CLOUD COMPUTING
MAKALAH
disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Cloud Accounting
Kelas C
Dosen Pengampu
Moch Shulthoni, S.E, M.SA, Ak
Oleh:
Devina Rizqi A. 190810301059
Talia Chaerunnisa K. 190810301065
Delta Ulan Daru N.P. 190810301111
Karisma Laras D.S. 190810301126
Ardisa Septa W. 190810301056
Radhiatul Nurul J. 190810301012
Cindy Claudia P. 190810301140
Gemma Tiara D. 190810301143
Niken Kinaseh 190810301201
Elvira Hanum F. 170810301116
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan evolusi cloud accounting dari masa ke masa
1.3.2 Untuk memahami kelebihan dari cloud computing
1.3.3 Untuk memahami kekurangan dari cloud accounting
1
1.4 Manfaat
Ada beberapa fungsi yang dapat dipetik dan dijadikan pembelajaran dari pembuatan
makalah ini adalah:
a. Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini dapat dianggap salah satu sumbangsih dari kami
terhadap ilmu pengetahuan yang diperoleh pada masa pembelajaran di perkuliahan.
b. Bagi Pembaca
Pembuatan makalah ini dapat membuka wawasan pembaca menjadi lebih luas
dan lebih memahami materi mengenai awal mula berkembangnya Cloud Computing,
berbagai kelebihan dan kekurangan dari sebuah Cloud Computing.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
BAB 3. PEMBAHASAN
4
Selanjutnya yaitu pada akhir era 1990an, muncul sebuah konsep yang bernama ASP
atau dalam bahasa inggris disebut Application Service Provider. Bersamaan dengan
meningkatnya kualitas yang dimiliki oleh jaringan komputer, kemungkinan untuk
melakukan akses pada aplikasi menjadi semakin cepat. Pemiliki data center memanfaatkan
hal ini untuk dijadikan peluang guna memberikan penawaran atas fasilitas yang dimiliki
sebagai wadah hosting aplikasi, dimana pengguna dapat mengakses hal tersebut
menggunakan jaringan yang dimiliki oleh komputer. Dengan begitu, user tidak harus
melakukan investasi pada perangkat pusat data. Sayangnya, ASP tersebut masih tergolong
tidak umum atau privat, dimana semua layanan yang tersedia hanya dibuat khusus bagi
satu client dan beberapa aplikasi yang tersedia umumnya bersifat client server.
Pada awal abad 21, hadirnya beberapa jenis teknik yang tergolong baru di dalam
melakukan proses pengembangan atas software terutama pada meningkatnya kapasitas
yang dimiliki oleh jaringan internet dan juga proses pemrograman yang berdasar pada web,
membuat berbagai situs yang terdapat pada internet tidak lagi berisi informasi yang bersifat
statik, namun mulai menuju ke arah aplikasi bisnis yang cukup kompleks. Hingga pada
awal tahun 2000an, kepopularitasan Cloud Computing menjadi semakin tinggi. Marc
Benioff, mantan Vice President perusahaan Oracle, menghadirkan sebuah layanan atas
aplikasi CRM yang terdapat dalam bentuk Software as a Service, Salesforce.com. Hal
tersebut berhasil memperoleh respons yang sangat baik dalam dunia teknologi informasi.
Benioff memiliki sebuah misi yang bernama “The End of Software” yang sukses di dalam
merealisasikan visi yang dimiliki bosnya di Oracle yaitu Larry Ellison terkait dengan
Network Computing yang pada akhirnya terwujud dalam waktu sepuluh tahun kemudian.
Seiring dengan berjalannya waktu, Cloud Computing semakin diterima dengan baik
dalam bidang TI. Mulai pada tahun 2005, hadirlah inovasi-inovasi yang didukung oleh
perusahaan besar dan terkenal seperti Amazon.com yang menciptakan Amazon EC2 atau
dikenal pula dengan Elastic Compute Cloud. Selain itu, perusahaan ternama Google juga
menciptakan Google App Engine, IBM ikut menghadirkan Blue Cloud Initiative, dan masih
banyak inovasi lainnya.
