Anda di halaman 1dari 22

KONSEPSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

MAKALAH
diajukan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Agama Islam kelas 63

Dosen Pengampu
Dr. Mahfudz Sidiq, MM.I

Oleh kelompok 10 :
Talia Chaerunnisa K. 190810301065
Devina Rizqi Afdilla 190810301059
Galang Nusantara A. 190810301100
Delta Ulan Daru N. P. 190810301111
Karisma Laras D. S. 190810301126

UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, petunjuk, dan kesehatan untuk menyelesaikan tugas makalah
ini. Tanpa rahmat-Nya, tugas makalah ini tidak akan dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah
dititipkan oleh dosen pembimbing kepada ka mi. Makalah ini memuat tentang
“Konsepsi Pendidikan Anti Korupsi” yang membahas tentang pengertian korupsi,
faktor penyebab korupsi, dasar terjadinya korupsi, dampak korupsi bagi individu
masyarakat dan negara, serta peran mahasiswa sebagai agen perubahan dalam
memberantas korupsi. Tema ini sengaja dipilih oleh dosen pembimbing kami untuk
kami pelajari lebih dalam.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini baik dari materi maupun
penulisannya masih jauh dari kata sempurna, namun kami sudah berusaha semaksimal
mungkin dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki dalam proses
pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangatlah membantu penulis untuk perbaikan kedepannya.

Jember, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
A. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. PERUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 3
1. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
2. Tujuan .......................................................................................................................... 3
3. Manfaat ........................................................................................................................ 3
C. PEMBAHASAN .............................................................................................................. 4
1. Pengertian Korupsi ..................................................................................................... 4
2. Faktor-faktor Korupsi ................................................................................................ 6
3. Dasar Korupsi ........................................................................................................... 10
4. Dampak Korupsi ....................................................................................................... 11
5. Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan Dalam Memberantas Korupsi ...... 12
D. KESIMPULAN................................................................................................................. 17
1. Kesimpulan .............................................................................................................. 17
2. Saran .......................................................................................................................... 17
E. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

iii
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini
menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan kehilangan
kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi
mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-negara tetangga yang
dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi seperti ini merugikan
perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini. Pemerintah Indonesia telah
berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara. KPK sebagai
lembaga independen yang secara khusus menangani tindak korupsi, menjadi
upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana. Korupsi dipandang sebagai
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan
upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi -
yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak akan
pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa
melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika
mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan
pewaris masa depan - diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia.
Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada
upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran
aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi
dengan ikut membangun budaya antikorupsi di masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan
anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali
dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif
mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam

1
kehidupan sehari-hari.Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan
berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar atau
perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan dipandang perlu membuat sebuah Buku
Ajar yang berisikan materi dasar mata kuliah
Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta
menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah
menumbuhkan budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong
mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi
di Indonesia.

2
B. PERUMUSAN MASALAH

1. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari korupsi?
b. Apa saja faktor-faktor penyebab korupsi?
c. Apa saja dasar-dasar terjadinya korupsi?
d. Apa saja dampak korupsi bagi individu, masyarakat, dan negara?
e. Bagaimana peran mahasiswa sebagai agen perubahan dalam memberantas
korupsi?

2. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari korupsi
b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab korupsi
c. Untuk mengetahui apa saja dasar-dasar terjadinya korupsi
d. Untuk mengetahui apa dampak korupsi bagi individu, masyarakat, dan negara
e. Untuk mengetahui peran mahasiswa sebgai agen perubahan dalam
memberantas korupsi

3. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penulisan ini dapat dijadikan salah satu sumbangsih yang cukup penting
terhadap ilmu pengetahuan yang didapat pada masa perkuliahan.
b. Bagi Pembaca
Penulisan makalah ini dapat membuka wawasan pembaca menjadi lebih
luas dan lebih memahami mengenai apa itu konsepsi pendidikan anti korupsi.

