Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dan dianalisa dengan

menggunakan suatu analisa keuangan yang disebut analisa rasio keuangan. Untuk

mendapatkan keadaan tentang perkembangan kinerja perusahaan, perlu diadakan

interprestasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang

bersangkutan dan data tersebut tercermin dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi

untuk pengambilan keputusan. Menurut Hanafi (2009:105) laporan keuangan

akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas yang

semuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan Periode

penerbitan laporan keuangan pada umumnya diterbitkan setiap tahun operasi atau

lebih dikenal dengan laporan keuangan tahunan (financial statement). Menurut

Harahap (2010: 121) bahwa laporan keuangan memiliki pengertian sebagai

berikut:

Sarana Pengkomunikasian Informasi keuangan utama kepada pihak-pihak

diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang kuantitatif

dalam menilai moneter atau satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi

dan kewajiban dari sutu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi untuk mengubah

sumber daya dan kewajiban.

18

Universitas Sumatera Utara


Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang

berguna bagi keputusan investasi dan kredit. Untuk menyediakan informasi yang

berguna dalam menilai arus kas masa depan. Untuk menyediakan informasi

mengenai sumber daya perusahaan, Klaim terhadap sumber daya tersebut dan

perubahaan di dalamnya.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun

perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik, serta pihak-pihak lain

termasuk investor di dalamnya. Oleh karena itu, interprestasi terhadap laporan

keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui

keadaan dan perkembangan kinerja suatu perusahaan. Khususnya bagi para calon

investor yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan sebagai alat

analistik dalam rangka penetuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Apakah

perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan

ataukah akan memberikan kerugian di masa yang akan datang. Jadi pengertian

Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami rugi selama dua tahun

berturut-turut dan Non Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami

laba selama dua tahun berturut-turut.

2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan ada

4 (empat) yaitu :

1. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama

periode waktu tertentu misalnya sebulan atau setahun.

19

Universitas Sumatera Utara


2. Laporan Ekuitas Pemilik

Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik

yang terjadi selama periode tertentu.

3. Neraca

Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada

tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.

4. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas

selama peroide waktu tertentu.

2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik

kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan

berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :

1. Mudah dipahami

Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya.

Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk

mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya

dengan wajar.

2. Relevan

Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses

pengambilan keputusan. Informasi dari laporan keuangan di katakan

20

Universitas Sumatera Utara


memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa

lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil

evaluasi mereka di masa lalu.

3. Keandalan

Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai

penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang

secara wajar di harapkan dapat di sajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar

periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja

keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat

memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi

posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative

agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan

laporan keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut.

2.1.4 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu

informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan

akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,

yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihakpihak yang berkepentingan.

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan

21

Universitas Sumatera Utara


keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami

dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan

keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam

menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut

baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain

pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan

dananya ke dalam perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam analisis, analisa juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend

tertentu dalam laporan keuangan.

2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu

diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka

yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bias dan biasa dipakai

sebagai pembanding. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk

perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah

dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi

leader dalam industri.

3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan

analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan data-data

keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat

menggunakan: analisis common- size dengan jalan menghitung tiap-tiap

22

Universitas Sumatera Utara


rekening dalam laporan labarugi dan neraca, serta dapat menggunakan

analisis rasio.

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty dalam Saragih

(2010) antara lain :

a) sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau

masalah lainnya.

b) sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasI ataumerger,

c) sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa

datang,

d) sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Ada beberapa jenis analisa yang

dapat digunakan dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan

keuangan, yaitu:

a. Analisa Internal

Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen

dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang

terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan

yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga

menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan

tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.

b. Analisa Eksternal

Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di

luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan

calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa

23

Universitas Sumatera Utara


memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya

diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja

perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan

kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.

c. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)

Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan

data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain

mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode

waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode

dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan

maupun penurunan operasional perusahaan.

d. Analisa Vertikal (Analisa Statis)

Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada

satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos

yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk

mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu

perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick”

tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”.

Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam

“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara

24

Universitas Sumatera Utara


dua macam data keuangan. Menurut Riyanto (2010:329), analisa rasio keuangan

dapat dilakukan dengan dua macam cara pembandingan yaitu:

1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari

waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang

diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang

sama.