Pertarungan dalam rangka menguasai awan seperti yang disaksikan saat ini
membuat seluruh nama-nama perusahan besar turut serta dalam pertarungan ini. Hal ini
juga di tunjukkan dengan banyaknya inisiatif-inisiatif dalam membentuk Cloud Computing
yang masih terus bergerak, baik bergerak dalam bidang kepraktisan dan juga akademis.
Namun, hal ini justru memberikan kenyataan yang berbeda di Indonesia, bahkan dapat
dikatakan hal ini justru berbanding terbalik dengan keadaan yang ada yaitu perebutan awan
yang begitu dahsyat di luar sana, Mengapa demikian karena di Indonesia pemain yang
berusaha untuk masuk ke dalam pasar Indonesia dapat dihitung dengan jari. Salah satunya
ialah PT Telkom yang ternyata berusaha dengan baik di perebutan awan ini, terdapat
beberapa macam layanan aplikasi dengan basis Software as a Service yang ditawarkan
yaitu "Sigma Cipta Caraka" yangmana memberikan pelayanan core banking
diperuntukkan bagi bank skala kecil hingga skala menengah melalui anak usahanya. Dan
yang kedua ialah pelayanan menggunakan E- Office on Demand yang ditawarkan guna
memenuhi keperluan sebuah oraganisasi yang saling berkolaborasi/berkorespondensi.
Dalam tawaran kerja sama, keduanya ini bersama IBM Indonesia dan mitra bisnisnya PT.
Codephile PT Telkom.
Ada beberapa faktor yang dapat dikatakan sebagai penyebab sambutan dalam dunia
teknologi informasi yang sepi di dalam negeri terhadap minat Cloud Computing ini, antara
lain:
a. Penetrasi infrastruktur internet yangmana jangkauannya dapat dikatakan masih terbatas.
b. Tingkat kemampuan dan keinginan pengunaan yang masih menggunakan internet hanya
sebatas untuk bermain media sosial ataupun media hiburan saja.
5
c. Tingginya tingkat investasi yang diperlukan untuk menghadirkan layanan cloud,
dikarenakan harus terdapat adanya sebuah kolaborasi antara satu infrastruktur jaringan,
perangkat lunak, dan perangkat keras sekaligus dengan yang lainnya.
Dalam Al Fatta Hanif dan Robert Marco 2015, menyebutkan bahwa terdapat
berbagai ciri yang harus ada oleh sebuah sistem untuk dapat masuk ke bagian Cloud
Computing karena hanya beberapa aplikasi web saja yang memenuhi syarat yang dapat
dikelompokkan di dalamnya yaitu :
A. Swalayan, dimana nantinya pelanggan guna memenuhi sumberdaya yang dibutuhkan
seperti processor time dapat langsung “memesan” baik dalam hal untuk melakukan
penambahan sumberdaya komputasi atau bahkan untuk mengurangi yang dibutuhkan
tanpa harus berinteraksi langsung dengan customer service
B. Akses Pita Lebar, merupakan salah satu layanan yang dapat terhubung dengan jaringan
pita lebar dan dapat diakses melalui jaringan internet, atau dapat pula melalui media
seperti smartphone ataupun menggunakan thin client atau thick client.
C. Sumber Daya Terkelompok atau nama lainna yaitu Resource Pooling, merupakan
layanan yang disediakan untuk mengelompokkan sumber daya menjadi satu atau
dengan mekanisme multitenant sehingga sejumlah user memungkinkan untuk
menggunakan beberapa sumber daya komputerisasi yang secara bersamaan dalam
bentuk visual maupun virtual dan dapat tersebut secara bersama- sama baik yang
berbentuk fisik maupun virtual serta dapat secara khusus disediakan guna keperluan
pelanggan.
D. Elastis ( Rapid Elasticity ), elastis yang dimaksud disini ialah kapasitas komputasi yang
ada artinya dapat cepat menyediakan bentuk enambahan ataupun pengurangan kapasitas
yang diperlukan.
