Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Sistem saraf otonom merupakan bagian sistem syaraf yang mengatur fungsi visceral
tubuh. Sistem ini mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinal, pengosongan
kandung kemih, berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas lain. Karakteristik utama SSO adalah
kemampuan memengaruhi yang sangat cepat (misal: dalam beberapa detik saja denyut
jantung dapat meningkat hampir dua kali semula, demikian juga dengan tekanan darah dalam
belasan detik, berkeringat yang dapat terlihat setelah dipicu dalam beberapa detik, juga
pengosongan kandung kemih). Sifat ini menjadikan SSO tepat untuk melakukan
pengendalian terhadap homeostasis mengingat gangguan terhadap homeostasis dapat
memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. Dengan demikian, SSO merupakan komponen
dari refleks visceral
Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin mengkoordinasi pengaturan
dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem endokrin mengirimkan sinyal pada jaringan
targetnya melalui hormon yang kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem saraf
menghantarkan sinyal melalui transmisi implus listrik secara cepat melalui serabut-serabut
saraf yang berakhir pada organ efektor, dan efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan
substansi neuromediator. Obat-obat yang menghasilkan efek terapeutik utamanya dengan
menyerupai atau mengubah fungsi sistem saraf otonom disebut dengan obat-obat otonom.
Obat-obat otonom bekerja dengan cara menstimulasi saraf otonom atau dengan cara
menghambat kerja sistem saraf ini.
Obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom dibagi dalam subgrup sesuai dengan
mekanisme kerjanya terhadap tipe neuron yang dipengaruhinya.Grup pertama obat-obat
Adrenergik, yang bekerja terhadap reseptor yang dipacu oleh norepinefrin atau epinefrin.
Grup kedua obat-obat Kolinergik, yang bekerja terhadap reseptor yang diaktifkan oleh
asetikolin. Obat kolinergik dan adrenergik bekerja dengan memacu atau menyekat neuron
dalam sistem saraf otonom. Obat golongan pelumpuh otot (muscle relaxant) menghambat
transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan paresis otot bergaris. Menurut mekanisme
kerjanya obat ini dibagi 2, yaitu non-depolarizing dan depolarizing neuromuskular blocking
agents.
KESIMPULAN

Obat otonom adalah obat yang pengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan cara
mengganggu sintesis, penimbunan, pembebasan atau penguraian NT atau memengaruhi
kerjanya atas reseptor khusus. Obat-obat yang menyerupai NE atau AK menghasilkan
respons yang saling berlawanan pada organ yang sama. Obat Otonom terdiri dari obat
kolinergik dan obat adrenergik. Obat-obat yang merangsang sistem saraf simpatis disebut
dengan adrenergic, agonis adrenergic atau simpatomimetik karena obat-obat ini menyerupai
neurotransmitter simpatis (norepinefrin dan epinefrin). Sedangkan obat kolinergik digunakan
antara lain untuk: Atonia otot polos akibat peningkatan aktivitas adrenergic pasca bedah
(prostigmin dan neostigmine), Miotikum sesudah pemberian atropin pada funduskopi
(fisostigmin), memperlancar aliran cairan intraokuler (glaukoma) (pilokarpin), miastenia
gravis (antikolinesterase: prostigmin, piridostigmin, dan edrofonium).
Antikolinergik digunakan untuk: Spasmolitikum (atropine, pirenzepin, klidinium dan
disiklomin), rinitis akut, bronkhitis kronis dan medikasi preanestesia untuk mengurangi
sekresi lendir hidung dan saluran napas (atropine), midriatikum dan melumpuhkan
akomodasi (atropine, homatropin, tropikamid), anti mabuk jalan (skopolamin), parkinsonisme
(triheksifenidil, biperiden, orfenadrin, prosiklidin) serta antidotum keracunan Ach (atropine).
Pelemas otot meredakan spasme dan nyeri otot akibat cedera traumatic dan gangguan pada
penyakit berat yang kronik, seperti sclerosis multiple, stroke (gangguan pembuluh darah otak
= CVA = cerebrovascular accident), serebral palsi, dan cedera medulla spinalis. Pelemas otot
yang bekerja sentral antara lain baclofen, karisoprodol dan yang bekerja perifer adalah
dantrolen.

Anda mungkin juga menyukai