2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio

perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain

yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard)

untuk waktu yang sama. Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali

karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto

(2010:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi,

atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada

saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:

1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancar (kewajiban Lancar).

2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

25

Universitas Sumatera Utara


menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancer diluar

persediaan.

3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets

ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang

terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancer (kewajiban lancar).

b. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan

menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana

efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang

termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:

1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui

berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi

uang tunai.

2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa

kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.

3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas

manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam

dalam persediaan.

4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana

efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi

rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.

c. Rasio Laverage atau Solvabilitas Rasio laverage atau solvabilitas digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban-

26

Universitas Sumatera Utara


kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau

solvabilitas diantaranya:

1. Rasio hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya

dengan menggunakan modal sendiri.

3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan

membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau

dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang

tersedia untuk menutup beban bunga.

4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar

total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.

5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa

besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan

lancar.

d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas

diantaranya:

1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok

penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk

27

Universitas Sumatera Utara


meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan

penjualan yang dilakukan perusahaan.

2. Margin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk

menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok

penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.

3. Margin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk

menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau

usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan

penjualan.

4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen

dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai

laba bersih yang diinginkan.

e. Rasio Pasar

Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku

perusahaan. Disamping itu, analisis rasio juga memiliki keterbatasan.

Menurut Harahap (2010:298) keterbatasan analisis rasio adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi

keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak

mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau

subjektif

28

Universitas Sumatera Utara


b. Nilai yang tekandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai

perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias

diterapkan bebeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang

dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa

menimbulkan kesalahan.

Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah variable rasio

keuangan yang sama seperti penelitan yang dilakukan oleh Altman (1968), yaitu:

1. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva jangka

pendek. Modal kerja kotor didefisinikan sebagai total aktiva lancer

perusahaan, sedangkan modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar

dikurangi dengan hutang lancar.

2. Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva

Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana sendiri. Besarnya laba ditahan

dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan dan mengurangi

sumber dana. Rasio ini mengukur keuntungan yang telah diperoleh mulai dari

29

Universitas Sumatera Utara


perusahaan dioperasionalkan. Semakin kecil rasio menunjukkan kecilnya

peranan laba ditahan dalam bentuk dana perusahaan.

3. Rasio EBIT terhadap Total Aktiva

EBIT merupakan laba yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi pajak dan

bunga. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya EBIT

perusahaan dengan menggunakan total aktivanya.

4. Nilai Buku Modal terhadap Nilai Buku Hutang

Nilai buku perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan

nilai pasarnya. Nilai buku hutang merupakan biaya historis dari aktiva fisik

perusahaan. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini maka perusahaan

akan dapat dikatakan semakin buruk kondisinya.

2.1.5.1 Current Ratio (Rasio Lancar)


2.1.5.1.1 Pengertian Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio (Rasio Lancar) menurut kasmir (2008:134) merupakan

“rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan.’’ Masih menurut kasmir dalam halaman yang sama, ia menyatakan

bahwa rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat

keamanan suatu perusahaan.

Menurut Kuswadi (2005:78) rasio lancar merupakan “perbandingan

antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek bias dipakai

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek dari aktiva lancarnya.’’

30

Universitas Sumatera Utara


Menurut Brigham dan Houston dalam Leon F Lbn Batu (2011) “rasio

lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar.’’ Current

ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur

likuiditas atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa

menghadapi kesulitan. Semakin besar Current Ratio menunjukan semakin tinggi

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Unsur

yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan hutang jangka

pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara

total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rumus mencari current ratio atau

rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:

Menurut Kasmir (2008:135) dari hasil pengukuran rasio apabila rasio

lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar

utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi

perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan

sebaik mungkin.

2.1.5.2 Komponen Current Ratio (Rasio Lancar)


2.1.5.2.1 Current Assets (Aktiva Lancar)

Menurut Kasmir (2008:134) pengertian Current Assets atau aktiva lancar

merupakan “ harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat

(maksimal satu tahun).’’ Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat

31

Universitas Sumatera Utara


berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih

harus di terima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.

