Anda di halaman 1dari 8

Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring)

A. Pengertian pembelajaran Daring


Pemanfaatan internet di dunia pendidikan diantaranya adalah
pembelajaran jarak jauh atau distance learning. Menurut Bartley & Golek (dalam
Nguyen, 2015) juga berpendapat bahwa pembelajaran Daring (online) adalah
bentuk pembelajaran jarak jauh atau pendidikan jarak jauh, yang telah lama
menjadi bagian dari sistem pendidikan Amerika, dan telah menjadi sektor
pembelajaran jarak jauh terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Smith, Clark dan
Blomeyer (2006) berpendapat Online learning atau pembelajaran Daring adalah
bentuk pendidikan jarak jauh studi formal di mana guru dan pelajar terpisah
dalam ruang atau waktu.
Namun, Smith, Clark dan Blomeyer (2006) menambahkan pendapatnya
tentang pembelajaran Daring juga merupakan jenis e-learning. Beberapa penulis
mendefinisikan e-learning hanya sebagai pendidikan jarak jauh online, sementara
yang lain mencakup semua penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Beberapa istilah mengungkapkan gagasan tentang pembelajaran jarak
dengan memanfaatkan internet, yaitu: on-line learning, e-learning (pembelajaran
elektronik), internet-enabled learning, virtual learning, virtual classroom, atau
web based learning (Sihaan dalam Waryanto,2006). E-Learning merupakan
kependekan dari electronic learning yang berarti pembelajaran dengan bantuan
perangkat elektronik. E-learning sering pula disebut pembelajaran online atau
online course (Munir,2009)
Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang pembelajaran Daring
atau e-learning yaitu a) Elctronic based e-learning adalah penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, terutama perangkat elektronik.
Artinya, tidak terbatas hanya internet saja namun semua perangkat elektronik
seperti film, video, kaset, LCD projector b) Internet based adalah pembelajaran
yang menggunakann fasilitas internet, dalam hal ini instrument utamanya bersifat
online. Artinya pembelajaran harus menggunakan internet atau bersifat online
sehingga peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak,
waktu dan ruang. (Munir, 2009)

Pendapat serupa oleh Hartono & Purbo (2002) mengatakan pembelajaran


Daring atau e-learning adalah istilah umum untuk semua pembelajaran yang
didukung teknologi menggunakan berbagai alat pengajaran seperti handphone,
audio, dan rekaman video, telekonferensi, trasmisi satelit, dan pembelajaran
berbasis web yang lebih dikenal atau instruksi berbantuan komputer (CAL).
Seiring perkembangannya, computer digunakan sebagai alat bantu pembelajaran
yang lebih dikenal dengan computer assisted learning (CAL), maka computer
cukup terkenal di kalangan peserta didik, karena berbagai variasi teknik mengajar
berbantuan computer. Perkembangan teknologi dalam pembelajaran terus
berkembang dan dikelompokan menjadi dua yaitu technology based learning
berupa audio (audio tape, radio, voice mail, telepon) and video information
technologies (video tape, video text, video messaging. Sedangkan technology
based web-learning berupa data information technologies (bulletin board,
internet, email, telecollaboration) (Kusmana, 2011).
Sutomo (2012) telah merangkum pengertian pembelajaran Daring (e-
learning) dari beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. E-learning
(electronic learning) merupakan pembelajaran yang menggunakan perangkat
elektronik, seperti internet, intranet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone,
dan lain-lain yang dilakukan secara formal maupun informal. Akan tetapi, e-
learning pembelajaran lebih sering menggunakan berbasis web. 2. E-learning
adalah inovasi dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan hasil dari
perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. pembelajaran
e-learning, peserta didik (learner atau murid) tidak hanya terbatas di ruang kelas
untuk mendengarkan guru secara langsung di kelas. E-learning cukup efektif dan
efisien baik waktu pembelajaran dan biaya yang dikeluarkan oleh sebuah program
studi atau program pendidikan. 3. E-learning merupakan salah satu jenis belajar
mengajar yang menyampaikan bahan ajar ke peserta didik melalui bantuan media
internet, intranet atau media jaringan komputer lain. E-learning identik dengan
penggunaan internet dalam menyampaikan pembelajaran, namun media
penyampaian sangat beragam dari internet, intranet, cd, dvd, mp3, PDA, dan lain-
lain. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya dengan
pertimbangan memiliki jangkauan yang luas.
Pembelajaran Daring dalam konteks ini oleh Nadiem Makarin, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia menegaskan penerapan
pembelajaran daring tidak sepenuhnya atau 100 persen menggunakan system
online atau menggunakan jaringan, tetapi pengumpulan tugas dan kegiatan belajar
mengajar bisa dilaksanakan dengan cara lain misalnya bisa menggunakan cara
diantar, dijemput, dikirm atau melalui e-mail dan melakukan di warung internet
(warnet), secara teknik pelaksanaan diserahkan kepada masing-masing daerah
sehingga guru dan peserta didik diharapkan dapat beradaptasi dalam pembelajar
menggunakan system daring (Republika,25 April 2020).

