklasifikasikan tiga cara yang umumnya digunakan
dalam proses produksi konsentrat protein, yaitu proses pencucian dengan alkohol, proses
pencucian dengan asam, proses denaturasi protein dengan panas. Proses pembuatan konsentrat
protein dengan pencucian alkohol didasarkan pada kemampuan alkohol rantai pendek (metanol,
etanol, atau isopropil alkohol) untuk mengekstrak fraksi gula larut air tanpa melarutkan protein.
Umumnya konsentrasi alkohol optimum yang digunakan adalah 60%. Setelah proses ekstraksi
gula, alkohol dievaporasi dari protein dengan menggunakan prinsip destilasi dan protein
dikeringkan (FAO, 2009). Proses pencucian dengan asam menggunakan prinsip kelarutan
protein pada berbagai nilai pH. Saat protein dikondisikan pada pH isoelektrik, komponen protein
akan mengendap, sedangkan karbohidrat dan mineral akan larut dalam air.
Protein yang telah mengendap dipisahkan dengan sentrifugasi dan dikeringkan (FAO,
2009). Penggunaan larutan asam pada pH isoelektrik dapat mengurangi pembukaan lipatan
protein (unfolding), agregasi, dan kehilangan sifat fungsionalnya (Handoko, 2000). Proses yang
ketiga adalah denaturasi protein menggunakan uap panas, yang dilanjutkan dengan ekstraksi
komponen gula menggunakan air panas. Protein yang telah terdenaturasi dipisahkan dan
Denaturasi protein adalah modifikasi konformasi atau struktur sekunder, tersier, atau
kuarterner protein yang tidak disertai dengan pemutusan ikatan peptida yang terdapat pada
struktur primernya. Denaturasi protein ini dapat mengurangi kelarutan protein karena bagian
hidrofobiknya tidak terlindungi dan juga dapat mengubah kapasitas pengikatan air (Cheftel et al.,
1985). Denaturasi protein dapat disebabkan oleh proses panas (Pablo et al.,1981). Denaturasi
protein juga dapat disebabkan oleh ekstraksi menggunakan pelarut. Denaturasi protein karena
pelarut organik dipengaruhi oleh derajat hidrofobisitas dan derajat pengencerannya dengan air.
Pelarut organik yang bersifat hidrofobik yang tidak bercampur dengan air, seperti n-heksana,
memiliki kemungkinan yang kecil untuk dapat mendenaturasi protein meskipun pada suhu yang
PEMBAHASAN
Sumber protein terutama dari leguminosa seperti daun lantoro, daun kacang tanah, dan
sebagainya. Bahan pakan konsentrat pada umumnya sumber protein, tetapi ada juga yang
merupakan sumber energi. Bahan konsentrat yang bersal dari kacang-kacangan seperti kacang
tanah, kedelai, dan kacang hijau merupakan bahan pakan sumber protein. Bahan pakan yang
berasal dari animal by-product seperti tepung daging dan tepung darah mengandung protein
cukup tinggi. Tepung darah mengandung protein kurang lebih 70%. Tepung ikan dan tepung
udang yang digolongkan dalam marine by-product juga mengandung protein yang cukup tinggi
Konsentart sumber protein dapat diperoleh dari hasil samping penggilingan berbagai biji-
bijian, bahan pakan sumber protein hewani, dan hijauan sumber protein, sedangkan konsentrat
sumber energi dapat diperoleh dari dedak dan biji-bijian seperti jagung. Bahan pangan penguat
ini meliputi bahan makanan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, bulgur,
Konsentrat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu konsentrat sumber protein dan
konsentrat sumber energi. Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi apabila mempunyai
kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat dikatakan
sumber protein karena mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20%.
Konsentrat terbagi menjadi dua yaitu dari tumbuhan dan dari hewan, diantaranya sebagai
berikut. Konsentrat yang berasal dari tumbuhan,digunakan untuk mencukupi kebutuhan energi
seperti jagung, singkong, kedelai, jagung kuning, dan sejenisnya. Sedangkan untuk mencukupi
kebutuhan proteinnya diperlukan tumbuh-tumbuhan seperti kacang giling, wijen, biji kapas, dam
karet. Sedangkan konsentrat yang berasal dari hewan yaitu seperti tepung ikan, daging, tulang,
kerang, bekicot, dan lain sebagainya untuk menunjang protein dan karbohidrat dalam pakan
konsentrat.
Konsentrat protein dari hewan maupun tumbuhan dapat dibuat dengan beberapa cara,
salah satunya dengan menggunakan garam amonium sulfat secara pengendapan (salting out).
Metode ini merupakan metode banyak digunakan dalam pengendapan protein ataupun enzim
dari suatu bahan. Senyawa amonium sulfat merupakan jenis garam dengan kekuatan ionik yang
tinggi (Matthews et al., 2000 dalam Su’i, 2013), kelarutan tinggi dalam air, murah (Wang, 2004
dalam Su’i, 2013), tidak berbahaya, dan memiliki efek penstabil enzim serta tidak merusak
protein sehingga banyak dimanfaatkan pada metode ini (Chaplin et al., 2004 dalam Su’i, 2013).
Isolasi enzim protease menggunakan amonium sulfat telah banyak dilakukan, salah
satunya protease dari getah tanaman biduri menggunakan ammonium sulfat 65% (Hardi dan
Diharnaini, 2014; Witono et al., 2006). Selain itu, Bahri et al. (2012) mengisolasi enzim amylase
dari kecambah biji jagung ketan melalui salting out enzim dengan tingkat kejenuhan ammonium
sulfat 55%. Berdasarkan beberapa kajian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
tingkat kejenuhan amonium sulfat dan rasionya terhadap tepung biji kelor yang optimal untuk
konsentrat protein terbaik serta profil asam amino untuk mengetahui kualitas proteinnya biji
kelor.
