Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FILSAFAT ETIKA MORAL

Analisis Kasus Penganiayaan

“Pria Hajar Kekasih Karena diduga Cemburu” di Sedati – Sidoarjo

Dosen Mata Kuliah:

Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum

Dibuat Oleh:

Oktaviani Sabarwati.S (52418012)

UNIVERSITAS WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Abstrak:
Dewasa ini, banyak sekali kasus-kasus tentang penganiayaan. Baik itu
penganiayaan kepada teman, saudara, kekasih, istri, bahkan anak kandung nya sendiri.
Maraknya kasus-kasus penganiayaan itu menambah kemirisan hidup ini. Orang sudah
tidak lagi mempunyai hati nurani yang baik, mereka cenderung memiliki hati nurani
yang tumpul sehingga mereka berbuat hal-hal yang sangat menyimpang dari nilai
moralitas. Kadang seseorang mengetahui jika perbuatan tersebut tidak baik atau salah,
tapi seseorang itu lebih mengandalkan keinginannya sendiri dan membuat hati nurani
nya menjadi tumpul dan sesat.

Keywords: Dewasa ini, Penganiayaan, Hati Nurani

TRIBUNJATIM, SIDOARJO - Polresta Sidoarjo rilis tersangka penganiayaan kekasihnya


yang videonya sempat membuat heboh warga Sedati, Kabupaten Sidoarjo.

Dalam rilis tersebut terungkap bahwa pelaku yang bernama Muhammad Nurman Tajuddin
(20) memukuli kekasihnya karena urusan sepele.

"Pelaku cemburu setelah melihat chat WA hp korban. Dimana di salah satu chatnya, korban
sedang berbicara dengan temannya seolah seperti pacaran. Akhirnya pelaku langsung emosi
dan memukuli korban,"ujar Kapolresta Sidoarjo AKBP. Zain Dwi Nugroho kepada awak
media, Sabtu (16/02/2019).

Ia mengatakan hal tersebut didasari setelah pihaknya melakukan penyelidikan terhadap 5


saksi.

Yaitu ibu korban, korban, pemilik konter handphone, serta dua teman konter korban.

Dirinya juga menjelaskan, pelaku sendiri ketika memukul kekasihnya juga dalam keadaan
sadar.

"Jadi pelaku memang sadar. Tidak terpengaruh minuman keras atau narkoba. Meski begitu,
tetap akan dilakukan pemeriksaan jiwa. Apakah pelaku mengalami gangguan jiwa atau murni
karena emosi," tambahnya.

Ia cukup menyayangkan tindakan pelaku yang dengan tega menganiaya pacarnya sendiri
sekejam itu.

Pasalnya kedua kekasih tersebut berencana akan menggelar pernikahan setelah lebaran tahun
ini.

Dan saat ini pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan meringkuk di sel
Polrestabes Sidoarjo.

"Untuk pasalnya, kami kenakan Pasal 351 KUHP. Dengan ancaman hukuman nya adalah
diatas lima tahun penjara," pungkasnya.
1.1 Pendahuluan

S eiring berkembangnya zaman penegakkan HAM diberbagai negara pun semakin


lebih ditegaskan. Tidak seperti berabad-abad dulu yang masih maraknya perbudakan dan
mengesampingkan hak-hak individu, kini hak-hak individu dikedepankan dengan
diberlakukannya berbagai hukum yang mengatur HAM. Namun nyatanya, yang kita lihat
sekarang pelanggaran-pelanggaran terhadap hak individu masih marak terjadi dan bahkan
terasa semakin parah. Di Indonesia sendiri kasus pelanggaran HAM begitu banyak
terjadi, seperti pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan masih banyak lagi. Belum
lagi akhir-akhir ini begitu banyak terjadi kasus pembunuhan yang didorong oleh berbagai
macam faktor seperti perampokan dan pembalasan dendam.

Berita diatas diambil dari Tribun Jatim, adalah berita penganiayaan seorang remaja
terhadap pacarnya sendiri yang diduga penyebabnya karena cemburu. Kejadian tersebut
terjadi di salah satu Counter Hp di Sedati Sidoarjo. Berita ini cukup Viral pada waktu itu.
Banyak yang menyayangkan kenapa Pria tersebut tega menganiaya kekasihnya dengan
keji.

