Anda di halaman 1dari 3

Nama : Winda Mailindra

NIM : 1811212030
Mata Kuliah : Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Dosen Pengampu : Mega Utami Basra, S.K.M., M.K.M.

REVIEW MATERI
“DEFISIENSI GIZI SEBAGAI PREDISPOSING FAKTOR PENYAKIT KRONIS”

Defisiensi nutrisi atau malnutrisi adalah kondisi ketika manusia tidak mendapatkan unsur
pembangun tubuh seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam kadar ideal agar tubuh
bisa berfungsi dengan baik. Hal ini membuat tubuh lebih rentan terserang penyakit.
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam
jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang menderita penyakit
kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung mengembangkan
perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat
membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006).
a) Penyebab Kekurangan Gizi
- Penyebab langsung
Yaitu makanan yang dikonsumsi dan penyakit infeksi. Timbulnya gizi kurang bukan
saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Seseorang yang
mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam,
akhirnya dapat menderita gizi kurang. Maka dari itu makanan yang di konsumsi
dengan infeksi yang dialami sangat mempengaruhi.
- Penyebab tidak langsung
Yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk
keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana
kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko
anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.
Faktor langsung maupuan tidak langsung sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan
dan ketrampilan maka akan semakin tinggi ketahanan pangan keluarga. Makin baik pola
pengasuhan anak makin baik memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
b) Prevalensi gizi kurang dan penyakit yang diakibatkannya
Di Indonesia, data susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang selalu
menunjukkan peningkatan yaitu dari 12,66 % (2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004)
(Dinkes RI, 2004). Contoh masalah gizi kurang yang banyak terjadi di Indonesia, antara
lain :
1. Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau
karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau
defisit energi dan protein.
 Kwashiorkor
 Marasmus
 Busung lapar
2. Xerophthalmia (Defisiensi Vitamin A) : kekurangan konsumsi vitamin A didalam
tubuh. Di Indonesia gangguan dalam proses melihat yang disebut xerophthalmia ini.
3. GAKI (Gangguan Akibat Kurang Yodium) : salah satu masalah gizi mikro di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 prevalensi GAKY di Indonesia
mencapai 11,1% (Riskesdas, 2013). Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah
telah mewajibkan semua garam yang beredar harus mengandung iodium sekurangnya
30 ppm.
4. Anemia : kondisi saat tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%.
5. Stunting : asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama, umumnya karena
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Prevalensi stunting di
Indonesia pada 2018, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya
terus menurun hingga 23,6%.
6. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) : kekurangan asupan makanan dalam waktu
yang cukup lama, hitungan tahun. Berdasarkan Studi Diet Total (SDT) tahun 2014,
gambaran asupan makanan ibu hamil di Indonesia masih memprihatinkan, dimana
proporsi ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi kurang dari 70% angka
kecukupan energi (AKE) sedikit lebih tinggi di pedesaan dibandingkan dengan
perkotaan yaitu sebesar 52,9% dibandingkan dengan 51,5%.
c) Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang
 PHBS dan Pola makan teratur
 Makanan bergizi untuk ibu hamil
 ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan
 Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
posyandu
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama orang tua tentang gizi
 Diperlukan peranan baik dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun
pemerintah.
 Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat

Kesimpulan :
Mengapa defisiensi gizi sebagai predisposing faktor penyakit kronis? Defisiensi gizi itu
kekurangan gizi, predisposing itu faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, dan
kepercayaan. Maka orang yang memiliki sikap atau kebiasaan hidup dengan kekurangan gizi itu
dapat mengakibatkan penyakit kronis. Jika kekurangan gizi ini tidak cepat diatasi maka akan
terjadi berkelanjutan menjadi penyakit kronis.

Anda mungkin juga menyukai