Anda di halaman 1dari 3

Belajar Ketahanan Pangan dari Nabi Yusuf Alaihissalam

َ‫صدتُّ ْم فَ َذرُوهُ فِى س ُۢنبُلِ ِٓهۦ إِاَّل قَلِياًل ِّم َّما تَأْ ُكلُون‬
َ ‫ال ت َْز َر ُعونَ َس ْب َع ِسنِينَ دَأَبًا فَ َما َح‬
َ َ‫ق‬

Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;
maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk
kamu makan.” (QS: Yusuf: 47)

Hidayatullah.com | DENGAN mewabahnya penyakit virus corona atau Covid-19


yang muncul pada tahun 2019 membuat heboh dan panik. Kehidupan masyarakat
berubah secara drastis dan total. Perubahan secara total ini memang sangat
mengejutkan bagi seluruh masyarakat dunia dan rakyat Indonesia baik yang berada di
daerah perkotaan maupun perdesaan.

Musibah ini membuat kecemasan dan kepanikan yang sangat berlebihan bagi
masyarakat Indonesia. Banyakn sumber berita yang terus menerus berseliweran dari
media massa, media sosial, berita online di grup-grup whatsapps (WA), Facebook
serta Twitter.

Di tambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang lambat dan belum jelas terhadap
warganya, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang melanda negri ini.
Dan akhir-akhir ini ada istilah baru yaitu lockdown atau karantina wilayah. Artinya
bentuk aktivitas ataupun kegiatan masyarakat yang bersifat mengundang banyak
orang ditutup. Termasuk aktivitas bekerja, beribadah, kumpul-kumpul nongkrong dan
beragam kegiatan lainnya.

Pemerintah Indonesia dinilai masih gagap dalam menerapkan langkah kebijakan


lockdown. Pemerintah seolah tidak ada persiapan yang matang dan terencana
menghadapi musibah Covid-19 ini. Kita bisa melihat India sebagai negara yang
dinilai gagal dalam kebijakan penerapan lockdown ini, seluruh warganya diwajibkan
untuk menetap tinggal di rumah saja sedangkan kebutuhan sehari-hari mereka tidak
mampu disediakan oleh negara.

Akibatnya banyak masyarakat miskin (kaum mustadafin) yang tidak memiliki stok
bahan makanan tidak tahan dan kelaparan dengan adanya kebijakan tersebut.
Sehingga Kerusuhan pun pecah tak terkendali dikarenakan hilangnya penghasilan dan
mengakibatkan kelaparan massal di beberapa tempat di India.

Salah satu hal paling penting penerapan karantina atau lockdown adalah yang
berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia. Yaitu bahan-
bahan pokok pangan, bukan sandang, papan, atau kebutuhan sekunder dan tersier.

Berkaitan dengan ketersediaan bahan pangan tersebut, kita bisa mengingat kembali ke
belakang tentang sejarah kisah Nabi Yusuf as. Yaitu tentang suatu mukjizat beliau
yang mampu mentakwil mimpi dengan benar dan tepat. Pada suatu ketika beliau
dipanggil ke Istana oleh sang raja mesir pada waktu itu untuk manafsirkan mimpi
sang raja tersebut.

Sebagaimana di ceritakan dalam Al-Qur’an yang artinya :


‫ت ۖ ٰيَٓأَيُّهَا ْٱل َمأَل ُ أَ ْفتُونِى‬ ٍ َ‫اف َو َس ْب َع س ُۢنبُ ٰل‬
ٍ ‫ت ُخضْ ٍر َوأُ َخ َر يَابِ ٰ َس‬ ٌ ‫ت ِس َما ٍن يَأْ ُكلُه َُّن َس ْب ٌع ِع َج‬
ٍ ‫ك إِنِّ ٓى أَ َر ٰى َس ْب َع بَقَ ٰ َر‬
ُ ِ‫َوقَا َل ْٱل َمل‬
ُ ُ
َ‫فِى رُءْ يَ َى إِن كنت ْم لِلرُّ ْءيَا تَ ْعبُرُون‬ٰ

“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku


bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor
sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir
lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang terkemuka: “Terangkanlah kepadaku
tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.” (QS: Yusuf: 43)

َ‫ضي ُع أَجْ َر ْٱل ُمحْ ِسنِين‬


ِ ُ‫صيبُ بِ َرحْ َمتِنَا َمن نَّ َشٓا ُء ۖ َواَل ن‬ ُ ‫ض يَتَبَوَّأُ ِم ْنهَا َحي‬
ِ ُ‫ْث يَ َشٓا ُء ۚ ن‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
ِ ْ‫ك َم َّكنَّا لِيُوسُفَ فِى ٱأْل َر‬

“Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia
berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami
melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Yusuf: 56)

Pada mimpi tersebut sang raja melihat tujuh sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh sapi
yang kurus dan ada tujuh tangkai gandum yang hijau dan yang lainnya kering. Oleh
Nabi Yusuf mimpi tersebut ditakwil bahwa akan datang masa dimana tanah negeri
mereka akan mengalami masa subur selama tujuh tahun dan kemudian masa paceklik
selama tujuh tahun berikutnya.