A. Tipe- Tipe Pelaksanaan Pembelajaran Daring


Pelaksanaan dalam Penyampaian Pembelajaran Daring (e-learning) pada
dasarnya terdapat dua tipe yaitu synchronous dan asynchronous (Hartanto, 2016).
1. Synchronous
Synchronous sering juga disebut sebagai virtual classroom yang berarti Proses
pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik
pada waktu yang sama. Hal ini memungkinkan interaksi langsung antara
pendidik dan peserta didik secara online sehingga dalam pelaksanaan,
mengharuskan pendidik dan peserta didik mengakses internet secara
bersamaan.
2. Asynchronous
Asynchronous berarti tidak pada waktu bersamaan. Peserta didik dapat
mengambil waktu pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi.
Asynchronous training popular dalam e-learning karena peserta didik dapat
mengakses materi pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Peserta didik dapat
melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikannya setiap saat sesuai rentang
jadwal yang sudah ditentukan. Pembelajaran dapat berbentuk bacaan, animasi,
simulasi, permainan edukatif, tes, quis dan pengumpulan tugas.
B. Komponen Pembelajaran Daring
Komponen dalam pembelajaran daring (e-learning) menurut Romisatriawahono
(dalam Hartanto, 2016) yaitu infrastruktur,Sistem dan aplikasi serta konten.
1. Infrastruktur pembelajaran Daring
Infrastruktur pembelajaran Daring adalah peralatan keras (hardware) baik
perangkat keras input, output, pemrosesan, penyimpanan data, jaringanyang
dibutuhkan dlalam pelaksanaan pembelajaran Daring (e-learning) berupa
Personal Computer (PC) atau laptop, perangkat keras jaringan seperti Hub,
modem, router, dan lainnya,
2. Sistem dan aplikasi pembelajaran Daring
Sistem dan aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran Daring (e-learning)
adalah Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat
lunak (software) dengan memvirtualisasikan proses belajar mengajar secara
konvensional berupa fitur yang berhubungan dengan administrasi, dokumentasi,
laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas online, program e-learning, dan
konten pelatihan.
3. Konten pembelajaran Daring
Konten e-learning adalah isi materi dalam bentuk bahan ajar atau modul
yang ada pada sistem (LMS). bentuk bahan ajar atau modul bisa dalam
bentuk berupa Multimedia-based Content dan Text-based Content misalnya
wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.

C. Fungsi pembelajaran Daring


Karakteristik atau potensi online learning dipandang sudah memadai
sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
melalui online learning. Sebagai media pembelajaran terdapat tiga fungsi
online learning di dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai suplemen,
komplemen, dan substitusi (Munir, 2009: 123-124).