3
C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin corruptio1 atau corruptus2.
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu
bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie”
(Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.
Di Malaysia terdapat peraturan anti korupsi, dipakai kata “resuah” berasal
dari bahasa Arab risywah3. Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian
yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan
(al-Misbah al-Munir–al Fayumi, al-Muhalla–Ibnu Hazm). Semua ulama sepakat
mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, bahkan perbuatan
ini termasuk dosa besar. Sebagaimana yang telah diisyaratkan beberapa Nash
Qur’aniyah dan Sunnah Nabawiyah yang antara lain menyatakan: ”Mereka itu
adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang
haram” (QS Al Maidah 42). Imam al-Hasan dan Said bin Jubair
menginterpretasikan ‘akkaaluna lissuhti’ dengan risywah.
Jadi risywah (suap menyuap) identik dengan memakan barang yang
diharamkan oleh Allah SWT. Jadi diharamkan mencari suap, menyuap dan
menerima suap. Begitu juga mediator antara penyuap dan yang disuap. Hanya saja
jumhur ulama membolehkan penyuapan yang dilakukan untuk memperoleh hak
dan mencegah kezhaliman seseorang. Namun orang yang menerima suap tetap

1
(Fockema Andrea : 1951)
2
(Webster Student Dictionary : 1960)
3
Menurut Kamus Umum Arab-Indonesia artinya sama dengan korupsi (Andi Hamzah :2002)

4
berdosa (Kasyful Qona’ 6/316, Nihayatul Muhtaj 8/243, al-Qurtubi 6/183, Ibnu
Abidin 4/304, al-Muhalla 8/118, Matalib Ulin Nuha 6/479).
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan
dan ketidakjujuran”4. Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”5. Selanjutnya untuk
beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa (Muhammad Ali : 1998) :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya; dan
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu
yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau
golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud
corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang
merugikan keuangan negara6.
Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers,
menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut
masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi,
dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi

4
(S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978)
5
(WJS Poerwadarminta: 1976)
6
(Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973)

5
yang berbunyi “financial manipulations and deliction injurious to the economy
are often labeled corrupt”7.
2. Faktor-faktor Korupsi
Tindak korupsi pada dasarnya bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri.
Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor- faktor
penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal
dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi.
Dengan demikian secara garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu :
1. Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang
dapat dirinci menjadi:
a. Aspek Perilaku Individu
• Sifat tamak/rakus manusia.
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka
membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional
yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat
besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku
semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan
rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.
• Moral yang kurang kuat.
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda
untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan untuk itu.
• Gaya hidup yang konsumtif.
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup
seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk

7
(Evi Hartanti: 2008)

6
m8elakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
b. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat
baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam
hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman
pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
2. Faktor eksternal
Pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku.
a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi
yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat
tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai
bentuk.
Oleh karena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan
tindak korupsi terjadi karena :
• Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi
bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini
seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya
dari mana kekayaan itu didapatkan.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa
korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara. Padahal bila
negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga,

7
karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat
dari perbuatan korupsi.
• Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap
perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini
kurang disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah
terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara
terbuka namun tidak disadari.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa
masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas
hanya bila masyarakat ikut melakukannya.
b. Aspek Ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan
ada kemung- kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
c. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses
yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku
sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan
dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan
kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara
politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi
d. Aspek Organisasi
• Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan.

8
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal
mempunyai bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi
keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat
korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil
kesempatan yang sama dengan atasannya.
• Tidak adanya kultur organisasi yang benar.
Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap
anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik,
akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai
kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti
korupsi memiliki peluang untuk terjadi.
• Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum
dirumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya, dan belum
dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode
tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi
pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil
mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya
perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk
praktik korupsi.
• Kelemahan sistem pengendalian manajemen.
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi
tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin
longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan
semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di
dalamnya.
• Lemahnya pengawasan.
Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu
pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan

9
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal
(pengawasan dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang
bisa efektif karena beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang
tindih pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya profesional
pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika hukum maupun
pemerintahan oleh pengawas sendiri.
3. Dasar Korupsi
Setiap orang menyadari bahwa korupsi bukanlah perbuatan yang tidak baik,
bahkan pelaku yang diketahui dan dihadapkan ke meja hijau diancamdengan
hukuman yang berat, dengan maksimal hukuman penjara seumur hidup atau
penjara lamanya 20 tahun dan/atau denda maksimal 30 juta rupiah, dan masih
dapat dijatuhi hukuman tambahan. Meskipun menyadari beratnya ancaman
hukuman dan masih perlu dipertimbangkan tercemarnya nama baik keluarga,
tindakan korupsi masih tetap saja ada.
Motif, penyebab, atau dasar seseorang untuk melakukan tindakan korupsi
sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi, secara umum dapat
dirumuskan, sesuai dengan pengertian kerja dengan menggunakan bagan bahwa
tindakan korupsi dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan
pribadi/keluarga/kelompok/golongannya sendiri. Dengan mendasarkan pada
motiv keuntungan pribadi atau golongan ini, dapat dipahami bahwa korupsi selalu
terkait dengan motif manusia untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau
golongan. Dengan menunjuk kepada pengertian absolut, penanggulangan korpsi
perlu dihubungkan dengan dasar untuk mendapatkan rezeki, nafkah, atau
keuntungan yang harus mendasarkan pada keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan antara kepentingan lahir dan batin, antara kepentingan jasmani dan
rohani.
Faktor yang memengaruhi dasar untuk melakukan korupsi yang
menginginkan keuntungan pribadi atau golongan menurut Komisi IV, terdapat
tiga indikasi yang menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu :
a. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi;