E. Layanan yang terukur, artinya sumber daya yang ada dapat di ukur melalui media
peyimpanan seperti memoy, processor, dan pita lebar. Sehingga saat pengguna hendak
membayar dapat dijadikan acuan atau dasar karena di dalamnya sumber daya yang
digunakan dapat terukur secara transparan.
Saat ini para pelaku teknologi dan informasi terutama di dalam negeri (Indonesia)
harus sudah mempersiapkan diri dengan menngembakan dan menyiapkan layanan yang
siap di cloud kan. Karena seperti yang diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan
negara terbanyak ke 5 dari segi penduduk yang artinya juga pelaku terbesar ke 5 dalam
pasar, maka dari itu dalam menghadapi gelombang besar Cloud Computing Indonesia
sudah siap dan harapannya tidak hanya pemaing asing yang dapat mengambil keuntungan
besar dari ini semua, tentu saja dalam usaha ini perlu adanya dukungan serta peran
pemerintah baik sebagai fasilitator maupun regulator.
Revolusi akan Cloud Computing terus menerus berkembang dan tak jarang pula
menjadi bahan yang diperdebatkan dengan mengaitkan pihak akademisi, pemerintah
beserta berbagai pihak yang terlibat lainnya. National Institut of Science and Technology
(NIST) merupakan Departemen Perdagangan Amerika menyusun atau memberikan
rekomendasi standar atas referensi tentang bermacam aspek dari Cloud Computing ini guna
memberikan satu common ground (kesamaan).
Adapun beberapa contoh yang menjadi pembuktian bahwa Cloud Computing telah
mengalami perkembangan kinerja secara online yaitu :
a. Adanya portal internet yang dapat memberikan fasilitas umum seperti e-mail atau surat
elektronik, beberapa forum untuk diskusi secara virtual lainnya hingga media untuk
menyimpan dokumen tanpa adanya Batasan kapasitas.
b. Layanan Software as a Service atau SaaS seperti layanan pemindaian virus, spam dan
sebagainya
6
c. Layanan SpeedyWiki yang dimana dapat diakses atau digunakan serempak guna
membuat dan merancan dokumentasi kompleks sehingga dapat dianggap sebagai dasar-
dasar Cloud Computing.
7
c. Terpercaya dan sederhana.
d. Integrasi dengan aplikasi berbagai perangkat.
e. Seseorang dapat berkomunikasi tanpa terhalang jarak.
f. Mendorong kinerja pemerintah dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
g. Mempermudah proses transaksi bisnis.
h. Untuk pengembang aplikasi, layanan PaaS dengan cepat mengembangkan dan
mengimplementasikan aplikasi.
i. Membuka pasar baru bagi industri layanan TI.
j. Untuk perusahaan di bidang infrastruktur, banyak orang yang menggunakan layanan
SaaS untuk meningkatkan peluang penggunaan bandwidth Internet.
8
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mulai dari sekitar tahun 1960an, Cloud Computing mengalami perkembangan
seiring pula dengan berkembangnya Internet dan Web. Akan tetapi, Internet mengalami
perkembangan lebih dulu daripada Cloud Computing. Suatu hal yang menjadi dasar
berkembangnya konsep dari Cloud Computing ini dimulai sekitar tahun 1960. Pada tahun
tersebut, seorang ahli komputasi MIT sekaligus pelopor intelejensi buatan yang bernama
John McCarthy, beliau mengutarakan sebuah visi yaitu komputasi nantinya dapat menjadi
salah satu dari prasarana publik sama halnya dengan telepon maupun listrik di suatu hari
nanti. Akan tetapi, pada tahun 1995, seorang pendiri perusahaan Oracle yaitu Larry Ellison,
menemukan sebuah gagasan yang bernama Network Computing. Akibat dari adanya
berbagai jenis program berbasis web yang tidak praktis, maka hadirlah sebuah inovasi baru
yang bernama Cloud Computing. Selanjutnya yaitu pada akhir era 1990an, muncul sebuah
konsep yang bernama ASP atau dalam bahasa inggris disebut Application Service
Provider. Pada awal abad 21, kehadiran berbagai jenis teknik yang baru di dalam
melakukan pengembangan atas software terutama pada meningkatnya kapasitas yang
dimiliki oleh jaringan internet dan juga proses pemrograman yang berdasar pada web.