1. Fungsi Tambahan
Fungsi sebagai suplemen (tambahan) yaitu pembelajar mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran
elektronik atau tidak. Tidak ada kewajiban/keharusan bagi pembelajar
untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Walaupun materi
pembelajaran elektronik berfungsi sebagai suplemen, namun jika
memanfaatkannya tentu saja pembelajar akan memiliki tambahan
pengetahuan atau wawasan. Peran pengajar adalah selalu mendorong,
menggugah, atau menganjurkan para pembelajarnya mengakses materi
pembelajaran elektronik yang telah disediakan.
2. Fungsi Pelengkap
Fungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu materi pembelajaran
elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang
diterima pembelajar di dalam kelas. Materi pembelajaran elektronik
diprogramkan untuk ganti menjadi materi reinforcement (penguatan) yang
bersifat enrichment (pengayaan) bagi peserta didik dengan kemampuan belajar
cepat (fast learners) dan peserta didik dengan kemampuan belajar rata-rata
(average or moderate learners) atau remedial (pembelajaran kembali) bagi
peserta didik dengan kemampuan belajar yang lamban (slow learners) di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
3. Fungsi Pengganti
Fungsi sebagai pengganti (substitusi) model pertemuan kegiatan
pembelajaran, pembelajar diberi beberapa alternatif model kegiatan
pembelajaran. Tujuannya untuk membantu mempermudah pembelajar
mengelola kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan secara fleksibel atau
waktu kegiatan dapat disesuaikan dengan kondisi, terdapat tiga alternative
model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu mengikuti
kegiatan pembelajaran yang disajikan secara konvensional (tatap muka) saja,
atau sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi
melalui online learning (lebih sering disebut blended learning), atau
sepenuhnya melalui online learning.
Pertemuan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan konvensional,
terkadang terkendala atau berbenturan dengan kepetingan lain, namun materi
pelajaran belum tersampaikan secara maksimal sehingga perlu mengganti
(substitusi) pertemuan kegiatan pembelajaran di kesempatan waktu yang lain.
Sehingga, untuk mengganti pertemuan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
secara Daring atau on-line.

D. Strategi Penerapan Pembelajaran Daring


Penerapan teknologi seperti penggunaan pembelajaran Daring (e-learning), perlu
di formulasikan strategi yang jelas sebagai acuan. Penyusunan strategi e-learning
seperti disampaikan Empy (dalam Hartanto, 2016) berguna untuk (1) memperjelas
tujuan pelatihan atau pendidikan yang ingin dicapai (2) mengetahui sumber daya
yang
dibutuhkan (3) membuat semua pihak yang terlibat untuk tetap mengacu pada tujuan
yang sama. (4) mengetahui pengukuran keberhasilan.
Strategi e-learning melibatkan empat tahap yaitu analisis, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Hartanto, 2016), sebagai berikut yaitu 1) Analisis, factor-
faktor yang perlu dianalisis diantaranya kebutuhan organisasi dalam melihat keadaan
sekarang dan keberadaan pembelajaran Daring (e-learning) dalam memberikan
dampak positif. Selain kebutuhan organisasi juga perlu dianalisis tentang infrastruktur
organisasi terhadap pelaksanaan penggunaan e-learning. 2) Perencanaan, aspek
perencanaan yang harus ditinjau yaitu network, learning management system, materi
dan manajemen pengelolaan. 3) Pelaksanaan, tahap ini memerlukan keahlian project
management yang baik untuk memastikan koordinasi dan eksekusi pekerjaan sesuai
rencana dan tidak menyimpang dari tujuan dan strategi. 4) Evaluasi, setelah
melaksanakan rencana penerapan pembelajaran Daring (e-learning), selanjutnya
menilai keberhasilan program

Sedangkan menurut Koswara (dalam Sutomo, 2012) memaparkan strategi belajar


mengajar dalam penerapan dengan menggunakan teknologi Daring atau e-learning
adalah sebagai berikut :
1. Learning by doing.
Simulasi belajar atau bisa berupa tutorial dengan melakukan apa yang
hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator),
dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan
suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
2. Incidental learning.
Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak
semua hal menarik untuk dipelajari. Strategi ini, peserta didik dapat
mempelajari sesuatu melalui hal lain yang
lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat
diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan
cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
3. Learning by reflection.
Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan
ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. peserta didik didorong
untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara
memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan
memproses masukan ide/gagasan dari peserta didik untuk kemudian
diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari peserta didik.
4. Case-based learning.
Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus
yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini
tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat
dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Peserta didik dapat
mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara
sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
5. Learning by exploring.
Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek
yang hendak dipelajari. peserta didik didorong untuk memahami suatu materi
dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus
menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari
Peserta didik. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran
yang hendak dicapai (goal-directed learning). Peserta didik diposisikan dalam
sebagai subyek yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan
fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Kemudian peserta
didik menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.