10
b. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri;
c. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono, tidak ada jawaban persis mengenai dasar
seseorang melakukan korupsi, tetapi ada dua hal yang jelas, yaitu faktor dorongan
dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya) dan faktor
rangsangan dari luar (dorongan teman, adanya kesempatan, kurang kontrol, dan
sebagainya).

4. Dampak Korupsi
Korupsi memiliki dampak yang kurang baik dalam kehidupan manusia, baik
aspek sosial, ekonomi, politik dan individu.
a. Dampak Korupsi Terhadap Individu dan Masyarakat
Tidak dapat dipungkiri bahwa korupsi berdampak bagi individu itu
sendiri, dampak yang akan terjadi biasanya individu hanya mementingkan
kepentingan diri sendiri (self interest) dan keegoisan (selfishness) akan selalu
tertanam dalam dirinya. Chandra Muzaffar menyatakan bahwa korupsi
menyebabkan individu menempatkan kepentingan pribadi diatas segala
kepentingan lainnya dan hanya berfikir kepentingannya semata-mata.
Apabila korupsi telah menjadi makanan masyarakat setiap hari,
akibatnya kondisi dalam suatu masyarakat menjadi kacau dan sistm sosial
tidak berlaku dengan baik. Fakta empirik dari hasil penelitian banyak negara
menunjukkan bahwa korupsi memiliki pengaruh negatif terhadap rasa
keadilan dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan adanya perbedaan atau
ketimpangan yang tajam antar kelompok sosial maupun individu, baik dalam
hal pendapatan maupun kekuasaan.
Korupsi juga membahayakan standar moral dan intelektual masyarakat.
Ketika korupsi merajalela maka nilai moral akan terabaikan. Jika hal tersebut
terjadi, keinginan publik untuk berkorban demi kebaikan dan kemajuan
masyarakat akan menghilang.
b. Dampak Korupsi Terhadap Perekonomian

11
Maju tidaknya suatu negara dapat dilihat melalui beberapa hal, salah
satunya yaitu tingkat korupsi. Semakin tinggi tingkat korupsinya maka tidak
jarang apabila pertumbuhan perekonomian terhambat. Apabila suatu proyek
dijalankan dengan sarat korupsi (penyuapan untuk kelulusan proyek,
penggelapan dalam pelaksanaannya, dan bentuk korupsi lainnya), maka
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari proyek tersebut tidak akan
tercapai. Penelitian empirik oleh Transparency international menunjukkan
bahwa korusi juga mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam
negeri maupun luar negeri. Sehingga hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan perekonomian semakin terhambat.
c. Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi
Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya
biaya administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dijamak oleh korupsi
dengan berbagai macam bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang efisien,
rasional dan kualifikasi tidak akan terlaksana. Kualitas layanan publik akan
semakin memburuk dan hanya orang orang tertentu saja yang mendapatkan
pelayanan dengan baik karena memiliki uang untuk menyuap. Keadaan ini
dapat menyebabkan meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan, dan
kemarahan masyarakat yang selanjutnya menyebabkan jatuhnya para birokrat.

5. Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan Dalam Memberantas Korupsi


Mahasiswa dalam gerakan anti korupsi tentu memiliki peranannya
tersendiri dalam berbagai bidang. Adapun peran mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi adalah sebagai berikut:
A. Bidang Pendidikan
Mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi zaman dimasa
depan. Untuk konteks sekarang dan mungkin masa-masa yang akan datang
yang menjadi musuh bersama masyarakat adalah praktek bernama Korupsi.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki yaitu:

12
a. Kemampuan intelektual yang tinggi
b. Jiwa muda yang penuh semangat, dan
c. Idealisme yang murni
Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:
intelegensia, ide-ide kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mereka mampu
menyuarakan kepentingan rakyat dan mengkritisi kebijakan-kebijakan yang
koruptif. Upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam gerakan
anti korupsi adalah:
• Menciptakan lingkungan kampus bebas dari korupsi.