Mengapa saya mengangkat kasus ini? Karena kebetulan saya teman sekolah pelaku dan
korban sewaktu duduk dibangku SMK. Saya juga sedikit mengenal karakter dan sifat dari
korban dan pelaku. Mereka memang sudah menjalin hubungan sejak dibangku SMK dan
berencana akan menikah setelah lebaran tahun ini yaitu 2019. Si korban adalah gadis
yang baik dan lembut. Sedangkan si pelaku yang saya tau dia jahil dan sedikit kasar.

Saya juga sangat menyayangkan kasus ini dan juga kecewa dengan pelaku. Sebab
pasalnya si korban adalah orang yang baik. Dengan brutalnya di pelaku menganiaya
sikorban sampai babak belur dan pergi begitu saja karna hal yag sebetulnya masih bisa
dibicarakan baik-baik. Setelah kejadian itu, si pelaku pergi atau bisa dibilang kabur ke
Jakarta dan saat akan kembali ke Jakarta dia berhasil ditangkap. Dan setelah kejadian itu
juga si korban enggan menuntut kejalur hukum kepada si pelaku karna kasihan dan tidak
tega. Setelah diperlakukan dengan brutal, si gadis ini masih mempunyai hati nurani yang
baik. Tapi setelah didesak oleh keluarganya akhirnya si gadis itu mau untuk memberikan
tuntutan.

Dari kasus ini, terlihat bahwa si pelaku tidak mempunyai Moral maupun Hati Nurani
yang baik.

1.2 ISI
 Dalam kerangka Etika:

Jadi bisa disimpulkan bahwa perbuatan si pelaku itu tidak manusiawi dan
tidak ber-etika karena secara umum dapat dikatakan bahwa etika adalah filsafat
tentang tindakan manuusia sebagai manusia. 1 Suatu tindakan itu mempunyai nilai
etis bila dilakukan oleh manusia dan dalam kerangka manusiawi. Jelas bahwa
etika itu berurusan secara langsung dengan tindakan atau tingkah laku manusia.
Tingkah laku manusiawi ini bukan tingkah laku yang tidak ada artinya, tetapi
yang mengejar NILAI-NILAI KEBAIKAN.

Tindakan manusia adalah pencetusan dirinya dan merupakan ciri khas setiap makluk hidup.
Dengan kata lain manusia dilihat dari tindakannya dan tindakan itu harus memenuhi standar
atau kriteria normatif tertentu. Dilihat dari kasus penganiayaan ini, maka tindakan si pelaku
sangat tidak terpuji dan tidak normatif. Bertindak sangat kasar dan melukai orang lain serta
mendahulukan emosionalnya

Blonde mengatakan bahwa Jika manusia mengomunikasikan diri kepada sesama dan
Tuhan, dia pasti merealisasikan dalam tindakan. Jadi jika perbuatan si pelaku seperti itu
maka hubungannya dengan Tuhan juga tidak baik karna cara dia berkomunikasi dengan
Tuhannya yaitu melakukan perbuatan atau tindakan yang salah. Karna Tuhan adalah sumber
kebenaran, jadi Tuhan tidak mungkin mengajarkan tentang tindakan yang buruk dan tidak
beretika, maka dalam hal ini si pelaku keliru dalam hidupnya. Dia benar-benar tidak
menghiraukan ajaran kebaikan yang bersumber dari Tuhannya. Dia berkomunikasi dengan
Tuhannya hanya sekedar rutinitas biasa.

 ACTUS HUMANUS: Tahu, Mau, dan Bebas


Actus humanus identik dengan tindakan bebas yang mana manusia adalah subjek
tindakan jadi manusia harus mempunyai tanggung jawab atas setiap tindakan
atau perbuatannya. Manusia disebut bebas karena MAU dan TAHU. Dalam kasus
ini, si pelaku tahu jika perbuatan yang ia lakukan itu menyakiti orang lain dan
tidak baik untuk dilakukan. Tapi si pelaku mau dan sadar untuk melakukannya
karna terdorong oleh emosinya. Setiap tindakan pasti ada konsekuensinya. Jika si
pelaku berbuat tindakan yang menyalahi hukum dan menyakiti seseorang maka
dia juga akan mendapatkan hukuman atas apa yang ia lakukan. Dan Indonesia
adalah negara hukum maka dari itu si pelaku harus mempertanggung jawabkan
perbuatannya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dan perbuatan si pelaku termasuk pelanggaran HAM dan tidak melindungi wanita karena si pelaku
telah menyakiti fisik dan batin seorang wanita yaitu kekasihnya sendiri padahal kodratnya wanita
untuk dilindungi karena itu ada lembaga perlindungan anak dan perempuan.
Directly Voluntary & Indirectly Voluntary