Aktiva lancar menurut Kieso dalam bukunya Akuntansi Intemediate yang

diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:220) menyebutkan bahwa “kas dan aktiva

lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi

dalam satu tahun atau dalam satu silus operasi, tergantung mana yang paling

lama.’’

Aktiva lancar menurut Munawir (2004:117-119) yang termasuk dalam

kelompok aktiva lancar adalah sebagai berikut:

a) Kas: meliputi uang tunai,cek,simpanan dibank (yang dapat di ambil setiap

saat)

b) Investasi jangka pendek: berupa obligasi, saham, deposito bank, investasi

jangka pendek ini disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya atau

harga pasar mana yang lebih rendah.

c) Piutang wesel: tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan

dalam suatu wesel atau perjanjian yang dalam undang-undang.

d) Piutang dagang: tagihan kepada pihak lain sebagai akibat dari adanya

penjualan barang secara kredit.

e) Persediaan: barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal

neraca masih di gudang atau belum terjual.

f) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus di terima:

penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan

jasanya tetapi belum diterima pembayarannya’

32

Universitas Sumatera Utara


g) Biaya yang dibayar di muka: pengeluaran untuk memperoleh jasa dari

pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, jasa pihak lain

tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada

periode lainnya.

2.1.5.2.2 Current Liabilities (Hutang Lancar)

Menurut Kasmir (2008:134-135), hutang lancar merupakan “kewajiban

perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun).’’ Artinya hutang ini harus

segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen hutang lancar

terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, hutang gaji, utang

pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah

hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

Menurut Munawir (2004:18) defenisi hutang lancar adalah “kewajiban

keuangan perusahaan yang pelunasan pembayarannya dilakukan dalam jangka

pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan,”

Mengacu pada Munawir utang lancar meliputi antara lain:

a) Hutang dagang: Hutang yang disebabkan pembelian barang dagang secara

kredit.

b) Hutang Wesel: Hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan

pembayaran pada waktu tertentu di masa yang akan dating.

c) Hutang pajak: meliputi pajak perusahaan maupun pajak pendapatan

karyawan yang akan di setor ke kas negara.

33

Universitas Sumatera Utara


d) Biaya yang harus dibayar: Biaya- biaya yang sudah terjadi tetapi belum

dilakukan pembayarannya.

e) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo: Hutang jangka panjang

telah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dibayar.

f) Penghasilan diterima dimuka: Kewajiban yang disebabkan perusahaan

menerima pembayaran terlebih dahulu tetapi penyerahan barang atau jasa

belum dilaksanakan.

2.1.5.3 Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)


2.1.5.3.1 Pengertian Debt Ratio

Menurut Kasmir (2008:156) debt ratio merupakan “rasio hutang yang

digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total

aktiva.’’ Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahanan dibiayai oleh

hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva.

Menurut Darsono (2005:54), Debt to asset ratio yaitu “ rasio total

kewajiban terhadap asset.’’ Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang

dengan jalan menunjukan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh

hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan

dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa

mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukan

peningkatan dari risiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam

membayar semua kewajibannya.

34

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan menurut Lukman (2007:54) debt ratio merupakan “pengukuran

jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari

kreditur.’’

Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Menurut Kasmir (2008:156) dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi,

artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi

perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan

perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang

dimilikinya. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin kecil

perusahaan dibiayai oleh hutang. Standart pengukuran untuk mengukur baik

tidaknya rasio perusahaan digunakan rasio rata-rata industri sejenis.

2.1.5.3.2 Komponen Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)


2.1.5.3.2.1 Total Assets
Pengertian aktiava tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang

berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum

dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang

akan datang serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak

paten, hak menerbitkan dan sebagainya.

Menurut Djarwanto dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva

adalah sebagai berikut “aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal

perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas

kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.”

35

Universitas Sumatera Utara


Menurut Hanafi dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva adalah

“sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa

lalu dan darinya manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh

perusahaan.”

Sedangkan menurut Priatma (2010:36), harta aktiva adalah “keseluruhan

sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas

usahanya.’’ Klasifikasi yang umum berlaku untuk harta adalah:

1. Harta Lancar (Current Assets)

2. Harta tetap (Fixed Assets)

3. Harta Tidak Berwujud (Intangible Assets)

2.1.5.3.2.2 Total Liabilities

Menurut Hendrikson yang dialibahasakan oleh Wibowo (Seperti dalam

kutipan Suvryanatha, 2009:25-26) mendefinisikan kewajiban (Liabilities) sebagai

“kewajiban ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.”