Hal ini dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu


menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh
melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana,
misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen kepada teman
jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak
pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya. Upaya lain
untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus
adalah mahasiswa dapat membuat koperasi atau kantin jujur,
membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang berprinsip
pada upaya memberantas tindakan korupsi.
1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya
melakukan korupsi.
Upaya ini misalnya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena
dampaknya dapat mengancam dan merugikan kehidupan
masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta
dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar
lingkungan mereka.
2. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah

13
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak
sebagai agen pengontrol dalam pemerintah. Kebijakan pemerintah
sangat perlu dikontrol dan dikritisi jika kebijakan tersebut tidak
memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat.
Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah
dalam mengatasi masalah korupsi di negeri ini.
B. Bidang Politik
Korupsi menjadi salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh Negara
Indonesia. Statistik terbaru menunjukkan bahwa kasus korupsi di Indonesia
terus meningkat. Di tahun 2004 penuntutan terhadap kasus korupsi hanya
berjumlah 2 dalam setahun, namun terus meningkat hingga menjadi 62
tuntutan kasus korupsi di tahun 2015 kemarin.
Faktor politik merupakan salah satu faktor yang paling umum yang
mendasari suatu tindakan penyebab korupsi. Tindakan korupsi berupa suap
atau yang biasa kita kenal sebagai tindakan sogok menyogok sangat sering
terjadi. Korupsi suap biasa terjadi untuk kepentingan khusus seperti suap
untuk “naik jabatan”, suap untuk “menutupi” sesuatu.
Peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada bidang politik
1. Moralitas
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki
kemampuan interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral,
rasa peduli dan rasa bertanggung jawab untuk turut memajukan Negara
Indonesia dengan memberantas korupsi. Mahasiswa yang
menyelesaikan pendidikannya cenderung memiliki tenggang rasa yang
lebih baik terhadap Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung
benci terhadap tindakan korupsi.
2. Identifikasi korupsi
Mahasiswa fakultas tertentu (khususnya hukum dan ekonomi)
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa suatu

14
tindakan korupsi lebih baik daripada masyarakat pada umumnya.
Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai standar standar identifikasi
dan analisis korupsi dari segi finansial maupun hukum.
Dengan kemampuan ini mahasiswa diharapkan dapat memperbaiki
kualitas penegakan hukum di Indonesia.
3. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan
korupsi oleh suatu entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan
korupsi tersebut kepada pemerintah karena mahasiswa dianggap
memiliki suara yang lebih didengarkan oleh pemerintah dan mampu
menekan pemerintah. Selain itu mahasiswa cenderung lebih berani
untuk melaporkan tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki
pengetahuan akan prosedur dan langkah hukum untuk melaporkan suatu
tindakan korupsi.
4. Generasi masa depan
Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki
kemampuan interpersonal tinggi naik dan menggantikan generasi
sekarang yang dianggap penuh dengan koruptor, Tindakan korupsi
diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya kesadaran
dalam diri mahasiswa untuk turut memajukan Negara dengan tidak
melakukan korupsi.
Kualitas kualitas professional maupun interpersonal yang
ditanamkan pada mahasiswa saat ini diharapkan mampu untuk
memberantas korupsi yang terus menggerogoti Negara Indonesia.
Dengan artikel peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi ini, kami
harapkan anda dapat lebih mengerti pentingnya pendidikan bukan hanya
untuk memperoleh hard skill, namun juga untuk mendapatkan
kemampuan interpersonal dan moralitas yang lebih baik.