Hingga pada awal tahun 2000an, kepopularitasan Cloud Computing menjadi semakin
tinggi. Seiring dengan berjalannya waktu, Cloud Computing semakin diterima dengan baik
dalam dunia teknologi informasi. Mulai pada tahun 2005, mulai hadir inovasi-inovasi yang
didukung oleh perusahaan besar seperti Amazon.com, Google, IBM, dan lain sebagainya.
Di tengah-tengah dahsyatnya pertarungan menguasai awan ini di Indonesia justru
masih memberikan keadaan yang berbanding terbalik dengan keadaan yang ada diluar
sana, terlihat dari minimnya pemain yang mencoba masuk di area pertarungan ini, hal ini
dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti adanya penetrasi infastruktur internet yang
dapat dikatakan terbatas, internet yang digunakan sebagai media sosialisasi dan hiburan,
serta investasi yang tidak sedikit untuk menyediakan layanan cloud ini. Sehinga ini menjadi
persoalan serius yang harus segera di atasi. Selain itu revolusi akan Cloud Computing terus
menerus berkembang salah satu contohnya ialah adanya portal internet yang dapat
memberikan fasilitas umum seperti e-mail atau surat elektronik, beberapa forum diskusi
sampai dengan media penyimpanan dokumen dengan kapasitas tanpa batas dan lain
sebagainya.
Adanya cloud computing memiliki pro dan kontra dikalangan masyarakat.
Kelebihan utama dengan adanya cloud computing, maka yang dirasakan oleh users adalah
mudah mengaksesnya. Kelebihan yang lain adalah fleksibiltas, penghematan, lentur dan
mudah dikembangkan, berfokus pada bisnis bukan pada TI. Skala penyimpanan mudah
diatur, ramah lingkungan, terdapat beragam model, kombinasi model cloud computing,
cloud computing di dunia pendidikan, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan
kekurangan yang paling utama adanya cloud computing yakni sangat bergantung pada
internet, karena jika tidak terkoneksi internet tentu mengalami masalah. Selain itu
kekurangan cloud computing adalah pada saat setelah menghapus data, kecil
kemungkinannya untuk memulihkan data, adanya pertukaran data, kurangnya pelatihan
dan audit TI dan lainnya.
9
REFERENSI
Al Fatta, Hanif dan Robert Marco 2015. Analisis Pengembangan dan Perancangan Sistem
Informasi Akademik Smart Berbasis Cloud Computing Pada Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) di Derah Istimewa Yogyakarta. Vol 8 (2) : 72 – 73.
Arni, Ulti Desi. 2018. Kelebihan dan Kekurangan Cloud Computing.
https://garudacyber.co.id/artikel/875-kelebihan-dan-kekurangan-cloud-computing
(Diakses pada 27 februari).
Cloudraya, Marketing. 2020. Keuntungan dalam Menggunakan Cloud Computing.
https://cloudraya.com/blog/keuntungan-dalam-menggunakan-cloud-computing/
[Diakses pada 26 Februari 2021].
Rifzan. 2019. Kelebihan dan Kekurangan Cloud Computing yag Wajib Diketahui.
https://www.robicomp.com/kelebihan-dan-kekurangan-cloud-computing-yang-wajib-
diketahui.html [Diakses pada 27 februari].
Sullivan, D. 2009. The Definitive Guide to Cloud Computing. Realtime Nexus Publishers.
https://www.realtimepublishers.com/chapters/1749/dgcc-10.pdf [Diakses pada 27
Februari 2021].
Sulthoni, M. 2019. Teori dan Praktik Cloud Computing. Universitas Jember.
Sutiono. Kelebihan dan kekurangan Cloud Computing. https://dosenit.com/jaringan-
komputer/teknologi-jaringan/kelebihan-dan-kekurangan-cloud-computing [Diakses
pada 26 Februari 2021].
10