Directly Voluntary yaitu whatever results from a decision atau apa yang langsung
dikehendaki dari keputusan perbuatan itu. Kehendak si pelaku sendiri dan tanggung jawab mutlak
ada dalam kuasa pelaku. Sedangkan Indirectly Voluntary yaitu what result from not willing atau apa
yag merupakan konsekuensi tindakan tetapi tidak dikehendaki. Keputusan bertindak ada dalam
kuasa si pelaku tapi akibatnya ada diluar kehendaknya. Intensitas tanggung jawab tidak sebesar
directly.

Dalam kasus ini, si pelaku termasuk struktur tindakan manusia yang mana? Jika dilihat dari
pengertiannya masuk ke dalam Directly Voluntary yaitu karna si pelaku melakukan
perbuatan atas dasar kehendaknya sendiri dan dia juga yang harus bertanggung jawab atas
perbuatannya. Tapi jika perbuatan si pelaku dalam kasus ini BUKAN merupakan Directly
Voluntary. Mengapa? Karna suatu perbuatan buruk (spt membunuh, memerkosa, mencuri,
menganiaya) dalam pertimbangan moral/etis tidak pernah boleh merupakan Directly
Voluntary karna tujuan baik tidak melegitimasi sarana yang buruk! Jadi si pelaku
memang ingin kekasihnya sadar atas yang menurut pelaku adalah kesalahan tapi caranya
untuk memberitahu pada kekasihnya itu sangat salah dan sangat tidak pantas. Seharusnya
tidak menggunakan cara penganiayaan atau kekerasan yang akhirnya akan menyakiti fisik
dan jiwa kekasihnya dan bisa untuk dibicarakan baik-baik.

Seperti telah dibahas pada contoh kasus diatas kita dapat menilai bahwa hati nurani tiap
pribadi sangat berbeda-beda dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan pengetahuan masing-
masing pribadi. Pada dasarnya hati nurani menuntun seseorang untuk menuju kebaikan.
Namun, semua itu bisa berubah seiring dipengeruhinya oleh faktor-faktor eksternal seperti
kondisi lingkungan yang buruk, cara berfikir yang dangkal, dan pengetahuan akan baik-buruk
yang kurang luas. Baik dari segi aspek hukum, kemanusiaan, dan lain-lain. Dari contoh kasus
diatas kita tahu bahwa hati nurani sang pelaku tidak lah tajam karena jika hati nurani yang
tajam akan dapat mencegah kehendak untuk melakukan perbuatan yang melanggar tatanan
moral. Dari contoh diatas ada beberapa aspek yang mempengaruhi tumpulnya hati nurani
sang pelaku diantaranya:

- Penilaian buruk terhadap sesama dalam hal ini pasangannya. Penilaian atau
pemikiran-pemikiran buruk terhadap sesama akan membawa hati nurani seseorang
menuju kepada suatu kebencian sehingga seseorang dengan tidak sadarnya akan
mengesampingkan hati nuraninya sendiri dan lebih mengutamakan akan kehendak
bebasanya. Penilaian atau pemahaman buruk terhadap seseorang tidak serta merta
membawa pada tumpulnya hati nurani. Namun, apabila itu terjadi berkala tanpa
adanya keinginan untuk berfikir positif maka emosi yang tidak stabil akan terbentuk
dan menyebabkan semakin mudahnya seseorang dapat memahami atau mendengarkan
hati nuraninya sendiri.
- Keinginan untuk memiliki sesuatu hal yang terlalu berlebihan dalam kasus ini adalah
pasangannya. Keinginan atau hasrat yang menggebu-gebu untuk memiliki sesuatu
atau seseorang dapat menimbulkan kehendak dan pengetahuan yang salah untuk suatu
perbuatan yang bertentangan dengan tatanan moral. Keinginan yang berlebihan akan
membuat seseorang menjadi sangat sensitif ketika suatu hal itu diusik oleh orang lain.
hal ini bisa menyebabkan seseorang akan lebih mengutamakan hasratnya
dibandingkan dengan hati nurani dan pengetahuan yang benar.
- Perasaan kecewa terhadap suatu hal dalam hal ini adalah pasangannya. Perasaan
buruk seseorang baik itu berupa kekecewaan, kesedihan, amarah, atau perasaan
negatif lain dapat menuntun seseorang kedalam kehendak-kehendak yang salah
sehingga jika itu terus-menerus berjalan maka hati nurani seseorang akan menjadi
semakin tumpul. Dalam contoh kasus ini kita dapat melihat bahwa perasaan kecewa
membuat seseorang melupakan apa yang dicintainya sebelumnya yang berdasarkan
hati nurani yang seharusnya ia akan melindungi dan menjaga tetapi malah sebaliknya.
Perasaan-perasaan buruk yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan trauma
tersendiri pada dirinya. Sehingga trauma-trauma tersebut akan menyebabkan
berubahnya pola pikir seseorang terhadap kehendak-kehendak yang akan diambilnya
meskipun itu semua bertentangan dengan hati nurani kecilnya.
- Kondisi lingkungan yang salah dalam hal ini kondisi lingkungan sang pelaku. Dalam
contoh kasus diatas, tidak dapat dipungkiri bahwa adanya kemungkinan kondisi
lingkungan hidup sang pelaku yang memang kasar. Kondisi lingkunga hidup dapat
mempengaruhi hati nurani seseorang menuju suatu kesesatan. Sebagai salah satu
contoh apabila dalam keluarganya sering terjadi pertengkaran antara ayah dan ibunya
yang menyebabkan terjadinya pemukulan ibu oleh ayahnya lalu pertengkaran dapat
mereda setelah terjadinya tindak kekerasan tersebut. Maka sang anak yang melihat
kejadian tersebut dapat memiliki pemikiran bahwa kekerasan terhadap pasangannya
dapat dibenarkan guna terciptanya suasana yang lebih kondusif lagi sehingga secara
tidak lagsung hati nurani orang tersebut akan tertuntun pada suatu pengertian akan
kebaikan yang salah. Dalam segi moral, hati nurani yang sesat tidak dapat
dipertanggung jawabkan oleh pelakunya.

Kita telah mengetahui bahwa kejahatan merupakan suatu kehendak bebas manusia yang
dilakukan atas dasar emosi yang tidak stabil dan bertentangan dengan moral yang berlaku.
Suatu kejahatan dikatakan bukan merupakan suatu kejahatan moral apabila sang pelaku
kejahatan memiliki suatu hal yang menyebabkan dia bahkan tidak dapat mengenali dirinya
sendiri maupun orang lain. Namun dalam kasus ini kita mengetahui bahwa sang pelaku tidak
memiliki suatu riwayat penyakit yang menyebabkan dia tidak dapat mengenali dirinya sendiri
maupun orang lain. Sehingga, dalam kasus ini sang pelaku dapat dikatakan telah melakukan
suatu kejahatan baiik itu dari segi hukum, moral, ataupun norma. Seseorang dapat melakukan
kejahatan seperti ini karena orang tersebut memiliki banyak pemahaman yang salah akan
nilai-nilai kehidupan. Salah satu contohnya bahwa kepentingan umum harus didahulukan
daripada kepentingan pribadi. Sehingga seseorang akan lebih memperhatikan akibat yang
akan ditanggung oleh orang lain dari perbuatan yang akan ia lakukan

Dalam Kerangka Hukum agama dan Moral:

Sebagai manusia beragama, seseorang memiliki kecenderungan untuk lebih menjadi


segambar dan serupa dengan Tuhan. Agama hanya merupakan aturan-aturan ibadah yang
diciptakan untuk mendisiplinkan sikap rohani seseorang sehingga orang tersebut dapat
terbiasa akan hal-hal positif daripada hal-hal sekuler. Agama sangat penting untuk
mempertajam hati nurani dan meningkatkan pemikiran-pemikiran positif sehingga kehendak-
kehendak yang akan diambil merupakan perbuatan yang positif. Agama juga merupakan alat
bantu untuk mengatur atau mengikat pribadi seseorang terhadap hal buruk yang akan
dilakukan. Karena didalam agama terdapat hukum-hukum agama yang membuat kehendak
seseorang dapat dibatasi sesuai dengan aturan agama yang berlaku.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan agama seperti Ibadah, perkumpulan rohani, sharing rohani,
dan lain-lain seseorang juga dapat mengontrol emosi dalam diri secara tidak langsung karena
ketika suatu kejadian buruk terjadi maka suara hati nurani yang berasal dari Tuhan akan lebih
kuat terdengar sehingga seseorang akan berpikir dua kali untuk mengambil keputusan
perbuatan yang buruk.