Sedangkan menurut Priatna (2010:38) kewajiban atau utang adalah

“kewajiban yang harus diselesaikan oleh perusahaan kepada pihak di luar

perusahaan akibat transaksi di masa lalu.” Sering juga dikatakan bahwa kewajiban

atau utang ini merupakan modal yang berasal dari pihak di luar perusahaan.

Klasifikasi kewajiban diatur berdasarkan urutan jatuh temponya meliputi:

1. Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities)

2. Kewajiban jangka panjang (Long term liabilities)

36

Universitas Sumatera Utara


2.1.6. Prediksi Financial Distress
Menurut Ramadhani dan Lukviarman dalam Ferbianasari (2012)

menyimpulkan bahwa financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas

operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar

(seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan

tindakan perbaikan. Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat

parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau

struktur perusahaan. Informasi financial distress ini dapat dijadikan sebagai

peringatan dini atas kebangkrutan sehingga manajemen dapat melakukan tindakan

secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. Menurut

Riyanto (2001:315) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu

perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Sebab Intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu

sendir, yang meliputi:

a) Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi:

1) Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap

yang kuat bagi perusahaan

2) Adanya current liabilities yang terlalu besar diatas current assets

3) Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya bad-debts (piutang

tak tertagih)

4) Kesalahan dalam dividen-policy

5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan

b) Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi:

1) Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan yaitu antara lain:

37

Universitas Sumatera Utara


a. Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan

b. Kesalahan dalam penentukan produk yang dihasilkan

c. Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan

2) Kurang baiknya struktur organisasi

3) Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan

4) Adanya manajerial incompetence

a. Kesalahan dalam policy pembelian

b. Kesalahan dalam policy produksi

c. Kesalahan dalam policy marketing

d. Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan

2. Sebab Ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar

perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau control dari pimpinan

perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain:

a. Adanya persaingan yang hebat

b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan

c. Turunnya harga-harga, dan lain sebagainya.

Menurut Almilia dan Kristijadi (2003), prediksi financial distress Perusahaan

merupakan perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model

tersebut meliputi :

1. Pemberian pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress

mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam

memutuskan apakah akan memberi suatu pinjaman dan menentukan

kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.

38

Universitas Sumatera Utara


2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu inestor ketika

akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan

pembayaran kembali pokok dan bunga.

3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab

mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan

individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk

mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai

stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah. Predisksi financial distress juga sangat penting bagi pemerintah

dalam antitrust regulation.

5. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna

bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan

akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya

tidak langsung (kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga

dengan adanya prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat

menghindari kebangkrutan den otomatis juga dapat menghindari biaya

langsung dan biaya tidak langsung dari kebangkrutan .

2.1.7 Indikator terjadinya financial distress

Menurut Poster (1968) terdapat beberapa indikator atau sumber informasi

mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan :

1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang.

39

Universitas Sumatera Utara


2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial,

struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan

perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain

sebagainya.

3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan

perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan

4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasitunggal

atas suatu kombinasi dari variabel keuangan.

2.1.8. Analisis Kebangkrutan Model Alman Z-Score


Menurut Syahyunan (2015:116-118) “Kebangkrutan merupakan kondisi

dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.” Kondisi ini

biasanya tidak begitu saja muncul di perusahaan. Ada indikasi awal dari

perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan

keuangan di analisis secara cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan

dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan perusahaan.

Alman dikenal sebagai pionir dalam teori kebangkrutan dengan Z-score

nya. Z-Score merupakan suatu persamaan multivariabel yang digunakan oleh

alman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Alman menggunakan

model statistic yang disebut dengan analisis diskriminan, tepatnya adalah Multiple

discriminant analysis (MDA).

MDA mulai digunakan pada penelitian biologi di tahun 1930-an. Pada

MDA sampel dibagi kedalam dua kelompok, dalam hal ini adalah perusahaan

yang bangkrut dan perusahaan yang tidak bangkrut. Hal ini berbeda denga regresi

berganda biasa yang mencampur kedua sampel.

