Laporan Praktikum Petrologi
Laporan Praktikum Petrologi
PETROLOGI
Disusun oleh:
Donovan Asriel
21100114140093
SEMARANG
APRIL 2015
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Petrologi, Acara: Batuan beku fragmental yang disusun oleh
praktikan Donovan Asriel telah diperiksa dan disahkan pada
hari :
tanggal :
waktu :
1.1 Maksud
Mampu mendeskripsikan batuan beku fragmental (piroklastik) secara
megaskopis.
Mampu menentukan nama batuan tersebut.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan memahami struktur dan tekstur dari tiap batuan beku
fragmental.
Mampu menentukan jenis dan nama batuan.
Memahami proses pembentukan batuan tersebut.
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
hari : Senin
tanggal : 13 dan 20 April 2015
waktu : 18.30 WIB - selesai
tempat : Ruang Seminar Gedung Pertamina Sukowati
Universitas Diponegoro
BAB II
1
DASAR TEORI
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) dan (b) Produk Erupsi
b) Berupa material halus (ash)
Ash merupakan fragment berukuran < 2 mm, pada umumnya didominasi
oleh broken glass shards, broken crystal dan lithic (fragment batuan).
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) dan (b) Produk Erupsi Berupa Scoria Flows
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) dan (b) Produk Erupsi Berupa Pumice/Ash Flows
Penyusunan laporan
Selesai
BAB IV
HASIL DESKRIPSI
Foto Batuan :
100% gelas
Foto Batuan :
Foto Batuan :
Foto Batuan :
Gambar 4.4 Batuan Peraga No 40
Nama Batuan : Vitric Tuff (Williams, Turner, dan Gilbert, 1954)
: Lutyte (Grabau, 1924)
: Skoria (Sifat Fisik Batuan)
Foto Batuan :
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum petrologi acara batuan beku fragmental ini, telah dilakukan
pendeskripsian batuan secara megaskopis yang meliputi warna, struktur, tekstur,
komposisi, petrogenesa, dan penamaan batuan itu sendiri. Berikut ini merupakan
pembahasan dari pendeskripsian keenam batu diatas.
5.1 Batuan Nomor 200
Batuan piroklastik nomor 200 memiliki warna batuan hijau tosca yang
bening sehingga tampak transparan. Dari warnanya yang terang itu, dapat
diasumsikan kadar komposisi silika pada batuan ini relatif sedikit.
Berdasarkan strukturnya, batuan ini termasuk masif, yaitu struktur batuan
yang pejal atau kompak tanpa ada retakan-retakan ataupun lubang-lubang gas.
Adapun secara teksturnya, batuan ini tergolong tekstur holohyalin, yaitu
tekstur yang tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf). Hal itu
dilihat dari kenampakan komposisi batuan yang merupakan 100% gelasan.
Jika dilihat secara megaskopis dan melalui sampel batuan hand speciment ini,
batuan ini terbentuk akibat mekanisme endapan jatuhan. Tentunya mekanisme
jenis itu merupakan hasil dari letusan tipe eksplosif. Dari sini, kita dapat
mengidentifikasi sifat magma pembentuk batuan ini cenderung asam dengan
asumsi magma asam memiliki viskositas yang tinggi sehingga dapat meletus
secara eksplosif. Batuan ini terbentuk langsung dari pembekuan magma segar
yang keluar melalui lubang kepundan (saluran utama gunung api) sehingga
dapat diidentifikasi asal komposisinya termasuk essential.
Berdasarkan hasil deskripsi secara megaskopis diatas, batuan ini
merupakan batuan beku ekstrusif, yaitu batuan hasil vulkanisme yang bersifat
eksplosif dimana batuan berasal dari magma yang terlempar ke udara saat
terjadi proses erupsi lalu jatuh langsung ke air. Hipotesis ini juga didasarkan
pada sifat magma yang bersifat asam sehingga erupsinya pun bersifat
eksplosif. Diidentifikasi tempat jatuhan batuan ini terletak tidak jauh dari
pusat erupsi, kemungkinan di daerah kawah vulkanik di sekitar gunung api
yang selanjutnya mengalami pendinginan dengan sangat cepat dan membentuk
batuan ini.