E. Manfaat dalam penggunaan pembelajaran Daring


Ade Kusmana (2012) merangkum dari pengalaman dan informasi dari
beberapa literature tentang manfaat penggunaan pembelajaran Daring (e-
learning) dalam belajar mengajar
Antara lain sebagai berikut
a. Tersedianya fasilitas e-moderator sehingga guru dan peserta didik dapat mdah
berkomunikasi melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
b. Bahan ajar atau petunjuk belajar yang sistematis dapat diakses guru dan
peserta didik agar dapat mengevaluasi seberapa jauh bahan ajar yang
dipelajari.
c. Peserta didik dapat me-review bahan ajar kapan saja dan dimana saja
d. Peserta didik dapat mencari tambahan informasi terkait bahan ajar dengan
mengakses internet
e. Mudahnya pelaksanaan diskusi oleh guru dan peserta didik melalui internet
f. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar
g. Relative efisien baik waktu dan biaya.

Manfaat penggunaan pembelajaran Daring oleh Elyas (2018) dan Hartono


(2016) secara umum, yaitu
1. Fleksibilitas
Pembelajaran Daring dapat dilakukan dimana dan kapan saja, sehingga
sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat.
2. Belajar Mandiri
Pembelajaran Daring memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk memegang kendali atas kesuksesan belajarnya masing-masing yang
berarti peserta didik bebas dalam menentukan dan memilih kapan dan
dimana saja dalam belajar dan menyelesaikan pembelajaran bagian materi
yang akan dipelajari dari modul yang diberikan. Peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami materi dapat mengulang-ulangi sampai paham
menghubungi guru atau instruktur dan teman baik melalui email ataupun
alat komunikasi lainnya.
Pembelajaran Daring (E-learning) mampu mengembangkan cara
belajar mandiri peserta didik, dimana peserta didik mampu mencari dan
mengakses referensi lain, selain materi pembelajaran yang diberikan
secara mandiri dengan mengakses internet sehingga peserta didik
memperoleh banyak informasi dan ilmu pengetahuan penting dan
bermanfaat dari berbagai refensi dalam waktu cepat, kapan saja dan
dimana saja, dalam hal ini akan membentuk sikap kemandirian dan daya
kritis dari pembelajar (Munir, 2007: 320).

3. Biaya
Pembelajaran Daring lebih efisien khususnya dari segi finansial, biaya bisa
lebih hemat, antara lain biaya transportasi menusju tempat belajar dan
akomodasi selama belajar, biaya administrasi pengelolaan, penyediaan
sarana dan prasarana fisik untuk belajar (misalnya, LCD proyektor, OHP,
papan tulis, penyewaan atau penyediaan kelas).
F. Kelemahan pelaksanaan pembelajaran Daring.
Pelaksanaan pembelajaran Daring tidak selalu berjalan dengan baik, terdapat
kekurangan dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran Daring,
antara lain (Munir, 2009;Elyas, 2018).
1) Kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan antar peserta
didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar dan mengajar.
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya malah lebih memperhatikan aspek teknis dan aspek
bisnis/komersial.
3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada
pendidikan, sehingga cenderung hanya pada aspek pengetahuan atau
psikomotor dan kurangmemperhatikan aspek afektif.
4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui dan menguasai strategi,
metode, atau teknik pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi (ICT)
5) Proses pembelajaran Daring atau e-learning mengharuskan peserta didik
dapat melakukan kegiatan belajar mandiri untuk memperoleh ilmu
pengetahuan atau informasi dengan mengakses sendiri melalui internet dan
tidak menggantungkan diri pada informasi dari pengajar, sehingga peserta
didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6) Kelemahan dari aspek teknis berupa tidak meratanya fasilitas tersedia
internet dan Masalah keterbatasan ketersediaan software (perangkat lunak)
yang biayanya masih relatif mahal, untuk itu diperlukan upayamemperoleh
perangkat lunak tersebut dengan biaya yang tidak mahal.
7) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet dan
Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Nguyen, Tuan. (2015). The Effectiveness of Online Learning: Beyond No Significant


Difference and Future Horizons. MERLOT (The Journal of Online Teaching and
Learning). 11 (2): 309-319.
Hartanto, W. 2016 Nov 28. PENGGUNAAN E-LEARNING SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial. [Online] 10:1
https://republika.co.id/berita/q7p9wr409/nadiem-jelaskan-makna-pembelajaran-daring

Anda mungkin juga menyukai