Anda di halaman 1dari 40

Obat Analgesik

Tutorial 14

Himawan Argo Azella Claresta Grafiota Putri Arifatul Jannah Ericko Ichi Nihla Fitriyani Dien Al Ghifari
Amanda Sukmalia Cesara Bilqis Puspa Safitri

2019
Learning object
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dan klasifikasi nyeri
2. Mahasiswa mampu memahami farmakokinetik dan
farmakodinamik analgesik.
3. Mahasiswa mampu memahami interaksi analgesik dengan
obat lain.
4. Mahasiswa mampu memahami obat analgesik yang cocok
terhadap pasien maag, alergi dan hamil.
PENGERTIAN NYERI
nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subjek
dan pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
(menurut international for study of pain)
b. Nyeri inflamasi
KLASIFIKASI NYERI
Terjadinya nyeri oleh karena stimuli
singkat yang sangat merusak
1.Berdasarkan mekanisme jaringan. Jaringan yang dirusak
mengalami inflamasi dan
nyeri menyebabkan fungsi berbagai
a.Nyeri fisiologis kompnen nosiseptif berubah.
Terjadinya nyeri oleh karena stimulasi c. Nyeri neuropatik
singkat yang tidak merusak janringan. Adalah nyeri yang didahului dan
Cirinya adalah terdapat kolerasi positif disebabkan adanya disfungsi primer
antara kuatnya stimuli dan presepsi ataupun lesi pada sistem saraf yang
nyeri, seperti semakin kuat stimuli diakibatkan : trauma, kompresi,
maka akan semakin berat nyeri yang keracunan toksin atau gangguan
dialami. metabolik.
2. Berdasarkan kemunculan nyeri

a.Nyeri akut
Nyeri yang terjadi berhubungan dengan kejadian atau kondisi dan memberikan respon
terhadap pengobatan, contohnya nyeri akibat kecelakan atau nyeri pasca bedah

b Nyeri kronik
Nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena patofisiologik yang dapat
didefinisikan dengan mudah, berlangsung dalam periode yang lama dan merupakan
proses dari suatu penyakit.
Farmakokinetika Obat
Analgesik
PENYERAPAN

DISTRIBUSI

METABOLISME

EKSKRESI
Analgesik tertentu seperti kodein
dan oksikodon efektif jika
diberikan per oral karena
Penyerapan metabolisme first-pass-nya
rendah. Insuflasi hidung opioid
tertentu dapat menghasilkan kadar
terapeutik dalam darah secara
cepat dengan menghindari
metabolisme first-pass.

Rute lain pemberian opioid adalah


mukosa oral melalui tablet isap,
dan transdermis melalui tempelan
transdermis (Katzung,2012)
Penyerapan opioid oleh berbagai
organ dan jaringan adalah suatu
fungsi dari berbagai faktor
Distribusi fisiologik dan kimiawi. Meskipun
semua opioid berikatan dengan
protein plasma dengan afinitas
beragam, obat-obat ini cepat
meninggalkan kompartemen darah
dan mengendap paling tinggi di
jaringan yang banyak mendapat
darah, misalnya otak, paru, hati,
ginjal, dan limpa. (Katzung,2012)
Opioid umumnya diubah menjadi
metabolit-metabolit polar (terutama
glukuronida), yang kemudian mudah
Metabolisme diekskresikan oleh ginjal. Sebagai contoh,
morfin. Morfin dimetabolisasi menjadi
morfin-6-glukuronida (M6G), suatu
metabolit aktif dengan potensi analgesik
empat sampai enam kali daripada senyawa
induknya. Namun, metabolit-metabolit yang
relatif polar ini memiliki kemampuan
terbatas untuk menembus sawar darah-otak
dan mungkin tidak banyak berperan
menghasilkan efek-efek SSP.
(Katzung,2012)
Akumulasi berbagai metabolit ini dapat menimbulkan efek
samping pada pasien dengan gagal ginjal atau jika dilakukan
pemberian morfin dosis yang terlalu besar atau dosis tinggi
dalam jangka-panjang. Hal ini dapat menyebabkan eksitasi
SSP (kejang) yang dipicu oleh M3G atau penguatan atau
pemanjangan efek opioid.(Katzung,2012)
Ester (mis., heroin, remifentanil) cepat dihidrolisis oleh
esterase jaringan. Heroin (diasetilmorfin) dihidrolisis
menjadi monoasetilmorfin dan akhirnya menjadi morfin,
yang kemudian dikonjugasikan dengan asam glukuronat.
Metabolisme oksidatif di hati merupakan rute utama
penguraian opioid fenilpiperidin (meperidin, fentanil,
alfentanil, sufentanil). Namun, pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal dan pada mereka yang mendapat
obat dosis tinggi berulang kali dapat terjadi akumulasi
metabolit terdemetilisasi meperidin, normeperidin. Dalam
konsentrasi tinggi, normeperidin dapat menyebabkan kejang
Metabolit polar, termasuk
konjugat glukuronida analgesik
Ekskresi opioid, diekskresikan terutama di
urin. Sejumlah kecil obat yang
tidak mengalami perubahan juga
dapat ditemukan di urin. Selain
itu, konjugat glukuronida
ditemukan di empedu, tetapi
sirkulasi enterohepatik hanya
merupakan sebagian kecil dari
proses ekskresi. (Katzung,2012)
Farmakokinetik Parasetamol