Dalam contoh kasus ini kita dapat menyimpulkan bahwa kerohanian si pelaku tidaklah begitu
kuat karena si pelaku dapat dengan mudah merealisasikan emosi negatif yang muncul
terhadap pasangannya serta mengabaikan hati nuraninya sendiri. Sebagai seorang yang
beragama, peristiwa ini tidaklah mungkin terjadi karena orang yang beragama akan sangat
mengerti benar dampak atau akibat yang harus ditanggung karena perbuatan dosa tersebut.

Agama tidak dapat dipersalahkan atas kejahatan yang dilakukan oleh seseorang. Karena
agama hanya menuntun kita pada kebenaran dan kebaikan. Sedangkan untuk menuju kesana
itu semua bergantung pada kehendak pribadi masing-masing. Secara agamis, hati nurani yang
baik adalah hati yang mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi karena Tuhan, untuk Tuhan,
dan oleh Tuhan. Sehingga, ketika kita hendak melakukan suatu kejahatan kita juga harus
berpikir bahwa apa yang kita lakukan itu juga diperuntukkan untuk Tuhan.

Dari contoh kasus diatas, kita dapat melihat bahwa ada beberapa nilai atau norma masyarakat
yang dilanggar. Diantaranya hiduo saling mengasihi, tidak saling melukai satu sama lain,
mementingkan kepentingan orang lain, mendahulukan kaum yang lemah, tidak semena-mene
terhadap kaum yang lemah, dan lain-lain.

Kasus diatas sudah dapat disimpulkan sebagai pelanggaran nilai dan norma yang ada
dimasyarakat karena adanya banyaknya nilai yang telah dilanggar. Memang hukum adat
hanya berisi tentang aturan-aturan untuk menjaga nilai dan norma pada masyarakat tanpa
adanya hukuman pasti bagi pelanggarnya. Namun, hukum adat memiliki konsekuensi yang
besar diantaranya adalah pengasingan atau pengucilan seseorang yang telah melanggar nilai
atau norma yang telah disepakati bersama dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Dari
contoh kasus ini, setelah dipelaku menjalai masa hukuman sesuai dengan hukum yang
berlaku itu semua tidak serta merta menghilangkan hukuman yang akan ia terima dari
pelanggaran hukum adat atas nilai dan moral yang telah dilanggarnya. Sehingga,
kemungkinan besar sipelaku akan berpindah tempat kesuatu daerah yang masyarakatnya
belum mengenal dia. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan konsekuensi yang harus
ditanggung dari hukum adat atau hukum moral.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga semakin maju. Sehingga
seseorang yang melakukan suatu kejahatan dapat langsung diketahui oleh masyarakat luas.
Hal ini jelas dapat membatasi ruang gerak sipembuat kejahatan untuk berpindah-pindah
tempat demi mengurangi konsekuensi dari hukum adat atau moral. Hukum pidana hanya
dapat diukur berdasarkan waktu tetapi hukum adat atau moral akan melekat selamanya pada
orang tersebut. Hal yang bisa dilakukan sebagai syarat untuk pemulihan mental dan moral si
pelaku adalah dengan lebih mendalami ilmu-ilmu keagamaan sehingga nantinya banyaknya
perbuatan baik yang ia lakukan dapat sedikit demi sedikit mengurangi pandangan masyarakat
sekitar terhadap dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://jatim.tribunnews.com/2019/02/16/video-viral-penganiayaan-di-sidoarjo-pelaku-cemburu-
hingga-memukuli-kekasihnya

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).

Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di Indonesia. CIVIS,


5(1/Januari).

Dewantara, A. W. (2017). Kerasulan Awam Di Bidang Politik (Sosial-Kemasyarakatan), Dan


Relevansinya Bagi Multikulturalisme Indonesia. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 18(9), 3-15.

Dewantara, A. W. (2017). MULTIKULTURALISME INDONESIA (STUDI PERBANDINGAN ANTARA


KONSEP MADANI NURCHOLISH MADJID DAN KONSEP CIVIL SOCIETY). JPAK: Jurnal Pendidikan
Agama Katolik, 17(9), 15-25.

Anda mungkin juga menyukai