Pembuatan Konsentrat Protein Biji Kelor.
Buah kelor yang sudah tua diambil bijinya, kemudian dikeringkan. Biji kelor yang sudah
kering dihilangkan kulit arinya, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Biji kelor yang
kering diblender dan diayak menggunakan ayakan 60 mesh hingga diperoleh tepung biji kelor.
Ekstraksi lemak tepung biji kelor dilakukan dengan metode soxhletasi tepung biji kelor
dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan. Residu
kemudian dikeluarkan dari solongsong dan diangin-anginkan hingga kering. Tepung biji kelor
Sebanyak 6 buah gelas kimia dimasukkan tepung biji kelor hasil ekstraksi masing-masing
tingkat kejenuhan 50%, 60%, 65%, 70%, 75%, dan 80% sebanyak 100 mL. Selanjutnya diaduk
selama 10 menit dan disimpandalam lemari pendingin selama 24 jam. Konsentrat protein yang
terletak di permukaan campuran, kemudian dipisahkan dari fasa cairnya dengan cara vakum
sambil dibilas dengan aquades. Konsentrat protein dalam keadaan basah tersebut kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC selama 12 jam. Konsentrat protein kering ditimbang,
dihitung rendemennya kemudian dihaluskan. Setelah itu, dimasukkan dalam wadah dan disimpan
Timumun, 2012)
Tepung biji kelor ditimbang sebanyak 25 g, kemudian di masukkan ke dalam gelas kimia.
Selanjutnya, ditambahkan dengan amonium sulfat tingkat kejenuhan terbaik yang diperoleh pada
perlakuan sebelumnya dengan rasio 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6 (b/v), kemudian diaduk selama 10
menit dan disimpan dalam lemari pendingin selama 24 jam. Konsentrat protein dipisahkan dari
fasa cainnya dengan cara vakum sambil dibiiloas dengan aquades. Konsentrat protein
dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC selama 12 jam, setelah itu ditimbang, dihitung
rendemennya kemudian dihaluskan. Konsentrat protein tersebut dimasukkan dalam wadah dan
Dalam industri pangan, pengaplikasian konsentrat protein atau protein konsentrat telah banyak
semakin canggih dan telah banyak berbagai pengaplikasian konsentrat protein ini di dalam
industri pangan untuk dijadikan makanan yang lebih berguna bagi tubuh manusia dan memenuhi
nilai gizi yang baik. Selain itu teknologi yang semakin pesat diera ini telah banyak menciptakan
produk- produk pangan yang lebih bervariasi yang tentunya lebih bergizi dan sehat serta aman
dikonsumsi oleh tubuh manusia baik dari anak-anak, orang dewasa bahkan untuk orang yang
telah lanjut usia dengan porsi dan takaran yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pemanfaatan
konsentrat protein diarahkan sebagai bahan baku dalam industri pangan, seperti industri roti dan
makanan tambahan (Purwitasari et al., 2014). Berikut beberapa aplikan protein konsentrat atau
2. Konsentrat protein pada ikan sebagai bahan pangan dengan kadar protein tinggi.
3. Pemanfaatan konsentrat protein ikan patin bisa diaplikasikan dalam pembuatan biskuit, roti,
4. Pemanfaatan tepung ikan sanglir (elagatis bipinnulatus) sebagai konsentrat protein sebagai
bahan tambahan pangan karena merupakan bahan setengah jadi yaitu tepung.
5. Pengkayaan konsentrat protein dari surimi lele dumbo pada pembuatan brownis, kue bolu,
dan roti.
6. Konsentrat protein ikan lele dumbo (clarias gariepenus) pengaplikasiannya pada pembuatan
kerupuk.
7. Aplikasi konsentrat protein telur ikan cakalang dalam pengaplikasiannya pada makanan bayi
pendamping asi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu Konsentrat protein adalah
produk pekatan protein yang memiliki kandungan protein minimal 70%, sedangkan isolat protein
memiliki kadar protein minimal 90%. Sumber-sumber protein konsentrat dapat diperoleh dari
kacang-kacangan seperti kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau merupakan bahan pakan
sumber protein. Konsentrat terbagi menjadi dua jenis yaitu sumber konsentrat energi dan sumber
konsentrat protein. Adapun Pemanfaatan atau aplikasi dari konsentrat protein yaitu sebagai
bahan baku dalam industri pangan, seperti industri roti, brownis, kerupuk dan sebagai makanan
Cheftel, J. C., J. L. Cug, dan D. Lorient. 1985. Amino Acid, Peptides, and Protein. Di dalam:
Fennema, O. R (Ed). 1996. Food Chemistry. New York: Marcel
Dekker Inc.
Food and Agriculture Organization [FAO]. 2009. Technology of Production of Edible Flours and
Protein Products From Soybeans.
Fukushima, D. 1969. Denaturation of Soybean Protein by Organic Solvent. J. Cereal Chem. 46:
156-160.
Nurhayati., Mappiratu dan Musafira. 2018. Pembuatan Konsentrat Protein Dari Biji Kelor
(Moringa Oleifera L.) Dan Analisis Profil Asam Amino. Jurnal Riset Kimia. Kovalen,
4(1) :24-32.
R. Susanti Dan E. Hidayat. 2016. Profil Protein Susu Dan Produk Olahannya. Jurnal Mipa. 39(2)
: 9-106.
Wickle, H. L., D. T. Hopkin, dan D. H. Waggle. Soy Protein and Human Nutrition. New York:
Academic Press.