40

Universitas Sumatera Utara


Sebelum melakukan analisis kebangkrutan perlu disadari bahwa dalam

setiap model selalu terdapat kemungkinan salah prediksi dan perbedaan tingkat

akurasi. Sulit untuk berharap ada alat prediksi dengan akurasi 100%.

Adapun Z-Score yang terus mengalami perubahan yaittu:

1. Z-Score Asli

Z-Score asli pertama sekali dirumuskan oleh Alman dengan latar

belakang, antara lain:

1) Sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik.

2) Perusahaan beralokasi di Amerika.

3) Dirumuskan tahun 1968.

4) Jumlah sampel 66 perusahaan, terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33

perusahaan tidak bangkrut.

Junlah rasio yang dipilih adalah 22 buah. Dari jumlah sampel tersebut

kemudian hanya dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkolerasi

dengan kebangkrutan. Versi pertama dari Z-Score yang asli dapat dilihat pada

table dibawah ini.

Tabel 2.1
Tabel Klasifikasi Alman Z-Score
Z=1,2 X Working Capital/Total Asset
+ 1,4 X Retained Earning/Total Asset
+ 3,3 X EBIT/Total Asset
+ 0,6 X Market Value of Equity/book value of
debt
+ 1,0 X Sales/Total Asset
Score Kondisi
>2,99 Tidak Bangkrut
1,81-2,99 Daerah Kelabu
<1,81 Bangkrut
Sumber: Syahyunan (2015:117)

41

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:

a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.

c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

2. Z-Score

Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat

digunakan bagi perusahaan publik dan manufaktur, kemudian Alman

mengembangkan dua varian dari Z-Score, yaitu Z’-Score dan Z”-Score. Z’-Score

ditunjukan untuk perusahaan non publik (Private) dengan cara merumuskan

kembali rasio yang digunakan yaitu menghilangkan market value of equity dan

menggantinya dengan

book value of equity. Perumusan yang berubah dan sampel yang berbeda

membuat hasil akhir rumus Z’-Score menjadi berbeda dengan Z-Score Asli.

Tabel 2.2
Tabel Klasifikasi Alman Z’-Score
Z= 0,717 X Working Capital/Total Asset
+ 0,847 X Retained Earning/Total Asset
+ 3,107 X EBIT/Total Asset
+ 0,420 X Market Value of Equity/book value of
debt
+ 0,998 X Sales/Total Asset
Score Kondisi
>2,90 Tidak Bangkrut
1,23-2,90 Daerah Kelabu
<1,23 Bangkrut
Sumber: Syahyunan (2015:117)

Keterangan:

a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.

42

Universitas Sumatera Utara


c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

3. Z”-Score

Varian terakhir adalah Z”-Score. Pada model terakhir ini rasio sales to

total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian ukuran

perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang

digunakan kemudian diganti dengan perusahaan dari negara berkembang

(emerging market), yaitu Mexico. Z”-Score merupakan rumus yang paling

fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun private.

Tabel 2.3
Tabel Klasifikasi Alman Z’-Score
Z= 6,25 X Working Capital/Total Asset
+ 3,26 X Retained Earning/Total Asset
+ 6,72 X EBIT/Total Asset
+ 1,05 X Book value og equity/ Book value of
debt
Score Kondisi
>2,60 Tidak Bangkrut
1,1-2,60 Daerah Kelabu
<1,1 Bangkrut
Sumber: Syahyunan (2015:117)

Keterangan:

a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.

c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

2.1.9. Manfaat Prediksi Financial Distress

Menurut Harnanto (1984 : 483-484) menyatakan bahwa, prediksi financial

distress suatu perusahaan memberikan manfaat bagi beberapa pihak anatara lain:

43

Universitas Sumatera Utara


1. Bagi Investor

Informasi adanya prediksi financial distress memberi masukan dalam

menanamkan modal mereka, apakah mereka akan menanamkan modal

mereka atau menghentikan penanaman modal mereka ke perusahaan.

5. Bagi Pemerintah

Prediksi financial distress dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan

dibidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang berhubungan antara

pemerintah dan perusahaan.

6. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan

Informasi akan adanya kemungkinan kesulitan keuangan yang dihadapi

perusahaan nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk

menentukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi pembayaran

kembali pinjaman perlu dibuat ulang dan kebijakan lain sehubungan dengan

pemberian pinjaman.