Rute administrasi yang paling umum dari parasetamol adalah rute oral (dalam
bentuk tablet, effervescent, dan suspensi). Parasetamol diabsorpsi cepat dan
sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke
seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.
Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%)
dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam
sulfat. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil
hidroksilasi ini dapat menyebabkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.
Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Farmakokinetik Asam Mefenamat

Asam mefenamat diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat
akan melalui hati diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke tempat
kerjanya. 90% asam mefenamat terikat pada protein. Konsentrasi puncak asam
mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam dengan waktu paruh
2jam. Sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai
metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. dan 20% obat ini ditemukan dalam feses
sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi
Farmakokinetik Ibuprofen

Absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma
dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh
persen ibuprofen terikat pada protein plasma. Onset sekitar 30 menit. Durasi
ibuprofen berkisar antara 6-8 jam. Absorpsi jika diberikan secara oral mencapai
85%. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang
diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugat (1%
sebagai obat bebas), beberapa juga diekskresi melalui feses.
E. Horn, S.A. Nesbit / Gastrointest Endoscopy Clin N Am 14 (2004) 247–268
Farmakodinamika Obat Analgesik
Mekanisme Kerja
● Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul :
1. Analgetika narkotik
2. Analgetika non narkotik (analgetik antipiretik)
ANALGETIK NARKOTIK
● Aktivitasnya > analgetik-antipiretik
● Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor
khas pada sel dalam otak dan spinal cord
● Ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan, efek ini terjadi secara
cepat
● Rangsangan reseptor menimbulkan efek euphoria dan perasaan mengantuk
> sehingga disalahgunakan (drug abuse)
ANALGETIKA NON NARKOTIK
● Sering disebut analgetik-antipiretika atau Non Steroidal Anti
Inflammatory Drugs (NSAID)
● Bekerja pd perifer & sentral SSP
● Mengadakan potensiasi dengan obat penekan ssp
● Menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada ssp yang
mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti : siklooksigenase, shg
mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator -mediator rasa
sakit, spt bradikinin, histamin, serotonin, prosta siklin, prostaglandin,
ion-ion hidrogen dan kalium,
● Yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi
Mekanisme Kerja
• Interaksi Obat
Obat analgesik yang cocok terhadap pasien
maag, alergi dan hamil
1. Maag

Obat-obat NSAID yang cocok untuk menjaga asam lambung adalah


golongan NSAID selektif yang mampu menghambat COX-2 karena
COX -1 masih diperlukan untuk melindungi mukosa lambung.
Contoh : asam mefenamat, ketoprofen
2. Kehamilan

a) Paracetamol – paracetamol digunakan secara luas sebagai garis


pertama pengurangan rasa sakit selama kehamilan dan menyusui.
b) NSAID – wanita sebaiknya menghindari penggunaan NSAID sebelum
30 minggu kehamilan. Jika dibutuhkan berdasarkan saran dokter,seorang
wanita sebaiknya mengambil dosis efektif paling rendah dengan durasi
sependek mungkin. Setelah 30 minggu gestasi, wanita sebaiknya tidak
mengonsumsi NSAID.
3. Alergi

Dexamethasone adalah golongan obat kortikosteroid


yang berfungsi untuk mengobati kondisi seperti
arthritis, gangguan darah/hormon/sistem kekebalan
tubuh, reaksi alergi, masalah kulit dan mata tertentu,
masalah pernapasan, gangguan usus tertentu, dan
kanker tertentu.
Daftar Pustaka
Ganiswara, S.G., 2000, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV,271-288 dan 800-810, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Basic & Clinical Pharmacology. New York, Mcgraw-hill Medical.

Putri, norisa A., kk. 2012. Monitoring terapi warfanin pada pasien pelyanan jantung pada pelayanan rumah sakit di
Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia vol 1 no 3
Thank You

Anda mungkin juga menyukai