Nabi Yusuf saat itu memberikan ide gagasan atau saran konstrukif dan solutif agar
memanfaatkan masa tujuh tahun pertama untuk bercocok tanam (Bertani), dan tidak
menghabiskan semua bahan pangan yang dipanen untuk disimpan sebagai cadangan
tujuh tahun berikutnya.

Dari kemampuan analisis Nabi Yusuf tersebutlah sang raja kemudian merasa tertarik
dan menawarinya jabatan penting di pemerintahan. Sang Nabi pun meminta untuk
dijadikan bendaharawan negeri dan diserahi tugas oleh raja untuk mempersiapkan,
menghimpun, dan mengatur persediaan bahan pangan. Tugas tersebut dapat
dilaksanakan oleh Nabi Yusuf dengan baik benar.

Selama masa periode tujuh tahun yang subur dan makmur itu dimanfaatkan dengan
maksimal dan optimal, sehingga menghasilkan hasil panen gandum yang melimpah
ruah. Dari hasil tersebut diatur sedemikian rupa sehingga bisa mencukupi kebutuhan
masyarakat untuk memenuhi konsumsi rakyat mesir selama tujuh tahun kedepannya.

Peristiwa bersejarah tersebut mengajarkan kita akan pentingnya suatu agenda


ketahanan pangan nasional. Stratgei danPola ketahanan pangan yang diterapkan oleh
Nabi Yusuf memang diawali oleh keahlian beliau dalam menafsirkan mimpi-mimpi
Sang Raja, yang dimana hal tersebut tidak dimiliki oleh sembarang orang pada masa
kini. Akan tetapi pada zaman sekarang kita sudah mempunyai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang canggih.

Adanya ilmu pengetahuan bisa diketahui waktu-waktu yang tepat dan cepat untuk
bercocok tanam, bertani. Dengan adanya kecanggihan teknologi kita bisa
menyuburkan tanah dengan cepat dan tepat. Dari tanah kering kerontang dan tandus
bisa menjadi lahan pertanian yang basah, subur dan produktif.
Semua benih biji tanaman juga bisa direkayasa menjadi benih yang unggul sehingga
bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal dan optimal. Sehingga kemudian
bagaimana mengatur ketersiadaan dan persediaan pangan yang dihasilkan oleh
masyarakat dan negara, sehingga bisa mencukupi kebutuhan rakyat untuk waktu yang
sangat lama ke depannya.

Walaupun situasi zaman dan kondisi sudah berbeda dimana aktivitas kegiatan
perekonomian saat ini lebih rumit dan sulit dibandingkan pada masa lalu, akan tetapi
pada prinsipnya tetaplah sama yakni bagaimana caranta mencukupi kebutuhan
konsumsi makan rakyat Indonesia agar tidak terjadi kelaparan.

Jika kita ingin menyamakan dengan istilah lockdown, maka pada zaman Nabi Yusuf
lockdown yang diterapkan adalah selama tujuh tahun, sungguh tidak bisa
dibayangkan jika hal tersebut terjadi pada masa sekarang. Kebijakan karantina
wilayah saja sudah membuat sebagian masyarakat miskin dan menderita kelaparan,
terutama yang bekerja dengan penghasilan harian yang tidak tetap seperti soir ojek
tradisonal dan online (Ojol), pedagang asongan, tukang becak, pembantu rumah
tangga, parkir, satpam dan buruh harian lepas, serta pekerja serabutan dan lainnya.

Dengan tidak adanya stok bahan sembako makanan mengharuskan mereka untuk
tetap keluar rumah dan bekerja walaupun hasil yang didapat sangatlah kecil dan tidak
mudah untuk mendapatkannya. Menurut data dari Center for Indonesian Policy
Studies (CIPS) bahwa indeks ketahanan pangan Indonesia dinilai masih rendah
walaupun sudah menunjukkan peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Karena rendahnya tingkat ketahanan pangan tersebut menyebabkan Indonesia secara


keseluruhan tidak siap jika dilakukan kebijakan lockdown total. Mungkin masyarakat
yang berada di wilayah pedesaan bisa menerapkan hal tersebut, karena memang masih
banyak tanah pertanian yang bisa menghasilkan bahan pangannya sendiri. Akan
tetapi bagi masyarakat perkotaan yang berpenghasilan rendah akan sulit memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

Sangat penting mempersiapkan ketahanan pangan nasional sehingga kita semua tidak
perlu cemas dan repot jika menghadapi situasi dan konsisi yang tidak terduga seperti
menghadapi wabah virus corona 19 ini. Dengan adanya tersedianya ketahanan pangan
nasional akan memudahkan pemerintah untuk memasok kebutuhan masyarakat yang
terdampak dari adanya lockdown ataupun karantina wilayah.

Oleh karena itu, kita meski belajar sejarah dari kisah kebijakan ketahanan pangan
yang di laksanakan oleh Nabi Yusuf As di negri Mesir. Yang mampu bertahan selama
tujuh tahun pada masa kesulitan paceklik, sehingga tidak ada rakyatnya yang mati
tertindas kelaparan. Semoga negara ini bisa segera bangkit dan pulih kembali dari
penyakit pandemi virus corona 19 ini, serta kita semua bisa menjalankan aktivitas
kegiatan seperti biasanya. /M. Asep Rahmatullah, dosen FAI UNIS Tangerang dan
Aktivis ICMI Banten

Rep: Insan Kamil

Anda mungkin juga menyukai