7. Bagi Pelaksana Pasar Modal (Bapepam)

Prediksi akan terjadinya kesulitan keuangan dan kebangkrutan suatu

perusahaan diperlukan untuk memutuskan dapat atau tidaknya suatu.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian untuk memprediksi kegagalan perusahaan telah

banyak dilakukan oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut :

44

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.4
Review Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Teknik Hasil


Peneliti/ Penelitian Penelitian Analisis Penelitian
Tahun
1 Ahmad Identifying 1. Current Ratio Regresi 1. Current Ratio
Khaliq, Financial 2. Debt Ratio Linear Berpengaruh
et.al Distress Firms: 3. Alman Z-core Berganda Signifikan
(2014) A Case Study of Terhadap
Malaysia’s Financial
Government Distress
Linked 2. Debt Ratio Tidak
Companies berpengaruh
(GLC) signifikan
terhadap
financial distress

2 Yuanita Prediksi 1. Working Regresi 1. Rasio Likuiditas


(2010) Financial Capital to Linear Memiliki
Distress Dalam Total Assets. Berganda Pengaruh yang
Industri Textile 2.Retained signifikan
dan Garment Earnings to terhadap
Total Assets Financial
1. Earnings Before Distress
Interest and 2. Rasio
Taxes to Total Solvabilitas/
Assets Leverage
2. Book Value of Memiliki
Equity to Book Pengaruh yang
Value of Debt signifikan
Sales/ Total terhadap
Assets Financial
3. Rasio Distres
Keuangan
3 Ali Using Altman's 1. Current Ratio Regresi 1. Current Ratio
Abusalah Model and 2. Financial Logistik berpengaruh
dan Ng Current Ratio to Distress signifikan
Kim-Soon Assess the (Alman Z”- terhadap
(2012) Financial Status score) financial distress
of Companies
Quoted In the
Malaysian Stock
Exchange
4 Hazem dan Predicting 1. Rasio Keuangan Regresi 1. Current Ratio
Al-Horani Financial 2. Financial Linear berpengaruh
(2012) Distress of Distress (Alman berganda terhadap
Companies Z”-score) financial
Listed in Amman distress
Stock Exchange 2. Debt ratio
berpengaruh
terhadap
financial
distress

45

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Tabel 2.4
Review Penenlitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Teknik Hasil


Peneliti/ Penelitian Penelitian Analisis Penelitian
Tahun
5 Liana dan Analisis Rasio 1. Working Capital Regresi Linear 4. Rasio Likuiditas
Sutrisno Keuangan to Total Assets. Berganda tidak memiiki
(2014) untuk 2. Retained pengaruh
Memprediksi Earnings to Total terhadap
Kondisi Assets Financial
Financial 3. Earnings Before Distress atau
Distress Interest and dengan kata lain
Perusahaan Taxes to Total likuiditas tidak
Manufaktur. Assets memiliki
4. Book Value of pengaruh yang
Equity to Book signifikan dalam
Value of Debt menentukan
Sales/ Total perubahan
Assets variabel
5. Rasio Keuangan Financial
(Likuiditas, Distress
Leverage, 5. Rasio solvabilitas
aktivitas, tidak memiiki
rentabilitas) pengaruh
terhadap
Financial
Distress atau
dengan kata lain
solvabilitas tidak
memiliki
pengaruh yang
signifikan dalam
menentukan
Variabel
Financial
Distress
6. Imam Analisis Rasio 1. Rasio keuangan Regresi Linear 1. Current Ratio
Mas’ud dan keuangan (likuiditas, berganda tidak
Srengga untuk leverage, berpengaruh
(2011) memprediksi rentabilitas, signifikan
kondisi aktivitas) terhadap
financial 2. Financial Distres financial distress.
distress (Alman Z”- 2. Debt ratio tidak
perusahaan Score) berpengaruh
manufaktur signifikan
yang terdaftar terhadap
di bursa efek financial distress.
indonesia.