Batuan ini pada umumnya digunakan untuk membuat kaca, cermin gelas
maupun piring. Dari segi tata ruang, pada umumnya digunakan untuk
dekorasi, batu kaca yang dihancurkan dengan ukuran kecil dicampur dengan
semen dapat dibuat granit buatan. Pada zaman purba batuan ini banyak
digunakan untuk membuat mata lembing, mata panah, dan alat perang lainnya.
Setelah melakukan berbagai pendeksripsian, dapat disimpulkan batuan ini
disebut Obsidian, berdasarkan sifat fisik batuannya, dan Vitric Tuff (Williams,
Turner, dan Gilbert, 1954).
6.1 Kesimpulan
Batuan dengan nomor peraga 200 ini berwarna hijau transparan, struktur
masif, bertekstur holoyalin. Batuan ini terdiri dari 100 % massa gelas
vulkanik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa batuan ini bersifat asam dan
terbentuk akibat hasil dari endapan piroklastik jatuhan. Batuan ini
dinamakan Vitric Tuff (WTG, 1954), Lutyte (Grabau, 1924), dan Obsidian
(Russel B. Travis, 1955).
Batuan dengan nomor peraga 19 ini berwarna hitam mengkilat, struktur
masif, bertekstur holoyalin. Batuan ini terdiri dari 80% massa gelas
vulkanik dan 20% kristal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa batuan ini
bersifat asam dan terbentuk akibat hasil dari endapan piroklastik jatuhan.
Batuan ini dinamakan Vitric Tuff (WTG, 1954), Lutyte (Grabau, 1924),
dan Obsidian (Russel B. Travis, 1955).
Batuan dengan nomor peraga 46 ini berwarna abu-abu kecoklatan, struktur
skoriaan, bertekstur hipokristalin, dengan sortasi baik. Batuan ini terdiri
dari 70% massa gelas vulkanik, 20% kristal, dan 10% lithic. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa batuan ini bersifat asam dan terbentuk akibat hasil dari
endapan piroklastik jatuhan. Batuan ini dinamakan Vitric Tuff (WTG,
1954), Lutyte (Grabau, 1924), dan Skoria (Russel B. Travis, 1955).
Batuan dengan nomor peraga 40 ini berwarna abu-abu kecoklatan, struktur
skoriaan, bertekstur holoyalin. Batuan ini terdiri dari 100% massa gelas
vulkanik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa batuan ini bersifat asam dan
terbentuk akibat hasil dari endapan piroklastik jatuhan. Batuan ini
dinamakan Vitric Tuff (WTG, 1954), Lutyte (Grabau, 1924), dan Skoria
(Russel B. Travis, 1955).
Batuan dengan nomor peraga 42 ini berwarna putih abu-abu, struktur
xenolith, bertekstur hipokristalin, dengan sortasi buruk. Batuan ini terdiri
dari massa gelas vulkanik kurang dari 5% dan lithic 95%. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa batuan ini bersifat asam dan terbentuk akibat hasil dari
endapan piroklastik surge. Batuan ini dinamakan Lithic Tuff (WTG,
1954), Rudyte (Grabau, 1924), dan Xenolith (Russel B. Travis, 1955).
Batuan dengan nomor peraga 98P ini berwarna hijau transparan, struktur
masif, bertekstur holoyalin. Batuan ini terdiri dari 100 % massa gelas
vulkanik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa batuan ini bersifat asam dan
terbentuk akibat hasil dari endapan piroklastik jatuhan. Batuan ini
dinamakan Vitric Tuff (WTG, 1954), Lutyte (Grabau, 1924), dan Obsidian
(Russel B. Travis, 1955).
6.2 Saran
Praktikan perlu menguasai materi praktikum terlebih dahulu sebelum
melakukan praktikum guna menghindari banyaknya pertanyaan saat
praktikum berlangsung.
Pendeskripsian batuan harus dilakukan secara teliti dan jelas sehingga
penentuan tata nama dan petrogenesa dapat tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: LPP dan UPT UNS
Press.
Sudarmo, dkk. 1978. Mineralogi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.