15
C. Bidang Ekonomi
Mahasiswa memiliki peran untuk mengatasi dan mengurangi tindak
korupsi yang terjadi di Indonesia. Peran tersebut dengan memahami dan
mempelajari mengenai perekonomian di Indonesia mengenai
infrastruktur ataupun perekonomian. Maka, dengan hal tersebut jika ada
pejabat negara yang melebihkan anggaran dalam hal infrastruktur
maupun pembangunan atau yang lainnya mahasiswa memiliki peran
penting yaitu dengan menuntut keadilan melalui laporan ke pihak
berwajib. Dedgan hal ini, mahasiswa sangat cocok disebut sebagai agent
of control the agent of analysis yaitu bagaimana mahasiswa memiliki
peran dalam mengotrol bangsa karena memiliki sifat kritis dalam
mengkritik pejabat negara dan memiliki legend of analysis sebagai cara
untuk menganalisa suatu permasalahan yang ada karena jik amahasiswa
terutama ynag menggeluti budang perekonomian bangsa akan memiliki
pemahaman yang lebih luas daripada yang tidak dan akan sangat mudah
bagi mahasiswa dalam menanggapi persoalan korupsi di Indonesia
khususnya dalam bidang ekonomi.
Adapun peran mahasiswa dalam Gerakan anti korupsi di bidang
ekonomi adalah:
• Tidak menyalahgunakan kepercayaan dalam sebuah organisasi,
dalam hal ini yang dimaksud adalah sebuah kewirausahaan di
organisasi tersebut.
• Tidak memberikan suap kepada pengurus beasiswa di kampus.
• Menuntut jaminan atau fasilitas terhadap biaya yang telah dibayarkan
pada saat menjadi mahasiswa baru.
• Memiliki kesadaran untuk mengkritisi pejabat atau
petinggi/pemimpin sehingga menghindarkan terciptanya peluang
korupsi pada petinggi tersebut.

16
D. KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”. Secara
harfiah, arti kata korupsi yaitu kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, dan penyimpangan dari kesucian. Sedangkan secara
terminologi, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
perusahaan) untuk kepentingan pribadi maupun orang lain.
Perlaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor
penyebabnya bisa dari internal pelaku (meliputi sifat tamak, moral yang kurang
kuat, dan gaya hidup yang konsumtif) tetapi juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi (meliputi aspek
masyarakat terhadap korupsi, aspek ekonomi, aspek politis, dan aspek organisasi).
Setiap orang menyadari bahwa korupsi bukanlah perbuatan yang tidak baik,
bahkan pelaku korupsi akan dihadapkan ke meja hijau diancam dengan hukuman
berat. Meskipun menyadari beratnya ancaman hukuman dan tercemarnya nama
baik keluarga, tindakan korupsi masih saja terjadi.
Setiap perbuatan yang kita lakukan pasti memiliki dampak, baik bagi diri
sendiri maupun lingkungan sekitar. Begitu juga dengan korupsi, tindakan ini
memiliki dampak yang buruk. Seperti yang telah dijelaskan di bab pemecahan
masalah, korupsi memiliki dampak bagi individu dan masyarakat, bagi
perekonomian, maupun bagi birokrasi.
Lantas, apa peran kita sebagai mahasiswa dalam memberantas korupsi? Kita
dapat menciptakan lingkungan kampus yang bebas dari korupsi, seperti
membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang berprinsip pada upaya
pemberantasan korupsi, tidak memberikan suap kepada pengurus beasiswa di
kampus, dan lain sebagainya,

2. Saran
a. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan
Tinggi sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, mahasiswa

17
merupakan salah satu bagian dari generasi penerus bangsa yang memiliki
kompetensi intelektual, ide-ide inovatif, dan pola pikir yang lebih diplomatis
menjadikan mahasiswa sebagai agen perubahan pembelajaran kehidupan
kebangsaan.
b. Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik
dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga kemasyarakatan.
c. Adanya kerjasama dari masyarakat, pemerintah, serta instansi terkait secara
sinergis untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti
korupsi dini di segala aspek kehidupan

18
E. DAFTAR PUSTAKA

Yamin. 2016. Pendidikan Anti Korupsi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Soewartojo, Juniadi. 1997. Korupsi Pola Kegiatan dan Penindakannya serta Peran
Pengawasannya dalam Penanggulannya. Jakarta: Balai Pustaka

Kemendikbud. 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kemendikbud

Oktavia, Sabrina.2019. Peran Mahasiswa dalam gerakan Anti Korupsi. (Diakses


pada: 05 Maret 2020) (https://www.academia.edu/38675475/PERAN_
MAHASISWA_DALAM_GERAKAN_ANTI_KORUPSI)

Fahlevi, Reza. 2014. Makalah Pendidikan AntiKorupsi. (diakses pada: 11 Maret


2020) (https://www.academia.edu/35798869/Makalah _ Pendidikan _
AntiKorupsi)

19

Anda mungkin juga menyukai