46

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Tabel 2.4
Review Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Teknik Hasil


Peneliti/T Penelitian Penelitian Analisis Penelitian
ahun
7 Debby Analisis Rasio 1. Rasio Keuangan liniar 1. Rasio
(2012) Keuangan (Likuiditas, probability Likuiditas
dalam Leveage, method, logit yang
Memprediksi Aktivitas, model, dan merupakan
Kondisi Rentabilitas) probit model. current ratio
Financial 2. Financial memiliki
Distress distress (Alman pengaruh
Perusahaan Z-score) positif
Property dan terhadap
Real Estate di kondisi
Bursa Efek financial
Indonesi distress .
artinya
semakin besar
nilai current
ratio,
semakin besar
kemungkinan
perusahaan
mengalami
financial
distress.
Current ratio
tidak
berpengaruh
signifikan
dalam
memprediksi
financial
distress.
2. Rasio
Leverage
yang
merupakan
debt ratio
memiliki
pengaruh

2.3. Kerangka Konseptual

Tidak dipungkiri bahwa setiap perusahaan memiliki potensi mengalami

kebangkrutan. Kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilihat di dalam laporan

keuangan menggambarkan bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya.

47

Universitas Sumatera Utara


Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara varibel-variabel

penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Pengukuran rasio Altman

yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan menggunakan perhitungan Z-score.

Nilai Z-score akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan property dan real

estate yang dibagi dalam beberapa tingkatan. Metode Altman Z Score memiliki

rasio yang terdiri dari: working capital / total assets, retained earnings / total

assets, earning before interest and taxes / total assets, book value of equity / total

liabilities, sales / total assets. Bangkrut adalah keadaan atau situasi dimana

perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan

atau melanjukan usahanya. Pemicu kebangkrutan dapat berasal dari adanya

permasalahan yang mempengaruhi operasi utama dari perusahaan seperti

kekurangan bahan baku. Kebangkrutan tidaklah terjadi secara tiba-tiba dan dapat

diramalkan sebelumnya. Sebelum perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya

ditandai oleh berbagai situasi atau keadaan khususnya berhubungan dengan

efektivitas dan efisiensi operasinya, seperti volume penjualan yang relatif rendah

atau adanya trend penjualan yang menurun, cash flow yang negatif, kerugian yang

terusmenerus, dan hutang yang semakin membengkak.

Current Ratio
Financial Distress
(Z-Score)

Debt Ratio

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

48

Universitas Sumatera Utara


Adapun Pengaruh antara masing-masing variabel dalam kerangka konseptual ini

yaitu sebagai berikut:

1. Pengaruh Current Ratio dengan Financial Distress

Melalui Currennt ratio dapat diketahui apakah hutang jangka pendek yang

biasanya jatuh tempo dalam waktu 12 bulan bisa dibayar oleh perusahaan. Karena

current ratio sifatnya lebih cepat dikonversi dalam satuan moneter. Maka

diharapkan hutang jangka pendek tersebut bisa dibayar dengan jumlah current

asset tersebut. Oleh karena itu jumlah current asset harus lebih besar dari jumlah

current liabilities. Dengan kata lain untuk bisa melunasi hutang jangka pendek

perusahaan, maka perusahaan tersebut harus memiliki current ratio yang tinggi.

Sebaliknya, apabila ternyata perusahaan memiliki current asset yang

rendah, atau jumlah current asset harus lebih kecil dari jumlah current liabilities,

maka perusahaan tersebut dikhawatirkan akan kesulitan dalam membayar utang

jangka pendeknya. Hal ini yang dapat memicu terjadinya financial distress.

2. Pengaruh Debt Ratio dengan Financial Distress

Melaui debt ratio dapat diketahui apakah hutang dapat tertutupi oleh

jumlah asset perusahaan. Oleh karena itu, jumlah total asset harus lebih besar

dari jumlah total liabilities. Dengan kata lain, untuk bisa melunasi utang

perusahaan tanpa harus mengorbankan terlalu banyak kepentingan pemilik

modal, maka perusahaan tersebut harus memiliki debt ratio yang rendah.

Sebaliknya apabila ternyata perusahaan memiliki debt ratio yang lebih

tinggi, atau jumlah current liabilities lebih besar dari jumlah current asset,

49

Universitas Sumatera Utara


maka perusahaan tersebut dikhawatirkan akan kesulitan membayar hutang-

hutangnya. Hal ini dapat memicu terjadinya financial distress.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah: “ Current Ratio dan Debt Ratio berpengaruh

terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

50

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai